PT Timah Tbk (TINS) berhasil membukukan periode berjalan yang dapat didistribusikan ke pemilik entitas induk sebesar Rp170,14 miliar pada semester pertama 2018. Angka tersebut naik 12,93% dari catatan laba Rp150,65 miliar di periode sama tahun sebelumnya. Padahal, pada kuartal I/2018, laba Perseroan sempat turun hingga 18% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.
Direktur Keuangan PT Timah, Emil Ermindra, menjelaskan bahwa kinerja yang lebih baik tersebut karena keberhasilan strategi usaha dari tim operasi produksi Perseroan. Di mana menurutnya, ada beberapa hal sederhana, yang ternyata ampuh untuk mendorong laba Perseroan.
“Dengan memperbaiki sistem operasi laut yang berorientasi pada jam jalan, insentif kualitas produksi, serta menerapkan sistem pembayaran imbal jasa yang bersaing dan dibayarkan pada hari yang sama,” jelas Emil, dalam keteranngannya yang dilansir Kontan.co.id, Selasa (4/9/2018).
Hasilnya, kata Emil, pada semester I/2018, Perseroan telah berhasil menurunkan biaya perolehan bahan baku biji timah sebesar 18% year on year (yoy). Begitu juga total biaya perolehan bijih timah, turun menjadi Rp2,06 miliar dari Rp2,52 miliar pada tahun sebelumnya.
Emil menambahkan, meskipun total beban pokok pendapatan mengalami sedikit peningkatan sebesar 1% dari Rp3,67 miliar menjadi Rp3,70 miliar, namun, itu dirasa tidak berdampak besar terhadap pencapaian laba kotor yang meningkat menjadi Rp674 miliar dengan margin laba kotor sebesar 15%.
“Tentunya juga, keberhasilan ini didorong dari kemampuan tim pemasaran kami yang berhasil menjual secara extra ordinary pada Mei,” ungkapnya.
Dia menjelaskan, tim pemasaran sukses mendorong penjualan di minggu keempat Mei, di mana ekspor atau penjualan berhasil naik dua kali lipat dari rata-rata penjualan bulanan yang biasa dicapai.
“Dengan demikian, hasil ekspor ini sangat mendorong tercapainya laba dan memperbaiki kesulitan aliran kas yang terjadi karena tidak adanya pemasukan pada Maret dan April,” jelasnya.
Sementara itu, dalam keterangan yang dilansir Bangka.Tribunnews.com, Selasa (4/9/2018), PT Timah menyuplai 1,5 ton Zirkon atau mineral ikutan dari timah selain pirit, kuarsa, ilmenit, galena, bismut, arsenik, stibnit, kalkopirit, xenotim, dan monasit ke Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) Jakarta.
Kepala Pusat Teknologi Galian Nuklir, Yaryainto, mengatakan bahwa saat ini pasokan Zirkon sangat minim dan terbatas. Ini dikarenakan minimnya aturan yang membatasi perdagangan Zirkon.
Namun, Yarianto bersyukur, sampai saat ini perusahaan plat merah tersebut masih terus menyuplai Zirkon yang menjadi bahan dasar pembuat uranium. Zirkon ini, kemudian diolah secara bertahap hingga menjadi uranium yang dapat digunakan untuk menghasilkan energi nuklir.
“Tahun ini PT Timah menyuplai 1,5 ton Zirkon, dan Alhamdulillah, tahun ke tahun jumlahnya terus meningkat meski di tengah keterbatasan. Harusnya ada aturan supaya logam tanah jarang tersebut tidak dimonopolikan,” ujar Yarianto.(DD)