Masuk minggu keempat di bulan Februri 2018, beberapa perusahaan masih merilis capaian kinerja mereka di tahun lalu. Terdapat beberapa hasil yang cukup signifikan yang di raih, baik dari segi laba atau capaian kontrak yang berhasil dibukukan perusahaan.
Salah satu perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) bahkan berhasil merilis laba yang diperolehnya, setelah sebelumnya kerap merugi. Kini Perseroan tersebut berhasil keluar dari daftar BUMN yang merugi.
PT Hotel Indonesia Natour (Persero): Berhasil Kantongi Keuntungan, Hotel Indonesia Natour Keluar dari Daftar BUMN Merugi
Hotel Indonesia Natour akhirnya berhasil keluar dari daftar Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang merugi. Ini semua merupakan hasil positif yang berhasil diraih Perseroan dari upayanya dalam membenahi diri, di tengah persaingan industri perhotelan yang semakin ketat.
Meski besaran keuntungan yang berhasil diraih belum seberapa, namun pencapaian tersebut menjadi sangat penting bagi Perseroan, di mana jajaran Direksi telah berhasil meraih apa yang mereka harapakan dari kerja keras mereka untuk keluar dari daftar BUMN merugi.
Sebagai informasi, dalam tiga tahun sebelumnya, performa keuangan Perseroan terus mengalami penurunan. Bahkan, di tahun 2015 kerugiannya mencapai Rp140 miliar dan di tahun 2016 kerugiannya berkurang menjadi Rp89 miliar. Pada tahun 2017, Perseroan berhasil mengantongi keuntungan atau laba sebesar Rp9 juta.
PT Waskita Karya (Persero) Tbk: Melonjak 131,72%, Waskita Karya Berhasil Membukukan Laba Rp4,201 Triliun
Waskita Karya berhasil mencatatkan laba bersih sebesar Rp4,201 triliun sepanjang tahun 2017. Nilai tersebut naik secara signifikan yakni 131,72% dibanding laba bersih tahun 2016 lalu yang hanya sebesar Rp1,813 triliun.
Pendorong peningkatan laba di tahun 2017 adalah pendapatan usaha Perseroan yang mencapai Rp45,21 triliun. Angka itu meningkat 90,04% dibanding pencapaian tahun 2016 sebesar Rp23,79 triliun. Faktor pendorong lain yakni nilai kontrak baru sepanjang 2017 sejumlah Rp55,83 triliun. Angka ini terhitung lebih rendah dibanding nilai kontrak baru pada 2016 sebesar Rp69,97 triliun.
Dalam 4 (empat) tahun belakangan ini, laba bersih Perseroan terus mengalami pertumbuhan. Tercatat laba bersih Perseroan dari 2014 ke 2015 tumbuh 104,68% menjadi Rp1 triliun. Lalu dari 2015 ke 2016 meningkat 72,99% menjadi Rp1,813 triliun, dan pada 2017 bertumbuh 131,72% menjadi Rp4,201 triliun.
PT Totalindo Eka Persada Tbk: Totalindo Berhasil Membukukan 35% Target Kontrak Proyek 2018
Totalindo berhasil membukukan 35% kontrak proyek yang ditargetkan tahun ini dari total sekitar Rp4,2 triliun. Kontrak baru tersebut berasal dari Pemprov DKI Jakarta yaitu proyek pembangunan hunian DP nol rupiah di kawasan Pondok Kelapa dan proyek transit oriented development (TOD) di Lebak Bulus.
Kontrak dari TOD Rp900 miliar dan pembangunan rumah DP Rp600 miliar, jadi totalnya Rp1,5 triliun. Jadi sudah 35% yang masuk. Sesuai target 2018, Totalindo mengharapkan komposisi proyek 70% berasal dari Pemerintah dan sisanya dari pihak swasta.
Perseroan menargetkan kontrak baru sebesar Rp4,2 triliun tahun ini. Target kontrak ini lebih tinggi dibandingkan dengan tahun sebelumnya Rp3,4 triliun. TOPS optimistis bisa melampaui target tersebut karena mengandalkan proyek-proyek dari Pemerintah yang menyasar segmen menengah ke bawah.
PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk: Tumbuh 8,1%, Garuda Indonesia Bukukan Pendapatan USD4,2 Miliar
Sepanjang 2017, Garuda Indonesia berhasil membukukan pendapatan operasi sebesar USD4,2 miliar atau setara Rp57,3 triliun (Rp 13.666/USD). Pendapatan yang berhasil diraih ini meningkat 8,1 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu yaitu sebesar USD3,9 miliar.
Tren pertumbuhan pendapatan operasional tersebut salah satunya ditopang oleh pertumbuhan pada lini layanan penerbangan tidak berjadwal yang meningkat sebesar 56,9 persen atau menjadi sebesar USD301,5 juta.
Selain itu sektor pendapatan lainnya (pendapatan di luar bisnis penerbangan & subsidiaries revenue) turut meningkat sebesar 20,9 persen dengan pembukuan pendapatan sebesar USD473,8 juta. Perseroan juga mencatatkan tingkat keterisian penumpang (seat load factor) sebesar 74,7 persen dengan tingkat ketepatan waktu (On Time Performance - OTP) sebesar 86,4 persen.
PT Unilever Indonesia Tbk: Naik 9,60%, Unilever Indonesia Catatkan Peningkatan Laba Menjadi Rp7 Triliun
Unilever Indonesia berhasil meraih kinerja positif di tahun 2017, Perseroan mencatatkan kenaikan laba sebesar Rp614 miliar. Angka tersebut naik 9,60% jika dibandingkan periode yang sama di tahun 2016.
Laba Unilever Indonesia tercatat sebesar Rp7 triliun pada 2017, dari sebelumnya Rp6,39 triliun. Adapun laba sebelum bunga, pajak, penyusutan dan amortisasi (EBITDA) naik ke Rp10,14 triliun dari Rp9,25 triliun.
Di sisi lain, Perseroan juga mencatat kenaikan aset menjadi Rp18,9 triliun dari sebelumnya Rp16,74 triliun. Aset tersebut, terdiri dari aset tidak lancar sebesar Rp10,96 triliun dan aset lancar sebesar Rp7,94 triliun.
PT Garuda Maintenance Facility Aero Asia Tbk: Naik 13,02%, GMF AeroAsia Bukukan Pendapatan US$439,28 Juta
Sepanjang 2017, GMF AeroAsia berhasil membukukan pendapatan sebesar US$439,28 juta, atau naik 13,02% dibandingkan dengan pendapatan tahun 2016 sebesar US$388,66 juta.
Laba bersih tahun berjalan pada 2017 sebesar US$50,95 juta. Capaian tersebut menurun 11,77% bila dibandingkan dengan laba bersih tahun 2016 sebesar US$57,74 juta.
Sedangkan jumlah laba komprehensif tahun berjalan pada 2017 sebesar US$50,73 juta dan naik dibandingkan raihan di tahun 2016 sebesar US$49,76 juta. Adapun aset Perusahaan tumbuh 21,82% dari sebelumnya US$442,59 juta menjadi US$539,15 juta pada 2017. Ekuitas Perusahaan meningkat 77,21% dari sebelumnya US$172,55 juta menjadi US$305,78 juta pada 2017.
PT Bank BNI Syariah: Sepanjang 2017, BNI Syariah Mencatatkan Laba Bersih Rp306,68 Miliar
BNI Syariah berhasil mencatatkan laba bersih Rp306,68 miliar di sepanjang 2017. Pencapaian tersebut memperlihatkan pertumbuhan sebesar 10,6% dari laba bersih yang diperoleh pada 2016 yakni sebesar Rp277,37 miliar.
Kenaikan laba tersebut disebabkan oleh ekspansi pembiayaan, peningkatan fee based, dan rasio dana murah yang optimal. Aset Perseroan tercatat sebesar Rp34,82 triliun atau naik 23% dari tahun 2016, bahkan lebih tinggi dari pertumbuhan industri sebesar 19%. Dari sisi pembiayaan, Perseroan telah menyalurkan Rp23,60 triliun atau naik 15,14% sejalan dengan pertumbuhan industri sebesar 15,16%.
Adapun komposisi pembiayaan terdiri dari segmen konsumer Rp12,16 triliun (51,5%), kecil dan menengah Rp5,13 triliun (21,7%), komersial Rp4,53 triliun (192%), mikro Rp1,4 triliun (5,9%), dan Hasanah Card Rp371,62 miliar (1,7%).
