PT Semen Baturaja Tbk berencana untuk mengakuisisi tambang batubara. Hal tersebut ditenggarai akibat kenaikan harga batubara tahun lalu yang tidak menguntungkan bagi perusahaan semen yang menjadikan komoditas tersebut sebagai bahan bakar.
Sekretaris Perusahaan PT Semen Baturaja Tbk Ruddy Solang, mengatakan rencana akuisisi tersebut adalah tambang yang berada di area Sumatera Selatan. “Karena komponen dari coal aja sudah 30%-40% dari total biaya produksi. Jadi perlu Corporate Action untuk mengurangi biaya ketergantungan tadi,” kata Ruddy, dalam keterangannya yang dilansir Kontan.co.id, Kamis (15/2/2018).
Ruddy mengungkapkan saat ini hanya ingin mengakuisisi satu tambang. Dana akuisisi berasal dari alokasi belanja modal atau capital expenditure (capex) sekitar Rp300 miliar.
“Opsi pendanaan lagi disesuaikan. Bisa dari perbankan, MTN, HMETD, obligasi, dan lainya,” ujar Ruddy.
Batubara memang kerap digunakan sebagai bahan bakar di pabrik pengolahan semen, lantaran lebih ekonomis dibandingkan bahan bakar lainnya. Nah, kenaikan harga batubara yang terjadi sejak akhir tahun lalu membuat SMBR harus menanggung beban pokok penjualan lebih besar.
“Selama ini kami ambiil batubara dari PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk. Walaupun ada akuisisi kami tetap ambil dari mereka karena kerjasama sudah lama,” imbuh Ruddy.
Sementara itu, dalam keterangan yang dilansir Okezone.com, Kamis (15/2/2018), dijelaskan bahwa sepanjang tahun 2017, Semen Baturaja tercatat berhasil membukukan kenaikan pendapatan sebesar 1,89% year-on-year (yoy) menjadi Rp1,55 triliun. Pada 2016, emiten semen pelat merah ini hanya mencatatkan pendapatan sejumlah Rp1,52 miliar.
Namun kenaikan pendapatan ini belum mampu mendongkrak laba Perseroan yang justru tercatat turun sebesar 43,40% dari Rp259,09 miliar pada 2016 menjadi hanya Rp146,64 miliar pada akhir 2017. Laba turun karena terjadi peningkatan beban. Perusahaan dengan kode emiten SMBR ini mencatat kenaikan beban pokok penjualan, beban penjualan, serta beban umum dan administrasi.
Pada periode Januari-Desember 2017, beban pokok penjualan SMBR naik sebesar 6,61% yoy menjadi Rp1,08 triliun. Namun, peningkatan beban pokok penjualan tersebut tak terlalu signifikan dibanding kenaikan beban penjualan serta beban umum dan administrasi. Tercatat, beban penjualan SMBR melonjak 68,10% yoy menjadi Rp85,40 miliar. Sementara, beban umum dan administrasi juga naik 43,23% yoy menjadi Rp199,81 miliar.(DD)