Telkom Siap Operasikan Startup Asuhannya

ilustrasi
Terus terus rangkul fintech melalui program Digital Amoeba | Dok. Telkom

PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk bersiap untuk mengadopsi 17 dari 60 startup asuhannya dari ajang Digital Amoeba yang digelar tahun lalu. Mereka di antaranya, Usight, SmartEye, Kiwari, Emago, Geekpro, Ketitik, Open Trip, Helio, KitaIna, Pometera, dan Pasarkoe.

“Meskipun berkurang, ini bukanlah kegagalan. Justru program ini membuka mata dan wawasan semua divisi tentang bagaimana membangun bisnis digital, bagaimana bertransformasi dari perusahaan telekomunikasi jadi perusahan digital,” ujar Chief of Telkom Digital Innovation, Arief Mustain, dalam keterangannya yang dikutip Viva.co.id, Minggu (4/3/2018).

Dijelaskan, bahwa aplikasi yang sudah digunakan hasil dari Digital Amoeba antara lain adalah Zoomin yang sudah digunakan oleh enam sampai delapan Wilayah Usaha Telekomunikasi (Witel) yakni aplikasi pemberian poin apresiasi pada teknisi Telkom yang memperbaiki sarana TIK kepada pelanggan.

Kemudian ada Arkademia, yakni aplikasi pembelajaran yang sudah digunakan Telkom Corporate University (Corpu) serta aplikasi Ketitik yang digunakan oleh Divisi Goverment Service Telkom yang fokus pada layanan TIK

Ke depannya, Telkom akan menyaring 15 startup terbaik hasil Digital Amoeba yang akan diberikan injeksi modal, proses inkubasi, bahkan tak menutup kemungkinan menjadi anak perusahaan tersendiri.

Sementara itu, CEO Digital Amoeba Fauzan Feisal, membenarkan bahwa dari 60 rintisan usaha peserta saat program dimulai Januari 2017, tersisa saat ini 17 perusahaan siap beroperasi dengan beberapa di antaranya sudah digunakan Telkom Group. “Bagi kami, tidak ada istilah kegagalan dengan berkurangnya jumlah start up internal,” ujar Fauzan, seperti yang dilansir Republika.co.id, Minggu (4/3/2018).

Fauzan mengatakan, keberhasilan lain tergambar dari kehadiran 30 internal startup baru. Sebagian dari mereka adalah founder yang sebelumnya tidak lanjut dikarenakan kendala aspek teknis maupun non teknis. Beberapa masih terus ingin berinovasi, kemudian masuk start up lain sehingga pengalamannya sangat membantu.

“Di Digital Amoeba ini sih bukan sebuah kegagalan, tapi proses belajar yang harus disyukuri dan malah dirayakan,” katanya.

Hal tersebut, kata dia, dikarenakan semua yang terlibat  berharap potensi perusahaan ke depannya bisa berkembang. Saat ini, 80 persen founder dari Digital Amoeba berasal dari generasi Y dan milineal sementara sisanya X gen (kelahiran tahun 70-an), bahkan ada yang nyaris pensiun.(DD)