Perum Jamkrindo: Jamkrindo Berhasil Mencetak Laba Rp1,02 Triliun
Jamkrindo berhasil memperlihatkan kinerja positifnya disepanjang 2017, dengan keberhasilannya membukukan laba sebesar Rp1,02 atau meningkat dari tahun sebelumnya Rp941,4 miliar.
Perusahaan pun mengalami pertumbuhan dari Rp13,4 triliun pada 2016 menjadi Rp14,6 triliun pada 2017. Adapun untuk tahun 2018 ini, Jamkrindo terus berbenah dengan mengedepankan efisiensi dan efektifitas dalam menghadapi tantangan bisnis yang makin besar dan menuntut kesiapan dari semua unsur di dalam perusahaan untuk lebih baik dalam melaksanakan bisnis, tanpa meninggalkan core competency di sektor UMKMK.
Jamkrindo menjadi satu-satunya perusahaan penjaminan pertama dan terbesar. Disamping itu Perum Jamkrindo juga mendapat amanat oleh Pemerintah melalui Peraturan Pemerintah (PP) Nomor I tahun 2016 sebagai Lembaga Pelaksana Penjaminan Sistem Resi Gudang.
PT Astra International Tbk: Tahun Lalu, Astra Mengantongi Laba Bersih Sebesar Rp18,88 Triliun
Astra berhasil mencatatkan laba bersih sebesar Rp18,88 triliun di sepanjang 2017 atau mengalami kenaikan jika dibandingkan 2016 lalu yakni sebesar Rp15,15 triliun.
Pertumbuhan laba tersebut ditopang oleh pendapatan Perseroan yang mengalami kenaikan sebesar 14 persen menjadi Rp206,1 triliun dibandingkan dengan tahun 2016 sebesar Rp181,1 triliun.
Pertumbuhan kinerja Perseroan juga dipengaruhi oleh kembalinya profitabilitas PT Bank Permata Tbk, keuntungan bisnis alat berat dan sektor pertambangan. Bank Permata, yang 44,6 persen sahamnya dimiliki oleh Perseroan, mencatat laba bersih sebesar Rp748 miliar pada tahun 2017 dibandingkan dengan kerugian bersih sebesar Rp6,5 triliun pada tahun 2016.
PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk: Japfa Comfeed Bukukan Pertumbuhan Penjualan Menjadi Rp29,6 Triliun
Japfa Comfeed mencatat pertumbuhan penjualan konsolidasi sebesar 9,38% menjadi Rp29,6 triliun pada 2017, dibandingkan dengan realisasi penjualan pada tahun sebelumnya yang sebesar Rp27,06 triliun.
Mayoritas penjualan Perseroan dikontribusikan oleh pakan ternak, peternakan dan produk-produk konsumen. Ketiga segmen tersebut menyumbang Rp23,31 triliun bagi penjualan konsolidasi Perseroan pada 2017.
Disamping itu, total penjualan ketiga segmen tersebut menunjukkan kenaikan sekitar 11,21% dibandingkan dengan realisasi penjualan pada 2016 yang sebesar Rp20,96 triliun. Adapun bisnis penjualan anak ayam berumur sehari (day old chicken/DOC) juga meningkat.
PT Pertamina Lubricants: Ekspansi, Anak Usaha Pertamina Perluas Jangkauan Bisninya ke Australia
Pertamina Lubricants tengah berekspansi dengan memperluas jangkauan bisnisnya melalui pembukaan kantor representatif di Sydney, Australia. Ini merupakan langkah awal anak usaha PT Pertamina (Persero) tersebut untuk mengarah kepada perluasan pasar secara global.
Selama ini Perseroan sudah menaruh minat pada pasar pelumas di Australia sehingga menyusun langkah ke sana. Meski tengah melakukan ekspansi global seperti itu, Perseroan juga tetap optimis sanggup mempertahankan pangsa pasar domestiknya.
Pertamina Lubricants saat ini telah melebarkan sayapnya di 17 negara, termasuk Australia. Sejak berdiri sebagai anak usaha Pertamina pada tahun 2013, perusahaan ini sudah memiliki 16 distributor di luar negeri.(DD)