Lima Besar Sektor Industri yang Berhasil Tumbuh

ilustrasi
ilustrasi | annualreport.id

Pertumbuhan ekonomi Indonesia selama tahun 2016 masih ditopang oleh sektor konsumsi dan peningkatan investasi. Turunnya harga komoditas selama beberapa tahun terakhir juga membuat ketergantungan perekonomian Indonesia terhadap komoditas mulai berkurang. Walaupun demikian, perbaikan harga komoditas selama tahun 2016, membantu meningkatkan pertumbuhan perekonomian di daerah-daerah yang secara tradisional bergantung pada harga komoditas seperti Sumatera dan Kalimantan.

Membaiknya harga komoditas, stabilnya suku bunga kredit juga memberikan kontribusi terhadap perbaikan kualitas kredit perbankan yang sempat memburuk dalam tahun sebelumnya.

Peningkatan kinerja ini tidak lepas dari beberapa kebijakan yang diambil Pemerintah selama tahun berjalan yang terutama dititik beratkan pada kebijakan yang mendorong percepatan investasi dan peningkatan kesempatan kerja. Selama tahun 2016, Pemerintah telah mengeluarkan 14 paket kebijakan untuk mendukung target yang disebutkan sebelumnya.

Kebijakan-kebijakan tersebut diantaranya adalah program pengampunan pajak (tax amnesty); reformasi peraturan tentang kepemilikan properti oleh Warga Negara Asing; dinaikkannya batasan penghasilan tidak kena pajak (non-taxable income); dan pengalokasian subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) ke sektor yang lebih produktif seperti program jaminan kesejahteraan sosial (social security nets).

Sementara itu, dalam keterangan yang dilansir Kompas.com, Badan Pusat Statistik (BPS) merilis pertumbuhan ekonomi Indonesia tercatat sebesar 5,02% sepanjang 2016. Dari sisi produksi, hampir semua sektor mencatatkan pertumbuhan yang positif. BPS mencatat terdapat lima sektor industri yang memperlihatkan pertumbuhan tertinggi pada tahun lalu.

Di urutan kelima, ada sektor jasa perusahaan. Sektor tersebut mampu tumbuh 7,36% sepanjang Januari-Desember 2016. Posisi keempat, ditempati sektor tranportasi dan pergudangan. Sektor tesebut mampu tumbuh 7,74% sepanjang 2016.

Tempat ketiga, bercokol sektor jasa di luar jasa keuangan, pendidikan, kesehatan, dan perusahaan. Sektor tersebut mencatatkan pertumbuhan 7,80%. Adapun posisi kedua ditempat oleh sektor sektor informasi dan konsumsi. Sektor tersebut mampu tumbuh 8,87%.

Sedangkan sektor yang mencatatkan pertumbuhan tertinggi adalah sektor jasa keuangan dan asuransi. Sepanjang 2016, sektor tersebut mampu tumbuh 8,90%. Total kontribusi lima sektor itu mencapai 64,7% terhadap pertumbuhan ekonomi 2016.

Meski begitu berdasarkan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi, sektor industri, pertanian, perdagangan, konstruksi, dan pertambangan masih menjadi yang terbesar.

Terkait pertumbuhan ekonomi pada kurtal I 2017, Badan Pusat Statistik (BPS) dalam penjelasannya yang dikutip CNNIndonesia.com, mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal I 2017 berada di angka 5,01% atau lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan kuartal I 2016 di kisaran 4,92%. Angka tersebut juga lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan kuartal IV 2016 yang sebesar 4,94%.

Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, pertumbuhan ekonomi pada tiga bulan pertama di tahun ini ditopang oleh kinerja perdagangan ekspor dan impor yang berhasil menorehkan surplus dalam tiga bulan berturut-turut. Surplus perdagangan Indonesia, dapat terjadi lantaran adanya sentimen positif dari perbaikan harga sejumlah komoditas dunia.

“Sejumlah komoditas non migas di pasar internasional pada kuartal I 2017 secara umum mengalami peningkatan dan kondisi ekonomi global juga menunjukkan adanya peningkatan,” ucap Suhariyanto.

BPS mencatat, surplus perdagangan ini tercermin dari hubungan dagang dengan sejumlah negara mitra, yakni dengan China menguat 6,9% dari sebelumnya 6,7%, perdagangan dengan Amerika Serikat (AS) menguat 1,9% dari sebelumya 1,8%, dan perdagangan dengan Singapura menguat 2,5% dari sebelumnya 1,9%.

Sepanjang kuartal I 2017 tercatat, Produk Domestik Bruto (PDB) Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) sebesar Rp2.377,5 triliun dan PDB Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) sebesar Rp3.227,2 triliun.(DD)