KAI Targetkan Pendapatan Hingga Rp23,5 Triliun Sepanjang 2019

ilustrasi
Direktur Utama KAI, Edi Sukmoro (kanan) saat pengguntingan pita sebagai tanda peresmian KA Galunggung, belum lama ini | Dok. PT KAI

PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI, terus meningkatkan pelayanan terhadap penumpang dalam rangka mendukung pencapaian target tahun ini. Perseroan menargetkan kenaikan pendapatan sekitar 18 persen dari capaian pendapatan 2018.

Direktur Utama KAI, Edi Sukmoro, menargetkan pendapatan hingga Rp23,5 triliun sepanjang 2019, meningkat sekitar 18 persen dari capaian pendapatan 2018 yang kurang lebih sebesar Rp19,9 triliun.

Hal ini, kata Edi, selaras dengan target Perseroan melayani sebanyak 435.496.082 penumpang pada tahun ini. Angka tersebut naik sekitar 2,5 persen dibanding perolehan 2018 yang sebesar 424.683.403 orang.

“Target 2019, kami memberikan prediksi angka 435 juta penumpang. Jadi naik 2,5 persen. Kenapa? Karena tergantung dari ketersediaan armada,” kata Edi, dalam keterangannya yang dilansir dari Merdeka.com, Minggu (13/1/2019).

Namun begitu, dia masih belum bisa memproyeksikan target perolehan laba pada 2019. “Tunggu KAP (Kantor Akuntan Publik), nanti tunggu RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham) kalau bicara soal laba,” ujar Edi.

Sementara itu, KAI tenga membuka peluang untuk mencari pendanaan melalui beberapa intrumen pada tahun ini. Perusahaan transportasi pelat merah ini membutuhkan dana ekternal sekitar Rp2 triliun.

Edi mengatakan, pihaknya membuka peluang perusahaannya mencari dana dengan skema sekuritisasi aset atau bisa juga dengan menerbitkan obligasi. “(Pendanaan) mungkin itu (sekuritisasi), atau obligasi yang kedua,” jelas Edi, seperti dikutip dari Katadata.co.id, Minggu (13/1/2019).

Seperti diketahui, KAI pernah menerbitkan obligasi pertama mereka pada November 2017 lalu sebesar Rp2 triliun. Kala itu, obligasi yang mayoritas dananya digunakan untuk pengerjaan proyek kereta Bandara Soekarno-Hatta (Soetta), mendapat minat yang cukup besar dari para investor. Permintaan akan obligasi ini mencapai Rp5,2 triliun atau lebih dari 2,5 kali nilai yang ditawarkan.

Kesuksesan tersebut sebenarnya ingin diulangi lagi pada tahun berikutnya. Pada Januari 2018, KAI mendapatkan persetujuan dari pemegang saham untuk kembali menerbitkan surat utang, juga senilai Rp2 triliun. Namun, penerbitan instrumen utang ini batal terlaksana.

Untuk rencana penerbitan tahun ini, Edi belum mau menjabarkan secara detail dana tersebut digunakan untuk apa. Namun, dari rencana penerbitan obligasi batal terlaksana tahun lalu, KAI sebenarnya telah memiliki rencana untuk meremajakan 886 kereta dan penambahan beberapa kereta baru. “Buat tahun lalu, yang obligasi itu kan berjalan, Rp2 triliun, buat ganti kereta,” ungkap Edi.

Seperti diketahui, keterbatasan armada membuat target jumlah penumpang kereta api tahun ini hanya naik sekitar 2,5% dibandingkan jumlah penumpang kereta api pada 2018 yang mencapai 424,68 juta penumpang, atau hanya naik menjadi 435,49 juta penumpang. “(Jumlah penumpang) naik 2,5% karena tergantung ketersediaan armada dan prasarana yang kami miliki,” tandas Edi.(DD)