Korporasi Sepekan: Dua BUMN Perbankan Bukukan Laba, BRI Rp32,4 Triliun Mandiri Rp25 Triliun

ilustrasi
Paparan kinerja Bank BRI untuk tahun buku 2018 | Dok. Bank BRI

Masuk minggu terakhir di bulan Januari, dua perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) perbankan memaparkan kinerja untuk tahun buku 2018 dengan menorehkan pencapaian positif. Kedua BUMN perbankan ini berhasil membukukan laba yang tumbuh dibanding tahun 2017.

BUMN lainnya pun berhasil mencatatkan pencapaian kinerja positif untuk tahun buku 2018 dengan membukukan laba serta pendapatan yang naik dibanding tahun sebelumnya. Sementara dua perusahaan BUMN infrastruktur resmi melepas status “Persero” sebagai persiapan untuk bergabung dengan holding BUMN.

PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk: Naik 11,6%, BRI Bukukan Laba Rp32,4 Triliun

Bank BRI (BBRI) kembali menorehkan kinerja positif hingga akhir tahun 2018 dengan membukukan laba sebesar Rp32,4 triliun. Angka ini naik 11,6% dibandingkan laba tahun 2017 sebesar Rp29 triliun.

Salah satu pendorong profitabilitas BRI yakni penyaluran kredit ke sektor UMKM yang terus meningkat. Hingga akhir Desember 2018, portofolio penyaluran kredit BRI terhadap segmen UMKM tercatat sebesar Rp645,7 triliun, atau setara 76,5% dari total penyaluran kredit BRI. Angka ini lebih tinggi dibandingkan proporsi kredit UMKM BRI di akhir tahun 2017 sebesar 75,6%.

Untuk simpanan atau Dana Pihak Ketiga (DPK) BRI di akhir Desember 2018 tercatat Rp944,3 triliun, atau tumbuh 12,2% year on year. Aset BRI pun terkerek di angka Rp1.296,9 triliun, tumbuh 15,2% dibandingkan posisi Desember 2017 sebesar Rp1.126,2 triliun.

PT Bank Mandiri (Persero) Tbk: Jaga Konsistensi Pertumbuhan Bisnis, Mandiri Bukukan Laba Rp25 Triliun

Bank Mandiri (BMRI) menjaga konsistensi dalam pertumbuhan bisnis, dengan mencatatkan laba bersih Rp25,0 triliun pada akhir 2018 atau tumbuh 21,2% secara year on year (yoy). Kenaikan itu di dorong oleh pertumbuhan pendapatan bunga bersih (NII) sebesar 5,28% menjadi Rp57,3 triliun dan kenaikan pendapatan atas jasa (fee based income) sebesar 20,1% menjadi Rp28,4 triliun.

Perseroan juga berhasil memperbaiki kualitas kredit yang tercermin pada penurunan rasio Non Performing Loan (NPL) dari 3,46% pada 2017 menjadi 2,75% di akhir tahun 2018 sehingga memangkas alokasi biaya pencadangan Perseroan menjadi Rp14,2 triliun dari Rp15,9 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya. Di samping itu, biaya operasional juga dapat ditekan sehingga rasio Cost to Income Ratio turun dari 45,60% menjadi 44,41%.

Pada tahun lalu, Bank Mandiri juga telah melakukan fungsi intermediasi dengan baik dengan total penyaluran kredit sebesar Rp820,1 triliun, naik 12,4% dari tahun sebelumnya. Dari capaian itu, pembiayaan produktif  Perseroan tercatat sebesar Rp558,7 triliun atau 77,71% dari portofolio. Kinerja ini pun kemudian berdampak pada kenaikan nilai aset konsolidasi Perseroan menjadi Rp1.202,3 triliun pada akhir tahun lalu.

PT Pindad (Persero): Pindad Cetak Laba Rp98 Miliar

Pindad berhasil mencetak laba kurang lebih Rp98 miliar di sepanjang tahun 2018, atau melampaui target RKAB (Rencana Kerja Dan Anggaran Biaya). Di 2018, pendapatan Perseroan tercatat di atas target RKAB (Rencana Kerja Dan Anggaran Biaya) dengan revenue Rp3,2 triliun.

