PT Bank Central Asia Tbk (BCA) mencatat telah menyalurkan kredit sindikasi sebesar Rp25,7 triliun di sepanjang 2017, naik 28% secara year on year (yoy). Sindikasi BCA ini dibagi menjadi dua yaitu sebagai anggota dan sebagai arranger.
Dalam keterangan yang dilansir Kontan.co.id, Minggu (11/3/2018), disebutkan bahwa sebagai anggota, partisipasi BCA tercatat berkisar 2,78%-33,33%. Saldo kredit yang diberikan sebesar Rp9,4 triliun dan US$148,7 juta. Sedangkan sebagai arranger, partisipasi BCA sebesar 5%-50% dengan saldo kredit Rp14,2 triliun dan US$3,1 juta.
Kredit sindikasi sendiri merupakan kredit yang diberikan kepada debitur berdasarkan perjanjian pembiayaan bersama dengan bank lain. Kredit sindikasi bisa berupa kredit dalam rangka pembiayaan bersama atau joint financing, bisa juga terkait kredit penerusan atau channeling loan.
Sementara itu, BCA juga tengah menargetkan pertumbuhan kredit di kisaran 9%-10% pada tahun ini. Tak hanya sektor produktif pada segmen korporasi, pembiayaan konsumtif juga menjadi sasaran Perseroan.
“Tahun ini masih konservatif. Tahun lalu bisa tinggi itu karena dorongan pertumbuhan pada akhir tahun,” ujar Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja, seperti dikutip Kaltim.prokal.co, Minggu (11/3/2018).
Beberapa sektor yang menunjukkan pertumbuhan kredit pada tahun lalu, kata dia, adalah jasa keuangan, perkebunan, pertanian, pembangkit energi dan tenaga listrik, ritel, serta minyak nabati dan hewani.
Adapun hingga kuartal pertama 2018, Jahja melihat ada penurunan permintaan kredit untuk sektor ritel makanan. Namun, ritel barang-barang perkakas tumbuh cukup baik. “Artinya, kelas menengah punya kekuatan belanja yang baik. Nah, yang agak susah itu yang middle low (menengah ke bawah),” lanjutnya.
Meski demikian, tahun ini, BCA selektif memilih sektor yang di sasar. Tahun lalu, pertumbuhan kredit korporasi tercatat 14,5%. Sementara di luar kredit produktif, dikatakan bahwa kredit konsumsi akan berperan besar. Pasalnya, permintaan rumah terlihat masih tinggi. Di samping itu, kredit perumahan juga memberikan multiplier effect yang signifikan. Di mana tahun lalu, kredit pemilikan rumah (KPR) tumbuh 14,2%.(DD)