Semen Indonesia Catat Kenaikan Penjualan Sebesar 4%

ilustrasi
Kapal milik PT Semen Indonesia yang selalu hilir mudik mengangkut produk semen | Dok. Semen Indonesia

PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) mencatatkan kenaikan penjualan sebesar 4% pada kuartal-I 2018, jika dibandingkan periode sama pada tahun lalu. Ini merupakan pencapaian yang cukup positif di tengah kondisi pasar yang masih belum menentu dan ketatnya persaingan pasar di industri semen.

Pada kuartal-I 2018, volume penjualan di pasar domestik sekitar 6,19 juta ton atau naik tipis 1,3% year on year (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun lalu, yakni 6,11 juta ton. Sementara, di pasar ekspor, SMGR mencatatkan kenaikan volume penjualan sebesar 44,9% dari 412.000 ton pada kuartal-I 2017 menjadi 597.000 ton pada kuartal-I 2018.

Sehingga, secara total volume penjualan SMGR sampai tiga bulan pertama tahun ini mencapai 6,79 juta ton. Pencapaian tersebut naik 4% dibandingkan triwulan pertama tahun lalu. Sedangkan konsumsi domestik sampai Maret 2018 tercatat sebesar 15,7 juta ton, atau naik 6,6% dibandingkan periode yang sama tahun 2017.

Dalam keterangan yang dilansir Kontan.co.id, Selasa (17/4/2018), Sekretaris Perusahaan SMGR Agung Wiharto, menjelaskan bahwa kondisi pasar domestik tersebut sudah menjadi siklus yang cukup lazim. Di mana volume penjualan sebenarnya sejak Februari sudah terlihat melamban, seiring dengan jumlah hari yang relatif pendek yang juga turut mempengaruhi.

Selain itu, lanjut Agung, Perseroan juga menerapkan perbaikan harga jual produk semen. “Ada sedikit kenaikan harga karena cost batubara juga naik,” ungkap Agung.

Meskipun berisiko mengurangi pangsa pasar yang ada, namun SMGR mengaku tak khawatir soal hal itu. Sebab, permintaan semen masih tumbuh dan harga yang ditetapkan SMGR masih dalam tataran bersaing. “Lagi pula produk kami sudah dikenal kualitasnya,” ucap Agung.

Menurut Agung, langkah tersebut ditempuh sebagai kompensasi kenaikan biaya energi termasuk harga batu bara yang terus melonjak. “Kita lakukan penyesuaian harga secara bertahap di seluruh Indonesia sejak Januari 2018,” ujarnya, seperti dikutip Bisnis.com.

Dia pun menyarankan agar tidak ada semen impor yang masuk ke Indonesia, pasalnya, masih terjadi kelebihan pasokan semen dalam negeri sampai saat ini.(DD)