Menembus Pasar Global

Ilustrasi
Ilustrasi | Nugroho/Annualreport.id

Gunung Agung, Bali, beberapa waktu lalu, sekitar 22 September 2017, berstatus “Awas”. Salah satu yang tampak kerepotan menghadapi fenomena alam ini adalah Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Yang menjadi masalah, bukan repot karena mengurus pengungsi yang terdampak bencana, tapi sibuk mengkonfirmasi gambar, video, dan berita bohong alias hoax yang beredar. Mulai dari soal erupsi hingga ancaman serius akibat letusan.

Penjelasan bahwa foto dan video hoax tersebut dianggap penting, karena selain masyarakat Bali juga menerima informasi serupa dan membuat mereka menjadi panik, juga berdampak terhadap promosi pariwisata yang tengah gencar dilakukan oleh pemerintah. Bahkan, media China Xinhua News sempat turut menerbitkan kabar hoax dengan memposting sejumlah gambar erupsi gunung berapi yang dianggap sebagai Gunung Agung.

Menanggapi hal ini, Ketua Umum Perhimpunan Hubungan Masyarakat (Perhumas) Indonesia Agung Laksamana mengatakan, semestinya, semua orang Indonesia menjadi Humas yang baik bagi Indonesia. Masyarakat punya peran penting untuk menyebarkan berita positif dan menangkal kabar bohong.

“Kita semua harus jadi Humas kalau sudah mengerti mereka harus mensosialisasikan Indonesia bicara baik, bicara kreativitas. Melalui kebijakan ini orang lebih teredukasi,dan semua orang Indonesia harus bicara baik,” kata Agung dalam sebuah acara konfrensi pers di Kawasan Menteng Jakarta Pusat, Senin, 16 Oktober 2017.

Senada dengan Agung, Benny S. Butar Butar dari perwakilan Forum Humas BUMN yang juga Vice President Corporate Communication Citilink Indonesia, mengatakan bahwa masyarakat punya peran penting dalam mempromosikan pariwisata Indonesia. Terlebih pemerintah juga memfokuskan industri pariwisata sebagai tulang punggung ekonomi Indonesia.

“Bahwa kita sekarang sedang membangun itu. Indonesia tidak hanya Bali, tapi juga punya top ten destination beyond Bali. Artinya ada 10  Bali Baru yang diceritakan,” kata Benny di tempat yang sama.

Untuk menanggapi kasus-kasus berita hoax seperti ini, Perhumas Indonesia membuat agenda nasional yaitu kampanye “Indonesia Bicara Baik” (#IndonesiaBicaraBaik). Kampanye ini tidak hanya untuk mengimbau agar semua orang Indonesia tidak menyebarkan berita hoax, tapi lebih dari itu, yaitu mengedukasi masyarakat Indonesia untuk berbicara baik.

“Melalui himbauan berbicara baik, kita ingin memperbaiki karakter sikap bangsa Indonesia menjadi lebih positif dengan semangat nasional yang tinggi. Membangun reputasi Indonesia di dalam negeri maupun di tingkat global,” kata Agung Laksamana sebagaimana dikutip laman indonesiabicarabaik.com.

Menurut Agung, #IndonesiaBicaraBaik merupakan free campaign positif untuk disebarluaskan ke masyarakat luas khususnya di Indonesia. Ada dua cara komunikasi yang dilakukan Perhumas dalam mengkampanyekan #IndonesiaBicaraBaik. Pertama, melalui digital movement seperti social media content, online forum, dan online media. Kedua, on ground event seperti student forum, community forum dan chief editor forum. Melalui dua cara tersebut, Perhumas berharap tujuan dari #IndonesiaBicaraBaik dapat tersebar luas ke publik.

Agung mengatakan, tidak dipungkiri banyak permasalahan yang terjadi saat ini dan telah melukai reputasi Indonesia. Bahkan ada pihak-pihak yang cenderung tidak peduli dengan Brand Indonesia. “Ini adalah tantangan, tidak saja bagi kehumasan, namun dalam semua sektor,” kata Agung.

Indonesia menyimpan banyak keunggulan kompetitif sebagai negara dan bangsa. Hal tersebut seharusnya dikomunikasikan agar publik memahami keunggulan tersebut. Namun yang ditemukan akhir-akhir ini adalah sebaliknya.

Pada saat ini, lanjutnya, Indonesia belum menemukan berimbangnya pemberitaan yang beredar di media digital mengenai hal-hal yang terkait dengan Indonesia, baik dalam hal sosial, budaya, ekonomi dan politik. Bersamaan dengan itu, masih ada saja yang cenderung menyebarkan pemberitaan yang provokatif sehingga menciptakan sentimen negatif terhadap reputasi Indonesia di media digital.

Agung berpendapat, beberapa masalah yang menjadi sebab adalah kurangnya nilai-nilai semangat Merah Putih dan kedewasaan publik (netizen) akan pentingnya untuk melakukan pemahaman atas isu berita yang beredar. Di samping itu, masih kurangnya edukasi pemahaman masyarakat terkait aturan dan etika dalam bersosialisasi di media digital, sehingga memunculkan perilaku komunikasi yang negatif.

Berdasarkan keprihatinan tersebatas kondisi ini, kata Agung, Perhumas merasa perlu melakukan gerakan bersama berbagai komponen masyarakat untuk mendorong kembali budaya bangsa Indonesia yang diwujudkan dalam slogan #IndonesiaBicaraBaik.

Gerakan #IndonesiaBicaraBaik ini diluncurkan saat perayaan hari ulang tahun Perhumas ke-43 dalam acara Konvensi Nasional Humas (KNH) 2015, pada 18 November 2015 lalu. Agung mengemukakan, salah satu pencapaian terbaik Perhumas Indonesia saat itu adalah diterimanya Perhumas di Istana Negara oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang sekaligus membuka secara resmi acara Konvensi Nasional Humas.

"Perayaan HUT Perhumas ke-43 juga sekaligus sebagai momentum memperkenalkan gerakan #IndonesiaBicaraBaik yang diinisiasi oleh beberapa BPP Perhumas Indonesia. Gerakan yang terinspirasi dari sambutan Bapak Presiden Joko Widodo saat membuka Konvensi Nasional Humas 2015 ini bertujuan untuk menelurkan, memproduksi, dan menularkan semangat positif melalui berbagai berita dan wacana baik tentang Indonesia. Diharapkan gerakan ini menjadi inspirasi bagi seluruh bangsa Indonesia untuk berbicara baik tentang negaranya setiap hari dan didengar tidak hanya di dalam negeri tapi juga secara luas oleh dunia internasional," katanya.

Visi besar #IndonesiaBicaraBaik, tutur Agung, adalah menjadikan Indonesia sebagai salah satu pemain dunia dalam pasar global. Untuk mencapai hal itu perlu dibangun upaya bersama untuk mewujudkan citra positif Indonesia di tingkat dunia. (SM)