PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) atau Inalum, mencatatkan laba Holding BUMN Pertambangan sampai pada Desember 2018 mencapai lebih dari Rp8 triliun atau naik sekitar 30% dari periode yang sama tahun di sebelumnya. Dari segi pendapatan, tercatat juga meningkat 30%, yakni mencapai lebih dari Rp 60 triliun.
“Karena harga lagi bagus, jadi pendapatan dan laba juga terdongkrak naik,” ujar Direktur Utama Inalum, Budi Gunadi Sadikin, dalam keterangannya yangh dilansir dari CNBCIndonesia.com, Minggu (3/2/2019).
Sebelumnya, Perseroan mencatatkan aset Holding BUMN Pertambangan sampai pada Desember 2018 sebesar Rp162 triliun, naik 74% dari periode yang sama tahun lalu yang sebesar Rp93,2 triliun. Besaran kas yang dibukukan oleh Holding BUMN Pertambangan juga tercatat naik 25% dibandingkan 2017, menjadi Rp23 triliun dari Rp18,3 triliun.
Selain itu, utang yang dibukukan Holding BUMN Pertambangan tercatat mengalami peningkatan signifikan, sebesar 417%, menjadi Rp72,7 triliun dari Rp14 triliun pada 2017. Sedangkan ekuitasnya, juga tercatat meningkat dari Rp66 triliun di 2017, menjadi Rp74,3 triliun di 2018.
Induk perusahaan Holding BUMN Pertambangan ini juga mencatatkan aset Perseroan pada sepanjang tahun 2018 lalu melesat dibanding tahun sebelumnya. Kenaikan aset seiring aksi Perseroan meningkatkan porsi saham pada PT Freeport Indonesia (PTFI) dari 9,36% menjadi 51,23%.
Budi menyebutkan, total aset perusahaan tahun 2018 mencapai Rp162 triliun (unaudited). Jika dibandingkan posisi pada akhir 2017 setelah Inalum resmi menjadi Holding BUMN Pertambangan, pertumbuhan asetnya mencapai 74,19% dari posisi Rp93 triliun. Sementara, jika dibandingkan posisi pada 2016, sebelum menjadi holding, aset Perseroan melonjak hampir delapan kali lipat.
“Tahun lalu, sesudah beli Freeport (aset) jadi Rp162 triliun. Lumayan, tumbuh dari Rp22 triliun ke Rp162 triliun dalam 18 bulan,” kata Budi, seperti dikutip CNNIndonesia.com, Minggu (3/2/2019).
Tak hanya mencatatkan pertumbuhan aset, Budi mengungkapkan Holding BUMN Pertambangan tahun lalu juga mencatatkan kenaikan pendapatan hingga 50%. Laba Perseroan naik dari Rp42,7 triliun pada 2017 menjadi Rp64,3 triliun. Peningkatan pendapatan pun mendorong kenaikan laba bersih dari Rp6,8 triliun menjadi Rp8,6 triliun atau sekitar 26,4%.(DD)