Sepanjang Tahun 2017, Blue Bird Catatkan Laba Rp424,86 Miliar

ilustrasi
Blue Bird terus meningkatkan kinerja melalui beragam strategi | Dok. Blue Bird

PT Blue Bird Tbk tetap menghasilkan keuntungan, di tengah persaingan yang semakin ketat belakngan ini. Di sepanjang 2017, Perseroan mencatat laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan pada pemilik entitas induk yaitu sebesar Rp424,86 miliar.

Meski demikian, laba yang dibukukan Perseroan tersebut terkoreksi 16,24% dibandingkan capaian Perseroan pada tahun sebelumnya yang sebesar Rp507,28 miliar. Laba Blue Bird terus tergerus setelah pada 2015 sempat menyentuh Rp824,02 miliar.

Dari laporan keuangan yang dipublikasikan Perseroan, emiten dengan kode saham BIRD tersebut membukukan pendapatan bersih sebesar Rp4,2 triliun pada 2017, melemah 12,31% dibandingkan capaian tahun 2016 yang sebesar Rp4,79 triliun.

Direktur Blue Bird Adrianto Djokosoetono mengungkapkan, pada tahun ini Perseroan fokus melakukan peremajaan armada dan menyasar pasar baru yaitu transportasi untuk wisatawan domestik dan mancanegara.

“Pemerintah menargetkan jumlah wisatawan dapat mencapai 17 juta orang, kami ingin menyambut itu dengan baik. Sekarang ini dari pariwisata masih cukup kecil porsinya,” ungkap Adrianto, dalam keterangannya yang dilansir Tempo.co, Selasa (27/3/2018).

Adapun per akhir 2017, total aset Perseroan tercatat sebesar Rp6,52 triliun, tergerus 10,7% dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar Rp7,3 triliun. Posisi kas dan setara kas pada akhir tahun 2017 tercatat sebesar Rp474,29 miliar, turun 19,86% dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar Rp591,88 miliar.

Sementara itu, Blue Bird tengah menyiapkan tiga strategi untuk memperkuat bisnis di tengah maraknya taxi online. Perseroan akan fokus penggantian armada taksi, menggenjot pemesanan melalui aplikasi online, maupun fokus mendukung kenaikan pariwisata.

Adrianto menyatakan, pada kuartal I ini Perseroan mengganti armada taksi hingga 1.200 kendaraan. Namun rencana penggantian tersebut juga dilanjutkan sampai akhir 2018. Ia mengakui, armada taksi yang diganti mayoritas beralih menggunakan Toyota Avanza Transmover.

“Kami mengincar perluasan wilayah, tapi saat ini Perseroan menilai penggantian armada jauh lebih penting. Perseroan sudah deal dengan Grup Astra terkait mobil Toyota Avanza Transmover, walau kami juga akan mengkaji penggunaan mobil kelas low cost green car (LCGC),” ujar Andrianto, seperti dikutip Beritasatu.com, Selasa (27/3/2018).

Namun ia belum dapat menyampaikan merk mobil kelas LCGC yang diminati, sebab Perseroan belum melakukan pengkajian soal itu. “Sejauh ini kami baru mengganti armada taksi dari sedan menjadi multi purpose vehicle (MPV),” tegasnya.(DD)