Kereta buatan PT INKA terbilang cukup laris di beli sejumlah negara di Asia, mulai dari Malaysia, Thailand, Singapura, Filipina, hingga ke Negara Kangguru yakni Australia. INKA terus berupaya untuk memperluas pangsa pasar di luar negeri dengan membidik pasar ekspor kereta api ke Afrika.
INKA terus mempromosikan produk unggulannya ke negara-negara di kawasan benua Afrika. Saat ini produsen KA nasional itu tengah menjajagi kerja sama dengan negara-negara seperti Zambia, Tanzania, Mozambik, Sudan, dan Mesir.
Dalam keterangan dilansir Metrotvnews.com, Juni lalu, Direktur Utama INKA Agus H Purnomo mengatakan, pihaknya saat ini sudah menyelesaikan proses kontrak ke Bangladesh yang didukung pendanaan program National Interest Account (NIA). Rencananya akan ada ekspor sebanyak 50 kereta penumpang broad gauge (86) dan 200 kereta penumpang meter gauge (MG).
“Alhamdulillah kereta INKA sudah jalan di Malaysia, Bangladesh, Australia, Filipina. Dalam waktu dekat akan ada beberapa negara Afrika dan nanti Amerika. Lalu, kita targetkan di Asia Selatan. Target kami memang menjadi main player di Asia Selatan dan Afrika,” kata dia.
Dirinya menambahkan, produk INKA diharapkan tak kalah dari produk kereta api buatan Tiongkok. Dengan begitu, minat pasar internasional terhadap kereta buatan Indonesia akan semakin banyak lagi dan semakin dikenal oleh berbagai pihak di seluruh dunia.
“Sehingga untuk basis ekspor, tahun lalu 150 kereta Rp1 triliun. Harapan tahun ini USD150 juta kami dapat kontrak. Mudah-mudahan ke depan kami bisa bersaing di mana pun di dunia ini. Insya Allah ini bisa kalahkan dunia. Kami sudah keliling Jepang, Eropa tapi kami tidak akan gembar-gembor untuk kalahkan Tiongkok,” jelas dia.
Sementara itu, Direktur SDM dan Keuangan INKA Mohamad Nur Sodiq, seperti dilansir Detik.com, mengungkapkan produk milik INKA telah mendapatkan respon yang positif di Benua Hitam Afrika.
“Kita baru dapat proyek pembuatan 100 lokomotif ke Zambia, ini kerja sama dengan Bombardier, nilainya hampir USD40 juta. Sebenarnya kita sudah bisa buat lokomotif sendiri, tapi untuk teknik yang lebih canggih, kita kerja sama dulu,” ujar Sodiq.
Menurutnya, sejumlah negara di Afrika sudah menyatakan ketertarikannya pada kereta maupun lokomotif. Pihaknya sudah mengirim tim ke negara-negara tersebut, beberapa bahkan sudah mulai ikut tender. Hal yang membuatnya cukup optimis, lantaran produk INKA diakui lebih murah dibandingkan sejumlah pemasok di Afrika seperti Eropa dan Cina.
“Kita sudah kirim tim ke Senegal, Mesir, dan Ethiopia untuk mendetailkan pola kebutuhan kereta yang mereka inginkan. Harga kita lebih kompetitif, jauh lebih murah dari Eropa, bahkan Cina sekalipun. Selama ini Afrika kan jadi market kereta Eropa,” jelas Sodiq.
Untuk memenuhi pesanan, tentu saja INKA membutuhkan dana yang tidak sedikit. INKA membutuhkan pendanaan sampai Rp7 triliun pada tahun 2017 ini, untuk membiayai proyek di dalam dan luar negeri.
Dikutip Liputan6.com, Sodiq mengatakan, untuk di dalam negeri sendiri, INKA tengah menggarap proyek gerbong pesanan PT KAI, Kereta Bandara Soekarno-Hatta dan Bandara Minangkabau, serta LRT (light rail transit) Palembang.
“Jadi 438 (gerbong KAI) salah satunya. Kita juga sedang mengerjakan KRL Bandara Soekarno-Hatta, proyek Bandara Internasional Minangkabau, LRT Palembang untuk persiapan Asian Games. Minangkabau kereta rel diesel (KRD),” ujarnya.
Untuk proyek luar negeri, INKA akan menggarap KA Bangladesh tahap kedua. Nilai kontrak untuk proyek ini kurang lebih USD99 juta. Kemudian, INKA juga akan menggarap proyek 100 lokomotif untuk Zambia, Afrika. Proyek ini merupakan proyek kerja sama dengan salah perusahaan terkemuka Bombardier.
Dengan penguasaan pasar domestik dan pengembangan pasar ekspor tersebut, INKA menargetkan perolehan penjualan tahun 2017 bisa tembus hingga Rp2,6 triliun. Jumlah tersebut meningkat dari target penjualan tahun 2016 yang mencapai Rp1,6 triliun dan terealisasi sebesar Rp1,8 triliun. (DD)