PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) berhasil membukukan keuntungan sebesar Rp1,85 triliun, di sepanjang 2017. Perseroan juga berhasil mencatatkan pendapatan neto sebesar Rp14,43 triliun, ditengah kondisi bidang industri semen yang masih belum stabil di tahun 2017 lalu.
Dalam keterangan yang dilansir dari laman Perseroan, Jumat (23/3/2018), disebutkan bahwa pendapatan neto Perseroan terbagi atas penjualan semen sebesar Rp13,37 triliun, kemudian dari beton siap pakai berhasil menyumbang pendapatan sebesar Rp1,65 triliun. Sementara pendapatan dari tambang agregat berhasil membukukan pendapatan Rp116,96 miliar.
Geliat industri semen di tahun ini diproyeksi bakal semakin menarik. Pada tahun ini saja pertumbuhan konsumsi semen diprediksi bakal berada di rentang 5% hingga 6%. Meskipun lebih rendah dari 2017 di mana konsumsi semen mampu bertumbuh 7,6%, konsumsi tahun ini masih akan didorong oleh proyek infrastruktur dan beberapa proyek komersial juga residensial.
Mengacu pada laporan resmi Indocement, dengan kondisi tersebut pada gilirannya akan melemahkan permintaan di tahun 2018. Namun, permintaan beton dan semen curah yang kuat diantisipasi akan terjadi di Sumatera, Jabodetabek, Jawa Tengah, dan Jawa Timur pada 2018 karena proyek infrastruktur Pemerintah dan juga multiplier effect yang akan terjadi.
Perseroan memperkirakan persaingan ketat masih akan terjadi di antara 19 merek dari 15 pemain (dari 9 merek dan 9 pemain sebelumnya) terutama di Jakarta dan Jawa Barat karena lebih banyak pemain yang berada di area ini yang akan menghambat kenaikan harga.
Sebagai salah satu strategi untuk menyiasati kompetisi, Perseroan bakal menjalankan produksi P14 (10.000 tpd) secara penuh pada 2018. Langkah itu dipercaya akan membantu mengurangi biaya produksi hingga US$7-8 per ton.
Perseroan juga bakal mengoptimalkan bauran produk dari 13 lini produksi semen yang akan membawa keunggulan kompetitif bagi Indocement untuk mengenalkan berbagai jenis semen (OPC, PCC, PPC, TR Rapid, PCC Industri dan produk masa depan–slag semen).(DD)