PT Bank Mandiri (Persero) Tbk mencatat telah menyalurkan kredit usaha rakyat (KUR) sebesar Rp13,34 triliun sepanjang tahun 2017, atau naik 102,6% dari target KUR sebesar Rp13 triliun. Dari angka tersebut, tercatat bahwa Perseroan telah menyalurkan KUR kepada 995.352 debitur secara kumulatif.
Bank Mandiri tercatat juga telah mengikuti aturan regulator yang mewajibkan portofolio KUR yang disalurkan ke sektor produktif sebesar 40%. Pada 2017, Perseroan telah menyalurkan KUR produktif sekitar 42%, dengan komposisi sektor pertanian sebesar 22,91%, sector perikanan 1,35%. Kemudian, sektor industri pengolahan sekitar 11,03%, dan KUR yang disalurkan ke sektor jasa produksi sekitar 12,19%.
“Bank Mandiri juga senantiasa melaksanakan fungsi intermediary melalui penyaluran kredit sebesar Rp729,5 triliun pada akhir tahun lalu, atau naik 10,2% secara year on year, di mana kontribusi pembiayaan produktif sebesar 74,7% dari total portofolio. Kinerja baik tersebut pun berhasil mendongkrak nilai aset perseroan menjadi Rp1.124,7 triliun pada akhir tahun lalu,” jelas Direktur Utama Bank Mandiri Kartika Wirjoatmodjo, seperti dikutip Beritasatu.com, Kamis (15/2/2018).
Selain itu, Kartika juga memperkirakan NPL akan dapat ditekan ke 2,6-2,8% (gross) pada tahun ini. Sedangkan untuk mencapai NPL di bawah 3% bisa terealisasi pada pertengahan tahun ini. Sehingga biaya pencadangan Bank Mandiri dapat dikurangi dan menambah pundi-pundi pendapatan. Pihaknya memiliki tiga strategi yang dilakukan untuk menjaga NPL agar bisa berada pada posisi yang diharapkan.
Sementara itu, Kartika memprediksi pertumbuhan kredit perbankan nasional bisa tumbuh lebih baik tahun ini. Hal ini, lanjut Kartika, didorong oleh optimisme pertumbuhan ekonomi nasional.
“Kami optimis tumbuh, meski tidak mau terlalu cepat. Tahun lalu di kisaran 10% kredit perbankan, sekarang di 11-13% lah,” kata Kartika, dalam keterangannya yang dilansir Detik.com, Kamis (15/2/2018).
Dia menjelaskan, bank-bank milik negara juga memiliki optimisme yang tinggi terkait pertumbuhan kredit. Hal ini ditopang oleh pembangunan infrastruktur yang masih dilakukan.
Namun, tambah Kartika, masih ada tantangan untuk pertumbuhan kredit bank. Yakni persaingan ketat di sektor konsumer, pasalnya banyak pemain yang mulai gencar membidik penyaluran kredit konsumer sejak awal tahun ini.
“Persaingan akan ketat, ada bank yang sudah berani beri bunga lebih rendah. Kita (Himbara) mau imbangi juga,” ujarnya.
Tahun 2017 realisasi penyaluran kredit mencapai 8,35% yoy, masih di bawah rencana bisnis bank (RBB) sebesar 11,86%. Tahun ini Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menargetkan pertumbuhan kredit berada di kisaran 12,2% dan dana pihak ketiga (DPK) 11,16%.(DD)