Laba bersih yang diperoleh Perseroan tahun lalu juga melampaui perolehan laba tahun lalu yang menembus Rp94 triliun. Laba Perseroan tahun 2018 tercatat kurang lebih di Rp98 miliar.

Sebagian laba yang diraih Perseroan, disetorkan pada Pemerintah sebesar 7 persen, kemudian sisanya untuk bonus ke karyawan dan perbaikan gedung dan investasi. Untu porsi pendapatan dari lini alutsista, tercatat terus naik. Lini industri juga menanjak. Dari pertahanan naik, tapi yang dari industrial cukup bagus, kurang lebih (mencapai pendapatan) hampir Rp1 triliun.

PT Hotel Indonesia Natour (Persero): Tumbuh 241 Ribu Persen, Hotel Indonesia Natour Bukukan Laba Bersih Rp21,7 Miliar

Hotel Indonesia Natour (HIN) berhasil membukukan laba bersih sebesar Rp21,7 miliar pada tahun 2018, melonjak 241.000% dari laba tahun 2017 yang hanya sebesar Rp9 juta.

Secara prosentasi kenaikan laba bersih sangat tinggi, mencapai 241.000%. Tahun 2018 merupakan 'tahun pertumbuhan' bagi HIN yang mencerminkan keberhasilan tranformasi usaha yang dijalankan Perseroan.

Pada saat yang bersamaan, HIN juga membukukan pendapatan pada tahun 2018 sebesar Rp698,58 miliar, tumbuh 16,86% dibanding tahun 2017 sebesar Rp597 miliar. Sejalan dengan itu, tingkat okupansi kamar (occupancy rate) HIN melonjak sebesar 6,02 poin menjadi 69% dan jumlah kamar yang terjual mengalami peningkatan sebesar 9,97%. Penjualan secara online pun mengalami peningkatan sebesar 40,36%.

Perusahaan Umum Perikanan Indonesia (Perum Perindo): 2018, Perum Perikanan Indonesia Catatkan Pendapatan Sebesar Rp1 Triliun

Perum Perikanan Indonesia, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di bidang perikanan berhasil mencatatkan kinerja positif sepanjang 2018, dengan sukses membukukan pendapatan Rp1 triliun (unaudited).

Angka pendapatan tersebut meningkat 39,7% jika dikomparasi dengan tahun sebelumnya yang senilai Rp600 miliar. Untuk laba bersih Perum Perindo di 2018 tercatat sangat signifikan yakni sebesar Rp27 miliar di mana sebelumnya pada tahun 2017 tercatat sebesar Rp7,98 miliar.

Perolehan pendapatan senilai Rp1 trilliun tersebut berasal dari tiga sektor yakni, pendapatan disektor Pelabuhan senilai Rp191,9 miliar, pendapatan Budidaya sebesar Rp154,8 miliar dengan volume 2.183 ton, dan terakhir pendapatan Perdagangan Rp616,5 miliar dengan volume sebesar 41.675 ton.

PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk: Bank Jatim Bukukan Laba Rp1,26 Triliun

Bank Jatim (BJTM) mencatatkan laba sebesar Rp1,26 triliun pada akhir 2018 atau tumbuh sebesar 8,71% dari realisasi tahun sebelumnya senilai Rp1,15 triliun. Pertumbuhan laba tersebut didorong oleh naiknya pendapatan bunga bersih dan pendapatan provisi atau fee based income (FBI).

Pendapatan bunga bersih (net interest income/NII) masih mendominasi komposisi laba tahun 2018. NII, lanjutnya, tumbuh 5,92% menjadi Rp3,7 triliun dari Rp3,5 triliun.

Pada tahun ini, Bank Jatim mencatat Fee Based Income (FBI) berkontribusi sebesar 19,45% ke total pendapatan. Hal tersebut disebabkan oleh transaksi valas jamaah haji di Arab Saudi dan wisatawan yang memakai Dolar Amerika Serikat sebesar 19,75% kepada FBI.

PT Wijaya Karya (Persero) Tbk: Siap Gabung Holding Perumahan, WIKA Resmi Lepas Status Perseroan

WIKA baru saja melakukan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada Senin, 28 Januari 2019, dalam rangka mengesahkan penghapusan status “Persero” dari nama Perusahaan. Penghapusan ini sebagai bagian dari pembentukan holding BUMN sektor perumahan yang berada di bawah kendali Perum Perumnas (Persero).

