Sektor Industri dan Investasi Menguat Dengan Kenaikan Tertinggi

Ilustrasi
Ilustrasi | Annualreport.id

Perbaikan ekonomi Indonesia di tahun 2017 lalu ditopang oleh beberapa faktor. Pertama, dari sisi investasi, baik ekspor dan impor yang menunjukkan kondisi yang baik. Berdasarkan data yang dilansir Bank Indonesia, hingga November 2017, neraca perdagangan Indonesia tercatat surplus sekitar USD12 miliar.

Capaian ini jauh lebih tinggi dari periode sebelumnya yang sekitar USD8,84 miliar. Sementara defisit transaksi berjalan pun diperkirakan tahun 2017 ini terjaga cukup baik di kisaran 1,65%.

Penopang lainnya berasal dari sektor industri. Berdasarkan data Kementerian Perindustrian (Kemenperin) pada kuartal III-2017, sektor industri menyumbang sebesar 17,76% atau tertinggi dibandingkan dengan sektor lainnya.

Mayoritas angka itu berasal dari pertumbuhan industri pengolahan nonmigas yang mencapai 5,49% atau lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 5,06%.

Cabang industri yang menopang kinerja manufaktur tersebut antara lain industri logam dasar yang tumbuh 10,6%, diikuti industri makanan dan minuman 9,49%, industri mesin dan perlengkapan 6,35%, dan industri alat transportasi 5,63%.

Sumbangan industri makanan dan minuman terhadap total industri nonmigas mencapai 34,95% pada kuartal III 2017. Hasil kinerja ini menjadikan sektor tersebut menjadi salah satu kontributor terbesar dari sisi industri terhadap PDB dibandingkan dengan sektor lainnya.

Selanjutnya dilihat dari perkembangan realisasi investasi, industri makanan dan minuman untuk Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) triwulan III 2017 mencapai Rp27,92 triliun atau meningkat sebesar 16,3% dibandingkan dengan periode yang sama di 2016. Sedangkan, untuk Penanaman Modal Asing (PMA) sebesar USD1,46 miliar.

"Pemerintah terus berupaya menjaga ketersediaan bahan baku yang dibutuhkan industri makanan dan minuman agar semakin produktif dan berdaya saing global. Apalagi sektor ini basisnya nilai tambah sehingga proses hilirisasi perlu dijamin," kata Menteri Perindustrian (Menperin) Airlangga Hartarto, seperti yang dilansir Metrotvnews.com, Kamis (28/12/2017).

Adapun pada periode 2017-2020 sudah ada 89 proyek investasi dengan nilai mencapai Rp527,5 triliun dan ditargetkan menyerap tenaga kerja sebanyak 544 ribu orang. Pada 2016, nilai investasi PMDN sektor industri mencapai Rp106,78 triliun atau tumbuh19,92 % dibandingkan dengan di 2015 sebesar Rp89,04 triliun.

Sedangkan, untuk nilai investasi PMA, sektor industri 2016 memberikan sumbangan sebesar USD16,68 miliar atau meningkat 41,86% dibandingkan dengan di 2015 yang mencapai USD11,76 miliar. Investasi PMA ini memberikan kontribusi 57,61% dari total investasi PMA 2016 sebesar USD28,96 miliar.

Berkaca dari pertumbuhan industri pada kuartal III 2017, Kemenperin menargetkan pertumbuhan industri pengolahan nonmigas sebesar 5,67% pada 2018.

Alhasil, capaian tersebut juga mendorong volatilitas rupiah yang terjaga di kisaran 3%. BI mencatat, di 2016, volatilitas rupiah berada di kisaran 8%.

“Kami lihat volatilitas rupiah terjaga. Kalau tahun lalu volatilitas pernah capai rata-rata 8%, sekarang ini dikisaran 3%," ungkap Gubernur BI Agus dalam publikasinya yang dirilis, Kamis (28/12/2017).

OJK juga mencatat sektor jasa keuangan Indonesia hingga akhir 2017 terus menunjukkan kondisi yang stabil dengan kinerja intermediasi yang berada pada level positif.

Data OJK menunjukkan, likuiditas pasar terlihat memadai dengan excess reserve perbankan per 13 Desember 2017 sebesar Rp644,95 triliun.

Kinerja intermediasi sektor jasa keuangan juga berada pada level positif, terutama didukung oleh penghimpunan dana di pasar modal telah mencapai Rp257,02 triliun, melebihi target tahun 2017 sebesar Rp217,02 triliun.

Pertumbuhan intermediasi perbankan ditunjukkan angka kredit perbankan hingga akhir November 2017 telah meningkat sebesar Rp228 triliun, sehingga total kredit perbankan mencapai Rp4.605 triliun atau tumbuh sebesar 7,47% yoy.

Sementara itu, Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) mencatat, nilai outstanding obligasi korporasi nasional per 22 Desember 2017 mencapai Rp382 triliun, atau naik 27,75% dari posisi akhir 2016 yang hanya Rp299 triliun.

Obligasi tersebut diterbitkan oleh 119 perusahaan dengan total 531 seri obligasi. Bila dibandingkan dengan tahun lalu, jumlah perusahaan yang menerbitkan obligasi hanya bertambah sembilan perusahaan.

Tak hanya obligasi korporasi yang bertambah, tetapi juga dengan penerbitan surat utang jangka menengah (medium term note/MTN).

Total emisi MTN hingga 22 Desember 2017 mencapai Rp44,27 triliun dan USD775 juta. Sementara itu, penerbitan MTN pada 2016 hanya dalam denominasi rupiah yakni sebanyak Rp25,69 triliun. Kenaikan peringkat utang Indonesia oleh Fitch Ratings menjadi BBB dari BBB- juga menjadi katalis perusahaan menerbitkan obligasi. Hal ini akan membuat yield obligasi semakin turun. (RiP)