Laba Tumbuh 15,7 Persen, BTN Tebar Dividen Rp605,49 Miliar

ilustrasi
Direktur Utama BTN, Maryono | Dok. Bank BTN

PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk mencatat laba bersih 2017 sebesar Rp3,027 triliun di tahun 2017, atau naik 15,7% dibanding tahun sebelumnya yang sebesar Rp2,61 triliun. Melihat kinerja positif tersebut, Perseroan memutuskan membagikan dividen Rp605,49 miliar atau senilai 20% dari laba bersih.

Dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST), yang di gelar Jumat (23/3/2018), diputuskan bahwa nilai dividen per lembar saham senilai Rp 57,175 atau lebih tinggi 15,60% dibandingkan dividen yang dibagikan tahun lalu senilai Rp 49,459.

“Dengan dividend pay out ratio sebesar 20 persen, maka sebesar 80 persen laba ditahan Perseroan atau setara dengan Rp 2,421 triliun. Laba tersebut membuat Bank BTN memiliki modal tambahan untuk ekspansi kredit dan pengembangan usaha,” kata Direktur Utama BTN, Maryono, seperti dikutip Merdeka.com, Sabtu (24/3/2018).

Dia menambahkan, penggunaan 80 persen laba bersih tersebut untuk ekspansi kredit dan usaha tahun 2018. Dengan pencapaian tahun 2017 yang berada di atas rata-rata perbankan nasional, Bank BTN tetap menjaga laju pertumbuhan kredit di atas rata-rata industri, yaitu senilai 22 hingga 24 persen di 2018.

Selain mematok pertumbuhan kredit yang tinggi, target dana pihak ketiga (DPK) juga didorong tumbuh 19 hingga 22 persen. Sementara itu, laba bersih diharapkan bisa tumbuh di atas 25 persen agar bisa mendorong peningkatan ekuitas sebesar 13-15 persen dibandingkan tahun 2017.

Menurut Maryono, terkait tidak adanya dividen spesial seperti BUMN perbankan lainnya, hal tersebut lebih dikarenakan perseroan sedang membutuhkan modal yang kuat untuk merealisasikan program satu juta rumah yang diinisiasi Pemerintah.

“Kami mendapat tugas untuk menyukseskan program satu juta rumah milik Pemerintah yang mana ada potensi backlog (kekurangan) rumah yang masih besar sekitar 11,4 juta rumah. Konsentrasi Kementerian BUMN ingin membantu BTN untuk mengurangi backlog tersebut sehingga keputusan dividen-nya tetap di 20 persen,” ujar Maryono dalam keterangannya yang dilansir CNNIndonesia.com, Sabtu (24/3/2018).

Ia melanjutkan,  Perseroan tengah melakukan penguatan posisi dalam bisnis Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dan rantai nilai konstruksi (construction value chain). Kemudian, struktur pendanaan dan rasio pertumbuhan giro dan tabungan. Dilanjutkan dengan meningkatkan pendapatan non bunga, meningkatkan pengembalian aset atau asset recovery dan efektivitas penagihan.

Disebutkan bahwa Perseroan juga akan memperkuat permodalan, perbaikan kualitas Sumber Daya Manusia, dan yang terkahir memperkuat infrastruktur Teknologi dalam rangka penguatan perbankan digital.(DD)