Belajar Hingga ke Negeri China

ilustrasi
Ilustrasi | Candra/Annualreport.id | ilustrasi

Konsep bandara pada zaman sekarang tak hanya sebagai tempat pesawat menaikkan dan menurunkan penumpang. Tapi sudah menjadi sebuah destinasi wisata tersendiri. Oleh karena itu, pembangunan bandara juga dilengkapi dengan sarana hiburan alternatif di dalamnya.

Di Indonesia bandara yang mempunyai konsep akses kereta api ke bandara seperti di luar negeri baru Bandara Kualanamu di Medan, Sumatera Utara. Jadi bisa dikatakan akses transportasi kereta api ke bandara ini adalah akses kereta api bandara pertama di Indonesia.

Kereta Bandara ini dikenal dengan Airport Railink Service (ARS) yang menghubungkan pusat kota Medan dan sekitarnya ke Bandara Kualanamu. ARS termasuk kereta yang eksklusif karena dilengkapi  air conditioner (AC), reclining seat, toilet dan tentunya bebas asap rokok. Sarana Kereta Bandara ini dirasa lebih efektif dari segi waktu, disamping itu harga juga lebih murah dibandingkan sarana transportasi darat lainnya seperti taxi.

Bandara Kualanamu mempunyai 104 check in counter seperti di Bandara Changi Singapura dan KLIA di Malaysia.  Keistimewaan lain dari bandara ini adalah mempunyai kereta sebagai alat transportasi untuk menuju kota Medan. Kereta di Bandara Kualanamu juga dilengkapi dengan wi-fii.

Boleh kita berbangga dengan apa yang dihasilkan oleh Indonesia dalam membangun moda transportasi masal, khususnya kereta api. Apresiasi pun dapat kita berikan kepada PT Kereta Api Indonesia (KAI), PT Angkasa Pura I, serta semua pihak yang berhasil mewujudkan dan meningkatkan layanan sarana kereta api, khususnya kereta api bandara. Namun kita tak boleh berbangga diri dengan pancapaian itu semua. Karena sarana kereta api terus berkembang mengikuti roda zaman.

Harus diakui sarana transportasi kereta api di Indonesia masih kalah dibandingkan dengan kereta cepat negara-negara lainnya di dunia. Jepang dan China misalnya, kedua negara ini sudah lebih unggul dan maju dalam bidang teknologi, tak terkecuali moda transportasinya. Salah satu ikon transportasi ala Negeri Sakura adalah kereta super cepat atau yang dikenal dengan sebutan Shinkansen.

Shinkansen merupakan kereta jarak jauh yang akan mengantarkan penumpang dari satu kota menuju kota lain di sepanjang daratan Jepang. Kereta ini mampu melesat dengan kecepatan 240 Km per jam hingga maksimal 320 km per jam.

Shinkansen dikembangkan oleh JR (Japan Railway) yang waktu itu masih berstatus BUMN bernama JNR (Japan National Railway). Tidak ada daftar kecelakaan yang berakibat fatal dalam pengoperasian Shinkansen sejak 40 tahun yang lalu.

Kereta ini terdiri dari 16 gerbong. Setiap gerbongnya menyediakan berbagai fasilitas, diantaranya adalah ruang duduk penumpang yang bertaraf eksklusif, wastafel dan toilet, smoking room, minuman dingin, TV LCD, dan tentunya kebersihan dan keamanan yang terjamin. Hal ini tentu sesuai dengan harga tiket yang ditawarkan pada calon penumpang.

Meski memiliki kecepatan super, penumpang tidak akan merasa mual dan pusing selama berada di dalam kereta cepat ini. Karena kereta ini dirancang agar penumpang tetap nyaman meskipun kereta melaju dengan kecepatan tinggi. Bagian dalamnya juga sangat luas dan tempat duduknya hampir seperti kursi duduk di pesawat terbang. Shinkansen menggunakan sistem komputer untuk mengatur pengoperasian dan sistem lalu lintas kereta diatur secara terpusat. Shinkansen juga terkenal ramah lingkungan karena tidak menimbulkan polusi apapun.

Sama halnya dengan Jepang, China juga memiliki kereta super cepat yang diberi nama Gao Tie. Secara desain, kereta China ini tak berbeda dengan shinkansen Jepang. Baik eksterior maupun interiornya.

Bentuk aerodinamis menjadi ciri yang melekat dari kereta ini. Di dalam kereta, tempat duduk disusun dua-tiga, persis seperti bus kelas ekonomi. Jumlah gerbongnya ada 9, sehingga sekali perjalanan kereta ini bisa mengangkut 1200-an orang.

Komposisi duduk di kelas ini 3 kursi di lajur kanan, dan 2 kursi di lajur kiri. Jadi, sebaris ada lima kursi. Ada 15-an baris dalam satu gerbong. Model kursi reclining seat memungkinkan penumpang bisa merebahkan badan sepanjang perjalanan. Khusus gerbong kelas ekslusif tempat duduknya lebih lega. Bahkan, tempat duduknya bisa diposisikan jadi tempat tidur.

Kereta ini bisa berjalan dengan kecepatan 300 Km per jam. Bahkan, kecepatan kereta telah menembus 130 Km per jam dalam waktu sekitar 2 menit. Akselerasi cukup halus dan tidak ada hentakan yang dirasakan penumpang.

Secara keseluruhan, kereta cepat di China tidak banyak berbeda dengan shinkansen di Jepang. Kereta berjalan tenang, akselerasi halus, dan datang tepat waktu.

Di Indonesia, China menjadi partner dalam pengadaan kereta cepat rute Jakarta-Bandung. Bappenas mencatat, biaya pembangunan rel dan kereta cepat ini senilai US$5,5 miliar atau setara Rp73,7 triliun. Anggaran itu pun ditanggung oleh China, sehingga tidak membebani APBN.

Jika selesai dibangun, kereta ini akan mampu melahap rute Jakarta-Bandung sekitar 34 menit. Waktu tempuh ini jauh lebih singkat dibandingkan waktu tempuh saat ini selama 3-4 jam. (IRM)