BTN Bidik Pertumbuhan Penyaluran Kredit Konstruksi 13%

Ilustrasi
Bank BTN dalam sebuah pameran beberapa waktu lalu | Dok. Bank BTN

PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN) menargetkan pertumbuhan penyaluran kredit konstruksi di atas 13% di tahun 2019 ini, atau lebih tinggi dari realisasi tahun 2018 yang tercatat tumbuh 12% secara tahunan (yoy).

Direktur Risiko, Strategi dan Kepatuhan BTN, Mahelan Prabantarikso, mengatakan bahwa rencana pertumbuhan kredit konstruksi yang lebih tinggi pada tahun ini untuk mendukung suplai kredit pemilikan rumah (KPR). “Permintaan KPR untuk segmen menengah dan menengah bawah masih cukup tinggi,” kata Mahelan, dalam keterangannya yang dilansir Kontan.co.id, Kamis (24/1/2019).

Untuk mencapai target tersebut, lanjut Mahelan, BTN akan fokus pada konstruksi perumahan di segmen menengah dan menengah bawah, mendukung sinergi BUMN dalam dalam pembangunan transit oriented development (TOD) di beberapa area Jabodetabek, serta tetap optimal dalam mendukung program Pemerintah sejuta rumah untuk rakyat.

Adapun dari sisi kualitas kredit, rasio kredit macet (NPL) kredit konstruksi BTN tahun lalu sedikit meningkat menjadi 4,32% dari 3,12% di 2017. Menurut Mahelan, strategi untuk memperbaiki kualitas kredit tersebut, BTN akan selektif dalam pemberian kredit konstruksi high rise building (kecuali TOD) serta fokus dalam memberi dukungan konstruksi untuk landed house segmen menengah bawah.

Sementara itu, BTN juga tengah berencana untuk mengembangkan financial technology (fintech) untuk keperluan pelayanan pembiayaan kredit kepemilikan rumah atau KPR.

Direktur Collection and Asset Management BTN, Nixon Napitupulu, mengatakan hal ini bisa dilakukan khususnya pada produk KPR bersubsidi. Nixon menjelaskan, penggunaan fintech sangat mungkin dilakukan karena rumah bersubsidi telah memiliki standardisasi dari Pemerintah.

“Karena rumahnya juga modelnya sudah lebih terstandarisasi dibandingkan yang non-subsidi. Bahkan materialnya aja distandarisasi misalnya diameter besi itu juga ditentukan Kementerian PUPR,” kata Nixon, seperti dikutip Tempo.co, Kamis (24/1/2019).

Kendati demikian, Nixon belum bisa memastikan apakah pembiayaan kredit KPR subsidi lewat fintech aman bagi perbankan. Sebabnya, pemberian kredit KPR berbeda dengan pemberian kredit yang diberikan lewat fintech selama ini.

Selain itu, juga karena pembiayaan melalui platform fintech diberikan dalam jumlah yang kecil dan dalam jangka atau tenor relatif pendek. Sedangkan KPR sebaliknya. Apalagi, penggunaan fintech untuk pembiayaan KPR bersubdisi juga belum pernah dilakukan sehingga risikonya belum bisa terpetakan.(DD)