PT Bank Mandiri (Persero) Tbk dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) tahun buku 2017, sepakat untuk membagikan 30% dari laba bersih tahun 2017 sebagai dividen. Kemudian RUPST juga sepakat untuk memberikan dividen tambahan 15% sehingga total dividen yang diterima pemegang saham adalah 45% dari laba bersih.
Direktur Utama Bank Mandiri Kartika Wirjoatmodjo menjelaskan jumlah Rp9,2 triliun dividen yang dibagikan setara dengan Rp 199,03 per lembar saham.
“Sisa 55% dari laba bersih 2017 disetujui sebagai laba ditahan. Penetapan besaran dividen telah memperhatikan kebutuhan likuiditas Perseroan dalam mengembangkan bisnis, serta sebagai bentuk apresiasi Perseroan kepada pemegang saham atas dukungannya,” kata Kartika, dalam keterangannya yang dilansir Detik.com, Rabu (21/3/2018.)
Menurutnya, pembagian saham yang hampir 50% dari laba tersebut karena pertumbuhan laba bersih 49,5% secara year on year (yoy) di 2017, atau tercatat sebesar Rp20,6 triliun.
Pencapaian tersebut di dorong oleh kenaikan pendapatan bunga bersih (NII) sebesar 0,6% menjadi Rp54,8 triliun dan peningkatan pendapatan atas jasa (fee based income) sebesar 16,4% menjadi Rp23,3 triliun.
Sementara itu, Perseroan juga menargetkan pertumbuhan kredit sebesar 7% hingga 8% pada semester I 2018. Hal ini dengan memperhatikan mulai menggeliatnya sejumlah sektor perekonomian pada awal tahun 2018. “Kami harapkan 7-8 persen. Kuartal I 2018 biasanya agak slow (lambat),” kata Kartika seperti dikutip Kompas.com, Rabu (21/3/2018).
Kartika menyebutkan, beberapa segmen penyaluran kredit terpantau masih lambat hingga kuartal I 2018. Segmen tersebut antara lain konsumer dan menengah. Sementara itu, segmen korporasi, seperti infrastruktur, telekomunikasi, dan properti sudah mulai terpantau tinggi.
Hanya saja, penarikannya masih cenderung lambat mengikuti siklus penarikan belanja modal (capital expenditure) yang biasanya terjadi pada bulan Maret 2018.
Dengan demikian, Kartika memprediksi puncak permintaan dan penyaluran kredit baru akan terjadi pada kuartal II dan III 2018. Sementara itu, segmen-segmen mikro dan konsumer sudah terpantau tinggi penyalurannya sejak awal tahun.
“Khususnya di kredit serbaguna dan KUR ( Kredit Usaha Rakyat). Consumer dan mortgage juga tumbuh di atas double digit,” jelas Kartika.(DD)