PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) atau Inalum, selaku kepala Holding Industri Pertambangan, mencatatkan pertumbuhan nilai ekspor sejak Januari sampai Agustus 2018. Pada periode tersebut, Holding Industri Pertambangan mencatat pertumbuhan nilai ekspor sebesar US$1,57 miliar atau 83% dari pencapaian akhir tahun lalu sebesar US$1,89 miliar.
Tahun ini, Inalum memproyeksikan penjualan ekspor Holding Industri Pertambangan untuk mineral, batubara dan produk hilirisasinya akan mencapai sebesar US$2,51 miliar atau meningkat 33% dibandingkan realisasi pada 2017 lalu yang sebesar US$1,89 miliar.
“Peningkatan kinerja ekspor ini sesuai mandat pembentukan holding industri pertambangan untuk menjadi perusahaan kelas dunia. Untuk itu kami terus mengejar berbagai target seperti pengembangan kapasitas produksi menjadi 1 juta ton dan peningkatan devisa melalui kegiatan ekspor aluminium,” kata Direktur Utama Inalum, Budi Sadikin, dalam keterangannya yang dilansir Kompas.com, Rabu (3/10/2018).
Untuk itu, lanjut Budi, Inalum pun juga terus berupaya untuk meningkatkan nilai ekspor Perseroan. Seperti yang dilakukannya pada pada Selasa, 2 Oktober 2018, dengan mengekspor 20.000 ton aluminium ingot ke Malaysia.
“Ekspor aluminium ingot ke Malaysia ini akan menjadi langkah nyata untuk menjadikan Inalum sebagai perusahaan global terkemuka. Ke depan, kami diharapkan mampu membawa Indonesia sebagai salah satu pemain global dalam pasar aluminium,” ucap Budi.
Ekspor Inalum, khususnya aluminium ingot, tahun ini diproyeksikan mencapai 40 kilo ton yang senilai 79 juta dollar AS. Ekspor tersebut bertujuan ke negara-negara Jepang, Swiss, Singapura, Inggris, Australia, Korea Selatan, Hong Kong, Malaysia, dan Belanda.
“Inalum terus menjalin kerjasama dengan pembeli di luar pasar Indonesia, seperti yang dilakukan kemarin dengan mengekspor 20 ribu ton aluminium ingot ke Trafigura Pte Ltd, di Port Klang, Malaysia,” jelas Budi, seperti dikutip Republika.co.id, Rabu (3/10/2018).(DD)