PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk berhasil membukukan peningkatan volume penjualan domestik di tahun 2017, yang tumbuh 7% atau naik sebesar 1,2 juta ton dari tahun sebelumnya dengan total volume penjualan sebesar 17,7 juta ton. Hal tersebut seiring dengan permintaan di pasar semen domestik yang tumbuh 7,6%.
Neraca keuangan Indocement pun terlihat masih solid didukung dengan pengelolaan arus kas dan modal kerja yang baik. Penghematan biaya khususnya menjaga biaya produksi yang efisien serta serta turunnya belanja modal menjadi kunci untuk mempertahankan EBITDA margin di atas 20%.
Dalam keterangan tertulisnya yang dikutip Minggu (25/3/2018), dijelaskan bahwa pertumbuhan penjualan yang berhail dibukukan Perseroan mencakup penjualan semen domestik sebesar 17,1 juta ton dan penjualan klinker domestik sebesar 650 ribu ton.
“Pertumbuhan semen domestik mencerminkan pertumbuhan sebesar 4,4% atau 717 ribu ton jika dibandingkan dengan tahun 2016. Sementara permintaan semen Nasional sendiri naik dengan pesat menjadi 66,3 juta ton atau 7,6% dibandingkan dengan tahun 2016 di tengah meningkatnya kapasitas produksi nasional. Kondisi kelebihan kapasitas ini menyebabkan pangsa pasar Indocement turun dari 26,1% menjadi 25,3%,” jelas Sekretaris Perusahaan Indocement, Oey Marcos, dalam keterangan tertulisnya yang diterima Annualreport.id, Minggu (25/3/2018).
Marcos menambahakan, Perseroan lebih fokus pada penjualan dalam negeri termasuk untuk memenuhi kebutuhan klinker untuk memasok Unit Penggilingan & Pabrik Semen dalam negeri. Oleh karena itu penjualan ekspor semen dan klinker di tahun 2017 menurun 57,9% atau sebesar 226 ribu ton (2017: 164,4 ribu ton dan 2016: 390,4 ribu ton).
“Permintaan di pasar semen domestik mengalami pemulihan, namun penambahan kapasitas terpasang yang tinggi menghambat peningkatan utilisasi dan memberikan tekanan yang lebih besar terhadap harga jual,” ujar Marcos.
Namun menurut Marcos, pada tahun 2017, Perseroan mencatatkan posisi kas bersih yang kuat dengan kas dan setara kas sebesar Rp8.294,9 miliar. Arus kas yang signifikan dihasilkan dari operasional dengan upaya manajemen untuk meningkatkan posisi modal kerja yang menjadi kunci dalam meningkatkan neraca keuangan yang solid.
“Dengan neraca yang kuat tersebut, Indocement siap mengarungi sulitnya kondisi pasar di 2018,” ucap Marcos.
Sementara itu, dalam mengantisipasi pulihnya permintaan domestik sejak tahun 2017 dan juga berlanjut di tahun 2018, dan untuk mendapatkan biaya produksi yang lebih efisien, Indocement telah menyelesaikan pabrik semen terintegrasi pada triwulan ke-4 tahun 2017.
“Pabrik baru ini dibangun dengan teknologi terkini (brown-field project – Plant 14) di Kompleks Pabrik Citeureup, Bogor, dengan kapasitas produksi 4,4 juta ton per tahun. Dengan mengoperasikan Plant 14 ini, Perseroan akan memperoleh penghematan biaya produksi sebesar Rp 70 ribu – 80 ribu per ton semen jika dibandingkan dengan biaya produksi semen di pabrik-pabrik Perseroan yang lebih lama,” tutur Marcos.
Dalam bulan Maret ini, Indocement juga telah resmi mengoperasikan terminal semen terbaru dan yang pertama di Pulau Sumatera yaitu di Palembang. Selain itu, Perseroan juga sedang menyelesaikan pembangunan satu terminal lagi di Lampung yang diperkirakan akan mulai beroperasi di kwartal ke-4 tahun ini.
“Dengan beroperasinya dua terminal di pulau Sumatera ini, Perseroan berkeyakinan akan memperkuat posisi market share Perseroan khususnya di pulau Sumatera,” tandas Marcos.(DD)