Esensi: Inalum Optimis Freeport Bakal Peroleh Laba US$2 Miliar per Tahun

Ilustrasi
Perjanjian pembelian saham Freeport oleh Inalum | Dok. Inalum

PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) optimis PT Freeport Indonesia (PTFI) bakal meraih perolehan laba yang cukup besar. Namun, keuntungan yang bakal diraih PTFI tersebut bakal mulai diperoleh Perseroan pada tahun 2023 mendatang. Seperti diketahui, saat ini Inalum telah sah memiliki 51,2 persen saham PTFI sejak akhir 2018 lalu.

Esensi Berita:

  1. Direktur Utama Inalum, Budi Gunadi Sadikin, menyatakan, keuntungan PTFI akan naik pada tahun 2023. Bahkan, ketika dalam keadaan stabil, perusahaan bisa memperoleh laba sekitar US$2 miliar per tahunnya. “Pada saat mateng, itu (laba) sekitar 2 miliar dollar AS per tahun karena Inalum pegang 51,2 persen. Kita dapat 1 miliar dollar AS per tahun setelah 2023,” kata Budi, seperti dilansir Kompas.com, Kamis (10/1/2019).
  2. Budi menuturkan, pada tahun ini laba sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi atau EBITDA Freeport akan menurun dibandingkan sebelumnya. Pasalnya, Grasberg Open Pit habis tahun ini dan bakal digantikan dengan tambang bawah tanah (underground). “Ini akan berproduksi maksimal sekitar 2023 dan nanti akan mulai stabil,” ujar Budi.
  3. Menurut dia, penurunan produksi di 2019-2020 tidak perlu dipersoalkan dan dipermasalahkan. Karena seiring waktu akan terus meningkat dan naik produksinya. “Jangan dimarahi kalau produksi turun di 2019 dan 2020, bukan karena tambangnya habis,” tuturnya.
  4. Ia menyebutkan, ketika dalam keadaan normal atau stabil, Freeport bakal memiliki pendapatan US$7 miliar per tahun atau sekitar Rp98 triliun per tahun (asumsi nilai tukar Rp 14.000 per dollar AS).

Info Terkait:

  1. Inalum sebagai pemegang saham mayoritas PTFI tak menerima dividen selama dua tahun yakni tahun 2019 dan 2020. Budi mengatakan, hal itu disebabkan oleh menurunnya produksi PTFI. Penurunan produksi ini disebabkan adanya perpindahan produksi dari tambang terbuka (open pit) ke bawah tanah (underground). “Sudah di hitung, bottom line kita nggak pakai dividen 2 tahun, 2021 mulai ada sedikit,” kata Budi seperti dikutip Detik.com, Kamis (10/1/2019).
  2. Sebelumnya, Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bambang Gatot menyebut, pendapatan sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi (EBITDA) PTFI diperkirakan turun dari US$4 miliar menjadi sekira US$1 miliar saja pada tahun ini. Namun, ia menegaskan pendapatan Freeport turun bukan lantaran perkara menipisnya cadangan maupun kadar barang tambang di sana. Penurunan itu disebabkan proses produksi di tambang bawah tanah Grasberg masih belum dimulai.
  3. Setelah tambang bawah tanah beroperasi, Bambang optimistis pendapatan PTFI bakal mulai naik kembali. “Sejak 2020 dan 2021 akan naik lagi sampai 2025, nanti 2025 akan mulai stabil,” ujar Bambang, seperti dilansir Tempo.co, Kamis (10/1/2019).
  4. Akhir tahun lalu, Inalum menebus 51,2 persen saham perusahaan Freeport Indonesia senilai US$3,85 miliar atau Rp55,8 triliun (dengan kurs Rp 14.500). Aksi korporasi tersebut setelah Inalum melunasi transaksi divestasi saham Freeport, Jumat, 21 Desember 2018. Untuk menguasai saham Freeport Inalum menerbitkan obligasi valuta asing senilai US$4 miliar atau Rp58 triliun.(DD)