Naik 49,55%, SMF Telah Menyalurkan KPR Sebesar Rp6,356 Triliun per September 2018

ilustrasi
Sarana Multigriya Finansial | Dok. SMF

PT Sarana Multigriya Finansial (Persero) atau SMF, terus menggenjot penyaluran kredit pemilikan rumah (KPR) di sisa tahun ini. Hingga September 2018, SMF tercatat menyalurkan KPR sebesar Rp6,356 triliun, naik 49,55% dibandingkan periode yang sama di tahun lalu yakni Rp4,250 triliun.

“Kenaikan pembiayaan KPR karena penyebarannya hampir di seluruh wilayah di Indonesia,” kata Direktur Sekuritas dan Pembiayaan SMF, Heliantopo, seperti dikutip Kontan.co.id, Selasa (9/10/2018).

Berdasarkan data SMF, sekitar 87,23% penyalurankan KPR tersebar di wilayah Indonesia bagian barat, diantaranya wilayah Sumatra, Jawa, Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah. Sedangkan 7,03% tersebar di Indonesia bagian tengah dan 5,74% di Indonesia bagian timur.

Sepanjang Januari hingga September 2018, SMF telah menyalurkan KPR sebesar Rp6,356 triliun kepada 17 debitur yang terdiri dari bank umum, bank pembangunan daerah (BPD), bank syariah dan perubahaan pembiayaan (multifinance). Dari penyaluran tersebut, SMF sukses menekan kredit bermasalah (NPL) di angka 0%.

Meski pembiayaan meningkat signifikan, tapi SMF masih berupaya memenuhi target KPR sebesar Rp10 triliun hingga akhir tahun. Maka untuk memenuhi target tersebut, SMF telah menyiapkan sejumlah strategi agar pembiayaan meningkat dan meluas di seluruh Indonesia.

“Kami tetap optismistis bisa mencapai target dengan terus melakukan komunikasi terkait pengembangan KPR, melakukan mitigasi risiko maturity mismatch kepada lembaga keuangan penyalur KPR, seperti bank umum, bank syariah dan BPD,” jelas Heliantopo.

Di sisi lain, kenaikan tingkat suku bunga menjadi tantangan tersendiri bagi SMF dalam mencapai target penyaluran KPR di tahun ini. Karena kenaikan suku bunga akan berdampak pada kenaikan tingkat bunga yang ditawarkan kepada penyalur KPR.

Sementara itu, SMF menginisiasi program KPR pasca bencana, sebagai upaya mempercepat proses rehabilitasi dan rekonstruksi kehidupan sosial masyarakat pasca bencana di Lombok Nusa Tenggara Barat (NTB).

Direktur Utama SMF, Ananta Wiyogo, mengatakan akan bekerja sama dengan Bank NTB Syariah dalam merealisasikan program ini untuk tahap pertama. Adapun besaran pembiayaan maksimum yang dapat diperoleh hanya Rp100 juta.

“Untuk tahun pertama, debitur hanya akan membayar bunga. Setelah itu debitur wajib membayar cicilan berdasarkan tingkat kemampuannya,” kata Ananta, dalam keterangannya yang dilansir Kompas.com, Selasa (9/10/2018).

SMF menargetkan dapat menyalurkan bantuan kepada 3.000 aparatur sipil negara yang ada di Lombok, NTB. Pasalnya, baru wilayah inilah yang telah terverifikasi jumlah rumah yang rusak. Sementara, anggaran yang disiapkan mencapai Rp300 miliar.(DD)