Bisnis pengiriman barang PT Tiki Jalur Nugraha Eka Kurir (JNE) terus melaju. Selama delapan bulan pertama tahun ini, rata-rata volume pengiriman barang JNE tumbuh 30 persen.
Pertumbuhan paling besar terjadi di bulan Juni karena menghadapi momentum lebaran. Hingga akhir tahun, Perusahaan ini optimis bisa mencatatkan pertumbuhan volume pengiriman barang lebih dari 30 persen seiring dengan pertumbuhan bisnis e-commerce.
Presiden Direktur JNE Muhammad Feriadi mengatakan, potensi pertumbuhan pengiriman barang yang bisa dibidik perseroan di kuartal IV ini sangat besar. Sementara terkait dengan Paket Kebijakan Ekonomi Tahap XIV yang baru dikeluarkan Pemerintah, JNE mendukung Pemerintah dalam berbagai kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan perkembangan usaha mikro, kecil, dan menengah UMKM mau pun e-commerce.
“Karena berkaitan juga dengan industri pengiriman ekspres dan logistik yang memegang peranan penting di dalamnya. JNE akan berupaya maksimal dalam berperan aktif dan berkontribusi terhadap berbagai hal untuk mendukung kebijakan tersebut,” kata Feri secara tertulis kepada Annualreport.id.
Menurut Feri, Perseroan melihat pada dampak e-commerce yang besar terhadap pengiriman JNE. Pihaknya pun optimis dapat terus meningkatkan kapasitas pengiriman.
“Kebutuhan distribusi barang dalam industri e-commerce berjumlah besar dan oleh sebab itu diperlukan kerjasama serta gotong-royong untuk memenuhinya. Mengenai hal ini, JNE berupaya maksimal untuk terus berperan aktif bersama perusahaan jasa pengiriman ekpres dan logistik lainnya di dalam ASPERINDO, untuk memberikan dukungan terhadap kebijakan pemerintah tersebut serta bersama-sama menjalankan strategi agar berbagai tantangan dapat selalu teratasi dengan baik,” papar Feri.
Saat ini, pertumbuhan e-commerce berdampak besar terhadap JNE dimana 60% - 70% pengiriman JNE adalah dari e-commerce. Pengembangan dan inovasi juga akan terus JNE lakukan dengan meningkatkan berbagai sektor penting yang dapat mendukung perkembangan e-commerce mau pun UMKM, seperti sektor IT.
Tahun ini, JNE meluncurkan berbagai produk layanan dan fasilitas, baik di bidang IT mau pun dalam hal infrastruktur, yang dapat dimanfaatkan oleh pelanggan untuk mendukung aktifitas pengiriman. Produk-produk layanan tersebut bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan, mulai dari proses packaging sampai dengan proses penerimaan paket oleh penerima. Produk layanan tersebut yaitu, My JNE, JNE Pop-box, JNE Trucking (khusus Sumatera, Jawa, Bali), JNE International Shipment, @Box Pre-paid (khusus DKI Jakarta).
Selain itu, JNE juga bekerjasama dengan online marketplace terkemuka di Indonesia seperti Tokopedia, Lazada, Blibli, Bukapalak, Elevania, Zalora, Shopee dan sebagainya.
“Dengan kerjasama terhadap pelaku-pelaku besar e-commerce tersebut, berbagai momen penting telah didukung oleh JNE seperti Harbolnas, Mobile Shopping Day dan yang lainnya. Salah satu online marketplace terkemuka, yaitu Tokopedia, memberikan titel kepada JNE yaitu ‘Preferred Logistic Partner’,” jelas Feri.
Seiring dengan berbagai program dan pengembangan beragam produk layanan JNE, kata Feri, merupakan bentuk dukungan Perseroan terhadap e-commerce mau pun UMKM. Dengan meningkatkan kapasitas pengiriman JNE selama beberapa tahun terakhir atau sejak 2010 dimana e-commerce mulai tumbuh pesat di Indonesia.
Sedangkan PT Tata Motors Distribution Indonesia (TMDI), agen pemegang merek kendaraan Tata di Nusantara, turut memberikan respon atas perkembangan sektor jasa transportasi dan logistik.
“Masih ada potensi besar di logistik Indonesia dan industri ini merupakan partner utama kami. Kami yakin hanya masalah waktu saja. Jika logistik meningkat maka pasar kendaraan komersial juga bertumbuh,” jelas Presiden Direktur TMDI Bismadev Sengupta.
Selain menghadirkan line-up seperti pick-up bermesin diesel, truk ringan, bus dan tracktor head yang dapat digunakan untuk menjawab beragam keperluan bisnis. Brand otomotif asal India yang fokus di kendaraan komersial ini memiliki strategi sendiri untuk sektor logistik.
“Kendaraan Tata dirancang dengan memperhatikan aspek efisiensi bahan bakar dan kemampuan untuk mengarungi kondisi infrastruktur yang kurang baik. Kami berpendapat, biaya konsumsi BBM hampir mencapai 50% dari biaya operasional logistik dan ketika bisa menghematnya maka mengurangi beban biaya bagi pemain logistik di Indonesia,” imbuhnya.
Di samping itu, pelayanan purna jual menjadi sudut pandang penting bagi Tata. “Berbicara jaringan, kami memiliki 119 Touch Point guna mendukung partner logistik. Lalu besaran total biaya kepemilikan dan operasional yang sangat rendah di segmen masing-masing. Road assitance 24 jam, garansi terbaik dan ketersediaan suku cadang 1x24 jam,” katanya. (DD)