Pada minggu ketiga di bulan Maret 2018, perushaan BUMN sektor perbankan, beramai-ramai menebar dividen yang dibagikannnya pada para pemegang saham salah satunya adalah Pemerintah, sesuai dengan porsi laba dan besaran persentase yang mereka putuskan dalam RUPS.
Sementara itu, beberapa perusahaan juga tercatat baru mengumumkan hasil kinerja mereka di tahun lalu. Di mana terdapat beberapa raihan positif dan cukup signifikan, salah satunya adalah seperi yang berhasil ditorehkan oleh perusahaan makanan cepat saji.
PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk: Naik 5%, BRI Tebar Dividen Rp13,04 Triliun
BRI memutuskan untuk membagikan dividen sebesar Rp13,04 triliun atau setara dengan Rp 106,74 per saham. Rasio dividen BRI yang diputuskan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) ini, setara dengan 45% dari total laba BRI sepanjang 2017 atau naik 5% dari tahun sebelumnya yang sebesar 40%.
Dividen BRI untuk laba 2017 ini di dorong oleh laba bank sepanjang 2017 sebesar Rp29,04 triliun atau mengalami kenaikan 10,7% secara tahunan atau year on year (yoy). Kenaikan laba ini didorong oleh pertumbuhan bisnis UMKM dan KUR yang cukup tinggi.
Kinerja laba tersebut didukung penyaluran kredit Perseroan yang tumbuh double digit dan berada di atas rata-rata industri perbankan nasional. Tercatat penyaluran kredit BRI secara konsolidasi hingga akhir Desember 2017 sebesar Rp739,3 triliun atau tumbuh 11,4% dibandingkan dengan penyaluran kredit pada posisi akhir Desember 2016 yang mencapai Rp663,4 triliun.
PT Fast Food Indonesia Tbk: Tumbuh 8,6%, KFC Indonesia Bukukan Pendapatan Sebesar Rp5,3 Triliun
Perusahaan pemegang lisensi KFC di Indonesia mencatatkan kinerja yang cukup baik di sepanjang 2017. Di tengah persaingan yang semakin ketat, Perseroan berhasill membukukan pendapatan sebesar Rp5,3 triliun, atau tumbuh 8,6% dari posisi Rp4,88 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Beban pokok penjualan Perseroan yang naik dari Rp1,8 triliun menjadi Rp1,9 triliun, rupanya turut menekan perolehan laba Perseroan yang tercatat turun 3,2%. Fast Food Indonesia mencatatkan laba bersih sebesar Rp167 miliar dibanding laba bersih tahun sebelumnya sebesar Rp172,6 miliar.
Meski demikian, Perseroan masih mencatatkan kenaikan laba bruto dari Rp3 triliun menjadi Rp3,3 triliun. Total aset juga tercatat naik dari posisi akhir 2016 sebesar Rp2,57 triliun menjadi Rp2,75 triliun di 2017. Sedangkan total liabilitas ikut naik dari Rp1,35 triliun menjadi Rp1,45 triliun.
PT Wijaya Karya Beton Tbk: Laba Meningkat 20,92%, Wika Beton Bagikan Dividen Sebesar Rp101,1 Miliar
Wika Beton bakal membagikan dividen sebesar Rp 12,13 per lembar saham. Hal tersebut sebagaimana yang telah diputuskan pada Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) tahun buku 2017.
Pada RUPST tersebut, disepakati bahwa Perseroan akan mengalokasikan dana sebesar Rp101,1 miliar atau sekitar 30% dari laba bersih yang dibagikan sebagai dividen kepada para pemegang saham. Angka tersebut mengalami kenaikan sebesar 23,8% dari tahun lalu yang hanya sebesar Rp 9,80 per lembar saham.
Adapun kinerja Persroan di sepanjang tahun 2017, Perseroan berhasil mencatatkan penjualan sebesar Rp5,36 triliun atau meningkat 54,01% dari pencapaian tahun 2016. Laba bersih terealisir sebesar Rp340 miliar, meningkat 20,92% dari pencapaian tahun 2016.
PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk: Telkom Catat Pendapatan Sebesar Rp19,1 Triliun dari Bisnis Enterprise
Telkom mencatat pendapatan yang tumbuh sebesar 21,0% dari segmen bisnis enterprise. Dari segmen bisnis ini, Telkom berhasil membukukan pendapatan sebesar Rp19,1 triliun di tahun 2017, meningkat dibandingkan tahun 2016 yang sebesar Rp15,78 triliun.
Telkom tercacat telah melayani 1.450 perusahaan sepanjang 2017, yang berasal dari industri consumer goods, asuransi, farmasi, dan perbankan yang berkontribusi sekitar 58% bagi total pendapatan di segmen enterprise.
