PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk berhasil membukukan raihan positif dengan mencatatkan laba bersih sebesar Rp684 miliar di kuartal I-2018, atau naik 15,13% year on year (yoy) dari periode sama tahun 2017 Rp594 miliar.
Direktur Utama Bank BTN Maryono mengatakan, kinerja positif Perseroan terlihat dari pertumbuhan kredit yang ditopang pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK). “Laba bersih Rp684 miliar atau meningkat yoy 15,13%,” kata Maryono, seperti dikutip Detik.com, Kamis (19/4/2018).
Dijelaskan, bahwa DPK Perseroan naik 23,54% yoy dari Rp157,41 triliun pada kuartal I-2017 menjadi Rp194,48 triliun kuartal I-2018. Kenaikan simpanan tersebut berada di atas rata-rata pertumbuhan industri perbankan.
Adapun, pertumbuhan terbesar simpanan tersebut bersumber dari kenaikan tabungan yang tumbuh sebesar 43,35% yoy dari Rp30,74 triliun pada akhir Maret 2017 menjadi Rp44,06 triliun di periode yang sama tahun ini.
Penghimpunan giro dan deposito juga menjadi penopang laju kenaikan DPK dengan pertumbuhan masing-masing sebesar 22,55% yoy menjadi Rp51,14 triliun dan 16,87% yoy menjadi Rp99,28 triliun per 31 Maret 2018.
Selanjutnya, pertumbuhan kredit Bank BTN sebesar 19,34% yoy pada kuartal I-2018 atau naik dari Rp169,68 triliun pada triwulan I-2017 menjadi Rp202,5 triliun. Kredit perumahan memiliki porsi sebesar 91,09% dari total kredit perseroan. Pada kuartal I-2018, kredit perumahan Bank BTN tercatat naik 20,32% yoy dari Rp153,31 triliun menjadi Rp184,46 triliun. Sementara, kredit non perumahan pun naik 10,17% yoy dari Rp16,37 triliun menjadi Rp18,03 triliun pada akhir Maret 2018.
Bank bersandi emiten BBTN ini juga mencatatkan rasio non-performing loan (NPL) gross yang turun 56 basis point (bps) yoy dari 3,34% menjadi 2,78% pada triwulan I-2018. NPL nett Bank BTN juga turun 57 bps yoy dari 2,35% pada Maret 2017 menjadi 1,78%.
Dalam keterangan yang dilansir Tribunnews.com, Kamis (19/4/2018), Direktur BTN Nixon Napitupulu menjelaskan, penurunan tersebut paling banyak ditopang dari perbaikan kualitas kredit dari segmen kredit pemilikan rumah (KPR) subsidi. Serta segmen kredit komersial yang juga menunjukan tren penurunan. Sementara, untuk KPR non subsidi masih menjadi penyebab utama NPL BTN.
Hingga akhir tahun, Nixon optimis NPL gross Perseroan dapat ditekan hingga ke level 2,3%. Salah satu strateginya antara lain dengan melakukan restrukturisasi dan perbaikan manajemen kredit.
“Kami restrukturisasi beberapa nasabah KPR non-subsidi yang memungkinkan punya pendapatan dan jangka waktu pelunasannya kami perpanjang,” ujarnya.
Selain itu, Nixon menyebut dalam pengelolaan kualitas kredit, Bank BTN akan lebih berhati-hati menyalurkan KPR kepada debitur wiraswasta. Menurutnya, jenis debitur tersebut menjadi penyumbang terbesar NPL pada KPR non-subsidi.(DD)