PT Wijaya Karya (Persero) Tbk atau WIKA, berhasil mencatatkan rekor baru, degan membukukan laba sebesar Rp1,2 triliun di sepanjang tahun 2017. Catatan positif tersebut didukung oleh penjualan Perseroan pada tahun 2017 yang mencapai Rp26,18 triliun atau meningkat 67,06% dibandingkan dengan penjualan tahun 2016.
“Kami bersyukur dan berbangga bahwa sejak tahun 2016 kami sudah menembus bahkan melampaui besaran laba Rp1 triliun,” kata Direktur Utama WIKA, Bintang Perbowo, seperti dikutip Detik.com, Rabu (14/3/2018).
Menurutnya, pencapaian laba tahun 2017 ini hampir 2 kali lipat dari laba tahun 2015 yang hanya berada pada kisaran Rp675 miliar dan melonjak signifikan dari laba tahun 2016 yang mencapai Rp1,06 triliun.
Bintang melanjutkan bahwa untuk meningkatkan kinerja di tahun 2018, Perseroan menganggarkan capital expenditure sebesar Rp12,05 triliun dengan rincian 58,7% untuk penyertaan modal, 36,3% untuk pengembangan usaha dan 5% akan dipergunakan untuk investasi aset tetap.
“Sejalan dengan performa positif yang dicapai, WIKA berhasil memperoleh kontrak baru sebesar Rp10,45 triliun hingga minggu kedua Maret 2018. Sektor infrastruktur menyumbangkan kontrak terbesar senilai Rp7,55 triliun,” ucapnya.
Perolehan kontrak baru di sektor industri mencapai Rp2,05 triliun, sektor energi dan industrial plant berhasil menyumbang kontrak sebesar Rp662 miliar, sementara perolehan kontrak di sektor realty dan properti mencapai Rp96 miliar.
Sementara itu, Direktur Keuangan WIKA, A.N.S. Kosasih menyampaikan, kontribusi penjualan terbesar bersumber dari sektor infrastruktur dan bangunan gedung sebesar 62,25%. Sektor industri penunjang infrastruktur berkontribusi sebesar 17,92%. Sektor energi dan industrial plant sebesar 14,41% serta sektor realty dan properti berkontribusi sebesar 5,41%.
“Bukan hanya laba yang kita bukukan terbesar sepanjang sejarah WIKA, kesehatan keuangan WIKA pun mencapai yang terbaik sepanjang sejarah,” sebut Kosasih, dalam keterangannya yang dilansir Jawapos.com, Rabu (14/3/2018).
Posisi kas dan setara kas WIKA juga mencapai posisi tertinggi sepanjang sejarah, yaitu sebesar Rp11,25 triliun. Posisi utang berbunga sebesar Rp9,01 triliun dan total ekuitas sebesar Rp14,63 triliun menghasilkan rasio utang gross gearing dan net gearing masing-masing hanya sebesar 0,62 kali dan -0,15 kali.
“Hal itu menunjukan bahwa WIKA amat sangat sehat secara keuanga dan memiliki kemampuan finansial yang sangat tinggi untuk mendanai proyek-proyek infrastruktur yang dibutuhkan masyarakat dan ditargetkan Pemerintah,” ujar Kosasih.
Pada tahun 2017, WIKA juga berhasil membukukan arus kas operasi positif sebesar Rp1,87 triliun atau meningkat sebesar 233,62% dibandingkan tahun 2016.
“Salah satu yang tertinggi dan terbaik di industri konstruksi tanah air di mana banyak perusahaan konstruksi membukukan arus kas operasional negatif,” jelasnya.(DD)