Dengan penghapusan status Persero ini, maka sesuai rencana, Perusahaan akan bergabung dengan sejumlah BUMN karya lainnya dalam holding BUMN Perumahan dan Pengembangan Kawasan.

Para pemegang saham WIKA telah menyetujui tentang penghilangan status Persero Perusahaan melalui RUPSLB. Perubahan status dari Persero menjadi Non Persero itu merupakan salah satu tahapan dalam pembentukan Holding BUMN Perumahan dan Pengembangan Kawasan.

PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk: Siap Masuk Holding, PTPP Lepas Status Persero

PTPP bakal melepas status Persero untuk bergabung dalam Holding BUMN Perumahan dan Pengembangan Kawasan. Langkah ini telah disepakati bersama dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) Tahun 2019 yang dilaksanakan pada Rabu (30/1/2019), di Kantor Pusat Jakarta.

Dalam RUPSLB tersebut, para Pemegang Saham PTPP menyetujui Perubahan Anggaran Dasar Perusahaan dengan penghapusan status “Persero” menjadi “Non Persero”. Penghapusan ini menjadi bagian dari pembentukan holding BUMN yang berada di bawah kendali Perusahaan Umum Pembangunan Perumahan Nasional (Perum Perumnas).

PTPP akan bergabung dan bersinergi dengan sejumlah BUMN lainnya dalam Holding BUMN Perumahan dan Pengembangan Kawasan. Sebanyak 51% Saham Seri B Milik Pemerintah dialihkan sebagai penyertaan modal negara ke dalam modal saham Perum Perumnas, sedangkan Saham Seri A tetap dimiliki oleh Pemerintah.

PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk: BTN Angarkan Dana Rp6,7 Triliun untuk Akuisisi Perusahaan Keuangan

Bank BTN (BBTN) menganggarkan dana Rp6,7 triliun untuk ekspansi secara anorganik tahun ini, guna merealisasi rencana untuk mengakuisisi dua perusahaan keuangan yang sudah direncanakan sejak tahun lalu. Kedua perusahaan keuangan tersebut yakni perusahaan manager investasi (MI) dan asuransi.

Kabarnya, BTN akan mengakuisisi anak usaha PT Permodalan Nasional Madani (Persero) atau PNM, yakni PT PNM Investment Management (IM). Bank ini ingin mencaplok perusahaan manager investasi guna menggarap potensi pendanaan jangka panjang setelah Badan Pengeloaan Tabungan Perumahaan Rakyat (BP Tapera) beroperasi.

Akusisi perusahaan MI tersebut akan rampung dan diluncurkan di kuartal I/2019 ini. Proses akuisisi perusahaan MI tersebut tidak hanya karena menunggu BP Tapera terbentuk tetapi BTN juga perlu mengikuti syarat yang diinginkan Badan baru tersebut.

PT Pertamina (Persero): Kurangi Impor Solar 17%, Pertamina Bangun Kilang Balikpapan Senilai Rp57,8 Triliun

Pertamina tengah memulai konstruksi proyek revitalisasi Kilang Balikpapan di Kalimantan Timur yang mulai dibangun, dan ditargetkan beroperasi pada 2023. Kilang baru ini, ditargetkan mampu mengurangi impor solar hingga 17%.

Dimulainya konstruksi Kilang Balikpapan telah disampaikan Pertamina kepada Presiden Joko Widodo di Istana Negara, Jakarta, pada Senin, 28 Januari 2019. Pembangunan konstruksi Kilang Balikpapan ini direncanakan sejak akhir tahun lalu oleh Pertamina. Kilang Balikpapan ditargetkan mulai beroperasi pada Agustus 2023.

Target penyelesaian kilang tersebut mundur dibandingkan target sebelumnya pada 2021. Namun, Pertamina memastikan akan mendorong pembangunan kilang tersebut sehingga dapat diselesaikan dalam waktu 53 bulan. Pembangunan RDMP Kilang Balikpapan akan dilakukan oleh Joint Operation 4 perusahaan dalam dan luar negeri, dengan kontrak pembangunan RDMP Balikpapan mencapai Rp57,8 triliun atau US$4 miliar.(DD)