Kelebihan Modal Rp35 Triliun, Mandiri Berencana Akuisisi Perusahaan Jasa Keuangan

ilustrasi
Direktur Utama Bank Mandiri, Kartika Wirjoatmodjo | Dok. Bank Mandiri

PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) mengaku memiliki rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) yang melebihi kebutuhan atau sekitar Rp30 triliun – Rp35 triliun. Kelebihan modal ini rencananya akan digunakan untuk membiayai ekspansi dengan melakukan akuisisi perusahaan jasa keuangan.

Direktur Utama Bank Mandiri, Kartika Wirjoatmodjo, menuturkan saat ini posisi CAR Bank Mandiri mencapai 21%. Menurut hitung-hitungan Perseroan, kebutuhan Bank Mandiri hanya di kisaran 16,5%-17% untuk menopang kebutuhan ekspansi.

Artinya, ujar Kartika, ada sekitar 4% atau setara Rp30 triliun - Rp35 triliun kelebihan modal Perseroan yang tidak terpakai. Menurutnya, dana tersebut nantinya memang akan digunakan untuk keperluan aksi korporasi.

Salah satunya untuk mengakuisisi perusahaan di bidang keuangan. Hanya saja, Tiko sapaan akrab Kartika, tidak merinci secara spesifik perusaan apa saja yang bakal di sasar. Selain itu, Perseroan juga belum dapat menjabarkan kapan rencana aksi akuisisi dilakukan.

“Untuk potensi akuisisi kami selalu melihat di market, baik di perbankan maupun perusahaan multifinance sebagai contoh. Tapi belum ada target perusahaan yang spesifik untuk kami umumkan,” ujar Tiko, dalam keterangannya yang dilansir Kontan.co.id, Senin (7/1/20149).

Namun, Tiko memastikan kalau pihaknya memang tengah berusaha untuk mencari perusahaan untuk dijadikan anak usaha di bidang jasa keuangan yang memiliki bisnis pelengkap bagi Bank Mandiri. “Bisnisnya harus tidak sama dengan segmen dan produk dari Bank Mandiri, sebagai complementary business kami,” terangnya.

Sementara, Direktur Keuangan Bank Mandiri, Panji Irawan, menambahkan CAR Perseroan saat ini mencapai kisaran 21,6%. Rasio tersebut masih dapat diturunkan ke level 16%, sehingga masih ada ekses kapital sebesar Rp30 triliun - Rp35 triliun.

“Jadi sangat bisa capital itu digunakan untuk yang lain-lain, untuk menambah engine perusahaan. Kalau kami tidak ada inovasi yang baru, artinya kami menggunakan engine yang ada. Kalau rencana yang tadi itu engine tambahan buat kami masuk ke pasar,” jelasnya, seperti dikutip Bisnis.com, Senin (7/1/2019).

Panji menambahkan, dari sisi likuiditas, Perseroan juga berencana menggalang dana cukup besar pada tahun ini. Dana tersebut disebutkan dapat sekitar Rp40 triliun, dengan rincian US$0,1 miliar - US$2 miliar dalam denominasi dolar, dan Rp10 triliun dalam rupiah.

“Likuiditasnya bisa dari mana-mana, penerbitan umum berkelanjutan, obligasi, MTN (medium term notes), NCD (negotiatible certifcate of deposit), repo (repurchase agreement), itu bisa segala macam insturmen bisa kami gunakan,” ujar Panji.

Namun demikian, dia mengatakan bahwa penggalangan dana wholesale Rp40 triliun pada 2019 tersebut dikhususkan untuk meminimalisasi risiko likuiditas. “Itu sih lebih ke untuk jaga-jaga, kami punya liquidity contingency plan, seumpamanya tadi kan mau meredam tidak mau rebutan di deposito, kami bisa masuk di non-konvensional funding tadi,” tandas Panji.(DD)