Sepanjang 2017, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) membukukan kenaikan laba bersih konsolidasi sebesar Rp29,04 triliun. Naik 10,7 persen jika dibandingkan tahun sebelumnya.
"Perolehan laba itu tidak lepas dari kinerja penyaluran kredit BRI yang juga tumbuh double digit," kata Direktur Strategi Bisnis dan Keuangan BRI Haru Koesmahargyo, seperti yang dikutip dari metrotvnews.com, Rabu, (24/1/ 2018).
Menurut Haru, BRI juga berhasil menyalurkan kredit sebesar Rp739,3 triliun hingga akhir 2017 atau tumbuh 11,4 persen secara konsolidasi. Penyaluran kredit masih didominasi oleh penyaluran kredit mikro sebesar Rp239,5 triliun, kredit konsumer Rp114,6 triliun, kredit ritel dan menengah Rp197,8 triliun, dan kredit korporasi Rp187,4 triliun.
Sedangkan untuk Kredit Usaha Rakyat (KUR), BRI telah menyalurkan sebesar Rp69,4 triliun kepada lebih dari 3,7 juta debitur baru selama periode Januari hingga Desember 2017. Dari jumlah KUR yang telah disalurkan tersebut, sebesar 41 persen telah digunakan untuk sektor produktif.
BRI menjaga kualitas penyaluran kredit dengan rasio kredit bermasalah atau NPL gross konsolidasian pada akhir Desember 2017 sebesar 2,2 persen. Kinerja keuangan lainnya juga sehat, loan to deposit rasio (LDR) tercatat 87,8 persen dan rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) 22 persen.
lebih lanjut, Haru seperti yang diberitakan okezone.com, Rabu (24/1/2018) memaparkan, penyaluran kredit BRI masih didominasi oIeh kredit kepada segmen UMKM yang mencapai 74,6% dari total portofolio kredit BRI.
Selain itu, BRI juga menargetkan porfotolio kredit UMKM terus meningkat hingga mencapai 80% dari total keseluruhan kredit BRI.
Capaian ini selaras dengan arahan Presiden Joko Widodo, di mana perbankan diharapkan menjalankan fungsi intermediasinya dengan memberdayakan para pelaku usaha mikro dan kecil.
Sementara itu, rasio NPL gross konsolidasi pada akhir Desember 2017 sebesar 2,2% atau dibawah rata rata industri perbankan nasional. Sementara Loan to deposit ratio (LDR) konsolidasi BRI pun berada di posisi 87,8%.
Sedangkan Dana murah (CASA), masih mendominasl DPK BRI dengan proporsi mencapai 59%. Capaian ini sejalan dengan strategi perseroan di mana memang BRI fokus untuk menghimpun dana dana murah sehingga mampu menekan biaya operasional dan dapat memberikan suku bunga yang kompetitif.
Dari sisi aset perseroan, secara konsolidasi pun ikut terkerek naik dari Rp1.003,6 triliun di akhir 2016 menjadi Rp1.126,2 triliun di akhir 2017 atau tumbuh sebesar 12,2%.(IDR)