Sepak Terjang INKA di Benua Asia

ilustrasi
Ilustrasi | Joko/Annualreport.id

Sebagai salah satu produsen KA, nama PT Industri Kereta Api (Persero) atau INKA sudah tidak asing lagi di dunia transportasi. PT INKA merupakan salah satu BUMN yang mulai meniti karir sejak 18 Mei 1981.

Pada awal perkembangannya, INKA menghasilkan produk berupa gerbong penumpang kelas ekonomi dan kereta barang. Namun, seiring perkembangan zaman, INKA sudah mulai beralih menjadi sebuah manufaktur perkeretaapian modern yang namanya diakui oleh dunia.

Seiring roda berputar, aktifitas bisnis dari INKA sendiri kini mulai merambah bidang penyedia produk, jasa perkeretaapian dan transportasi yang bernilai dan bermutu tinggi.

Perubahan bisnis yang cukup signifikan dari INKA mampu mengharumkan namanya di bidang perbaikan moda transportasi “ular besi” ini. Di bawah kendali sistem manajemen mutu ISO 9001 dan kemitraan global, INKA mengembangkan berbagai jenis produk yang berhubungan dengan dunia perkeretaapian demi bersaing di kancah internasional.

Mimpi INKA untuk menjadi salah satu produsen KA di tingkat internasional mulai terbeli dan menjadi kenyataan. Pada tahun 1996, INKA berhasil merakit lokomotif pertamanya (GE Lokindo) pada tahun 1996, hebatnya lagi, produksi tersebut langsung diekspor ke Filipina. Pada tahun yang sama, INKA juga melakukan peluncuran terhadap kereta Argo Lawu yang menghubungkan Jakarta dengan Solo.

Dua tahun berselang, INKA kembali mengekspor KA ke negeri Gajah Putih, Thailand, yaitu berupa 70 unit ballast hopper wagon. Kemudian, pada 2006 mengekspor 50 unit passenger coach ke Bangladesh. Ada pula ekspor ke Australia, saat INKA mengekspor wagon centre parts di tahun 2004. Terakhir pada 2012 INKA mengekspor power generating car dan passenger coach ke Malaysia dan ke Singapura, INKA juga mengeskpor well wagon.

Pada akhir tahun 2015, INKA telah kembali mendapatkan pesanan produk KA untuk pemerintah Bangladesh melalui Bangladesh Railway sebanyak 150 kereta atau senilai USD72 juta untuk delivery tahun 2016.

Pasar Bangladesh merupakan pasar yang sangat menarik bagi industri KA di Indonesia, bukan saja karena proyek pembangunan perkeretaapian yang berkelanjutan dengan dukungan ADB (Asian Development Bank), namun juga menjadi kesempatan baik bagi INKA (Persero) untuk dapat memasuki pasar negara Asia Selatan seperti: Pakistan, Srilanka, kawasan Asia Tenggara dan Timur Tengah yang juga sangat berminat terhadap produk industri KA Indonesia.

Proyek ekspor ke Bangladesh juga menjadi nilai strategis bagi industri KA Indonesia, karena dengan mendapatkan supply record Ekspor, kita akan mudah lolos dalam evaluasi di tender-tender internasional baik di kawasan Asia Tenggara maupun di negara berkembang lainnya, yang merupakan segmen utama pasar ekspor industri KA Indonesia.

Pesaing utama industri KA Indonesia adalah dari India dan Cina yang didukung sepenuhnya oleh Bank Exim pemerintah masing-masing, yang selain bisa menawarkan harga kompetitif juga menawarkan paket pendanaan untuk Bangladesh Railway.

Di sisi lain, pasar Bangladesh dalam kacamata perbankan komersial di Indonesia adalah pasar dengan risiko negara (country risk) yang tinggi, sehingga beban atas biaya modal yang ditawarkan akan sangat tinggi, yang berakibat pada harga produk yang tidak kompetitif atau margin yang sangat tidak menarik.

Tanpa dukungan dari Pemerintah, maka industri KA Indonesia sulit untuk dapat memanfaatkan peluang ekspor di Bangladesh, yang akhirnya berdampak pula pada semakin sulitnya meraih peluang ekspor ke kawasan regional dan negara berkembang lainnya, hal ini disebabkan terutama karena tidak bisa bersaing dengan harga produk dari India dan Cina.

Guna memuluskan jalan INKA di kancah internasional, pada tahun 2015 Menteri Keuangan Republik Indonesia telah menerbitkan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 1156/KMK.08/2015 tentang Penugasan Khusus Kepada Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia Untuk Menyediakan Pembiayaan Ekspor Produk Gerbong Penumpang Kereta Api. (DD)