PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) mencatatkan pertumbuhan kredit sebesar 16,2% year on year (yoy), yaitu dari Rp441,31 triliun pada akhir 2017 menjadi Rp512,78 triliun pada akhir 2018. Pertumbuhan kredit tersebut mampu menopang peningkatan Laba Bersih BNI 10,3% yoy, dari Rp13,62 triliun pada akhir 2017 menjadi Rp15,02 triliun pada akhir 2018.
Pertumbuhan kredit BNI tersebut menciptakan pendapatan bunga bersih (Net Interest Income/ NII) yang tumbuh 11,0% yoy yaitu dari Rp31,94 triliun pada akhir 2017 menjadi Rp35,45 triliun pada akhir 2018. NII tersebut menjadi sumber pertumbuhan laba bersih BNI yang utama.
“Pertumbuhan laba bersih BNI juga ditopang oleh pertumbuhan pendapatan non bunga sebesar 5,2% yoy yaitu dari Rp11,04 triliun pada akhir 2017 menjadi Rp11,61 triliun pada akhir 2018. Pertumbuhan pendapatan non bunga tersebut didorong oleh peningkatan kontribusi fee dari trade finance, pengelolaan rekening, dan fee bisnis kartu,” kata Corporate Secretary BNI, Kiryanto, dalam keterangannya yang dilansir, Kamis (24/1/2019).
Pencapaian laba bersih BNI ini, lanjut Kiryanto, juga didukung dari membaiknya kualitas aset, ditunjukkan oleh NPL Gross yang membaik dari akhir 2017 sebesar 2,3% menjadi 1,9% di akhir 2018. Sehingga BNI mampu menekan creditcost dari 1,6% pada akhir 2017 menjadi 1,4% pada akhir 2018. Di sisi lain, coverage ratio meningkat dari 148,0% pada akhir Desember 2017 menjadi 152,9% pada Desember 2018 untuk mengantisipasi kondisi global yang menantang di tahun 2019.
BNI juga berhasil meningkatkan efisiensi di dalam operasionalnya selama 2018, tercermin dari cost to income ratio (CIR) yang membaik menjadi 42,5% pada Desember 2018, dibandingkan posisi Desember 2017 yang sebesar 43,9%. Hal ini juga disebabkan oleh keberhasilan BNI dalam menjaga pertumbuhan Biaya Operasional (OPEX) tetap pada level 6,8%.
Kombinasi pertumbuhan NII, peningkatan pendapatan non bunga, perbaikan kualitas aset, dan efisiensi OPEX telah menumbuhkan laba bersih BNI sebesar 10,3% pada akhir tahun 2018. Dengan profitabilitas tersebut, BNI mencatatkan pertumbuhan Return on Equity (ROE) dari 15,6% menjadi 16,1% yoy.
“Pada akhir 2018, untuk pertama kalinya BNI berhasil mencatatkan total aset melampaui Rp800 triliun, tepatnya Rp808,57 triliun atau tumbuh 14,0% yoy dibandingkan akhir 2017 yang mencapai Rp709,33 triliun. Pertumbuhan aset BNI ini jauh melampaui pertumbuhan aset di industri perbankan yang mencapai 9,1% yoy per November 2018,” jelas Kiryanto.
Kinerja anak perusahaan BNI disepanjang 2018 juga menunjukkan tren peningkatan yang positif dan memberikan kontribusi terhadap laba bersih BNI. BNI group memiliki 5 perusahaan anak yang kelima perusahaan ini, pada 2018 mampu memberikan kontribusi 9,24% terhadap total laba BNI konsolidasian.(DD)