PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Syariah Tbk (BTPS) resmi mencatatkan saham (listed) di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Selasa, 8 Mei 2018. Perseroan menawarkan 770.370.000 saham baru atau 10% dari modal yang ditempatkan dan disetor. Perseroan juga telah melepas sebanyak 0,35% dari jumlah saham yang ditawarkan melalui IPO kepada karyawan melalui program Employee Stock Allocation (ESA).
Ditetapkan dengan harga Rp 975 per saham melalui IPO, Perseroan meraih dana Rp751 miliar sebelum dikurangi biaya emisi saham. Selama masa penawaran umum pada tanggal 27 April – 2 Mei 2018, respons dari investor publik sangat positif di mana saham BTPN Syariah mengalami kelebihan permintaan (oversubscribed) hingga 1,7 kali dari total saham yang ditawarkan atau senilai 1,31 miliar lembar saham dibandingkan dari 770 juta lembar saham yang ditawarkan.
“Melalui pencatatan ini, BTPN Syariah resmi melantai di Bursa Efek Indonesia. Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah mengantarkan BTPN Syariah sampai ke titik ini, terutama kepada nasabah kami. Selanjutnya kami siap menjalankan bisnis secara lebih terbuka,” kata Direktur Utama BTPN Syariah Ratih Rachmawaty, dalam keterangan tertulisnya yang diterima Annualreport.id, Selasa (8/5/2018).
Ratih menjelaskan, dana yang diperoleh pada proses ini akan digunakan untuk meningkatkan volume pembiayaan terhadap segmen nasabah prasejahtera produktif yang telah menjadi fokus bisnis Perseroan selama tujuh tahun terakhir.
Sebagai informasi, BTPN Syariah memiliki model bisnis yang fokus dan unik, yakni menyalurkan pembiayaan tanpa agunan kepada perempuan dari keluarga prasejahtera produktif. Menyadari bahwa nasabah prasejahtera produktif tidak hanya membutuhkan akses pembiayaan untuk meningkatkan taraf hidup, Perseroan aktif melakukan pelatihan dan pendampingan melalui Program Daya.
Dengan mengimplementasikan prinsip sosial dan bisnis secara bersamaan ini, Perseroan mencatatkan pertumbuhan yang positif selama beberapa tahun terakhir. Hingga akhir Maret 2018, total aset mencapai Rp9,5 triliun atau tumbuh 24,1% dari periode yang sama tahun sebelumnya. Dana pihak ketiga mencapai Rp6,7 triliun atau tumbuh 18,8%.
Pembiayaan yang disalurkan mencapai Rp6,2 triliun atau tumbuh 21,9% dari periode yang sama tahun sebelumnya. Penyaluran pembiayaan dilakukan dengan tetap menjaga kualitasnya, tercermin dari rasio pembiayaan bermasalah atau non performing financing (NPF) di level rendah, yakni 1,67%.(DD)