Sementara dari pemerintahan, Telkom menyediakan solusi TIK bagi 940 institusi pemerintahan. Terakhir, untuk pelaku UKM sudah 300.000 unit usaha yang menggunakan berbagai solusi TIK milik Telkom, dan 3,7 juta UKM yang masih potensial menjadi full digital.
PT AKR Corporindo Tbk: Naik 18,88%, AKR Corporindo Kantongi Keuntungan Senilai Rp1,20 Triliun
AKR Corporindo berhasil membukukan keuntungan senilai Rp1,20 triliun pada akhir 2017 atau naik 18,88% dari posisi sebelumnya yang sebesar Rp1,01 triliun. Melonjaknya pos pendapatan Perseroan, ditenggarai menjadi penyebab utama bertumbuhnya laba tersebut.
Pendapatan Perseroan naik ke angka Rp18,28 triliun dari Rp15,21 triliun. Adapun pos beban pokok juga ikut naik menjadi Rp16,42 triliun dari posisi sebelumnya di 2016 Rp13,33 triliun. Hal tersebut akhirnya membuat laba bruto turun tipis menjadi Rp1,86 triliun dari posisi 2016 yang sebesar Rp1,87 triliun.
Kenaikan terbesar pendapatan Perseroan berasal dari bisnis bahan kimia dasar, yaitu 36% year on year dengan perolehan Rp4,5 triliun. Kenaikan tersebut didukung oleh kenaikan volume 12,6% menjadi 1.418 kMT.
PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk: Sido Muncul Beli Resep Jamu Senilai Rp33,95 Miliar
Sido Muncul telah melakukan pembelian resep jamu dari pemilik perusahaan Keluarga Hidayat, dengan nilai transaksi pengalihan lisensi mencapai Rp33,95 miliar.
Perseroan mengakhiri perjanjian pemberian lisensi rahasia dagang berupa resep dan pengembangan produknya dengan CV Mekar Subur yang dimiliki keluarga Hidayat.
Dari transaksi tersebut, Perseroan memperkirakan dapat menghasilkan margin EBIT 1,5 persen lebih tinggi, yang berpotensi meningkatkan perkiraan EBIT sepanjang 2018 sebesar 6 persen menjadi Rp791 miliar. Dengan asumsi pertumbuhan EBIT sebesar 23 persen (yoy).
PT Sri Rejeki Isman Tbk: Sritex Catat Kenaikan Pendapatan Sebesar US$759,35 Juta
Sritex mencatatkan kenaikan pendapatan selama tahun 2017 lalu sebesar US$759,35 juta. Hal ini ikut membuat laba perusahaan tekstil ini meningkat. Meski beban pokok penjualan dan pendapatan ikut meningkat sebesar 10%, laba kotor Sritex berhasil tumbuh 17,83% year-on-year (yoy) di tahun lalu menjadi US$171,27 juta.
Emiten berkode saham SRIL ini mencatatkan kenaikan pendapatan usaha sebesar 11,68% dibanding pendapatan tahun 2016 lalu sebesar US$679,94 juta. Beberapa beban lain, seperti beban umum dan administrasi, juga tercatat mengalami kenaikan sebesar 10,39% menjadi US$24,54 juta. Beban keuangan SRIL juga melonjak sebesar 24,58% dari US$50,53 juta menjadi US$62,95 juta tahun lalu.
Namun, SRIL juga berhasil melakukan efisiensi dengan berhasil menekan beban penjualan sebanyak 3,72% yoy menjadi US$12,55 juta. Selain itu, beban kurs SRIL juga merosot 38,02% menjadi hanya US$576.279 dan beban pajak mereka juga ikut merosot sebanyak 38,37% menjadi hanya US$4,11 juta.
PT Indofood Sukses Makmur Tbk: Naik Tipis, Indofood Bukukan Laba Rp4,17 Triliun
Indofood berhasil membukukan laba tahun berjalan yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk menjadi Rp4,17 triliun di sepanjang 2017, atau naik tipis 0,6%. Peningkatan laba tersebut di dongkrak oleh penjualan bersih yang terkonsolidasi tumbuh 5,3% menjadi Rp70,19 triliun, dari posisi Rp66,66 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Kelompok usaha strategi produk konsumen bermerek, Bogasari, agribisnis dan distribusi masing-masing berkontribusi sekitar 50%, 22%, 20% dan 8% terhadap penjualan konsolidasi Indofood Sukses Makmur.
Adapun laba per saham Perseroan per akhir 2017 mencapai Rp475 per saham. Sepanjang tahun berjalan, kinerja Perseroan telah turun 5,25%. Sementara itu, price earning ratio (PER) mencapai 14,51 kali dan kapitalisasi pasar senilai Rp63,66 triliun.
PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk: Tambah 10%, BNI Tebar Dividen Sebesar Rp4,77 Triliun
BNI dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) tahun buku 2017, sepakat untuk membagikan 25% dari laba bersih tahun 2017 sebagai dividen. RUPST juga setuju untuk memberikan dividen spesial sebesar 10%. Sehingga total dividen yang diberikan Perseroan sebesar 35% atau Rp4,77 triliun
Rapat menyetujui pembagian 25% dari laba bersih BNI tahun 2017 sebagai dividen yang nilainya setara dengan Rp3,4 triliun. Namun dividen dari BNI tidak sampai disitu. Perseroan juga memberikan dividen spesial 10% atau setara dengan Rp1,36 triliun. Sehingga total dividen yang diberikan sebesar 35% atau Rp4,77 triliun.
Khusus dividen bagian Pemerintah atas kepemilikan 60% di BNI, dananya akan disetorkan ke rekening kas umum negara dalam bentuk rupiah di Bank Indonesia.
PT Waskita Beton Precast Tbk: Per Maret 2018, Waskita Beton Precast Bukukan Pendapatan Sebesar Rp2,1 Triliun
Waskita Beton Precast sukses mencetak kinerja positif di awal 2018, dengan mencatatkan pendapatan sebesar Rp2,1 triliun per Maret 2018. Pendapatan tersebut naik signifikan sebesar 75% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yakni Rp1,2 triliun.
Perseroan juga berhasil membukukan laba sebesar Rp476 miliar per Maret 2018. Laba tersebut naik drastis sekitar 142% dibandingkan Maret 2017 yang hanya Rp196 miliar.
Adapun spanjang tahun ini, Perseroan menargetkan pendapatan sebesar Rp9,7 triliun, dengan laba sebesar Rp1,46 triliun. Perseroan juga membidik perolehan kontrak baru mencapai Rp11,5 triliun pada tahun ini.
PT Bank Mandiri (Persero) Tbk: Laba Tumbuh 49,5%, Bank Mandiri Bagikan Dividen Sebesar Rp9,2 Triliun
Bank Mandiri dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) tahun buku 2017, sepakat untuk membagikan 30% dari laba bersih tahun 2017 sebagai dividen. Kemudian RUPST juga sepakat untuk memberikan dividen tambahan 15% sehingga total dividen yang di terima pemegang saham adalah 45% dari laba bersih.
Jumlah Rp9,2 triliun dividen yang dibagikan setara dengan Rp 199,03 per lembar saham. Sisa 55% dari laba bersih 2017 disetujui sebagai laba ditahan. Pembagian saham yang hampir 50% dari laba tersebut karena pertumbuhan laba bersih 49,5% secara year on year (yoy) di 2017, atau tercatat sebesar Rp20,6 triliun.
Pencapaian tersebut di dorong oleh kenaikan pendapatan bunga bersih (NII) sebesar 0,6% menjadi Rp54,8 triliun dan peningkatan pendapatan atas jasa (fee based income) sebesar 16,4% menjadi Rp23,3 triliun.
PT Prodia Widyahusada Tbk: Tumbuh 71,1%, Prodia Bukukan Laba Bersih Rp150,80 Miliar
Prodia berhasil membukukan pertumbuhan laba bersih sebesar 71,1% menjadi Rp150,80 miliar pada tahun 2017. Pendapatan bersih Perseroan juga meningkat menjadi Rp1.466,01 miliar atau tumbuh sebesar 7,90% dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai Rp1.358,66 miliar.
EBITDA Perseroan pun meningkat 14,3% dari Rp209,07 miliar pada tahun 2016 menjadi Rp239,05 miliar pada tahun 2017. Kenaikan laba bersih Perseroan tersebut salah satunya ditopang oleh peningkatan pendapatan bersih Perseroan.
Segmen pelanggan individu dan rujukan dokter menyumbang masing-masing sekitar 33,3% dan 32,1% kepada pendapatan Perseroan. Sedangkan, kontribusi segmen referensi pihak ketiga dan klien korporasi sekitar 18,3% dan 16,2% terhadap pendapatan Perseroan. Pada tahun 2017, jumlah pemeriksaan mencapai 15,1 juta dan jumlah kunjungan mencapai 2,5 juta.
PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk: Laba Tumbuh 15,7 Persen, BTN Tebar Dividen Rp605,49 Miliar
BTN mencatat laba bersih 2017 sebesar Rp3,027 triliun di tahun 2017, atau naik 15,7% dibanding tahun sebelumnya yang sebesar Rp2,61 triliun. Melihat kinerja positif tersebut, Perseroan memutuskan membagikan dividen Rp605,49 miliar atau senilai 20% dari laba bersih.
Dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST), diputuskan bahwa nilai dividen per lembar saham senilai Rp 57,175 atau lebih tinggi 15,60% dibandingkan dividen yang dibagikan tahun lalu senilai Rp 49,459.
Dengan dividend pay out ratio sebesar 20 persen, maka sebesar 80 persen laba di tahan Perseroan atau setara dengan Rp2,421 triliun. Laba tersebut membuat BTN memiliki modal tambahan untuk ekspansi kredit dan pengembangan usaha.(DD)