PT Bank Syariah Mandiri (BSM) menyatakan kesiapannya untuk mencatatkan diri di Bursa Efek Indonesia (BEI) atau Initial Public Offering (IPO), yang rencananya akan dilakukan pada tahun 2019 mendatang.
Wakil Direktur Utama Bank Mandiri, Sulaiman, mengatakan bahwa sebagai induk dari BSM, Mandiri telah menyiapkan rencana bisnis agar anak usahanya segera melantai di bursa. “Memang arahnya ke sana. BSM sudah siap dan kita promonya sudah bagus, tapi belum di tahun ini,” ujar Sulaiman, dalam keterangannya yang dikutip Republika.co.id, Jumat (25/5/2018).
Dijelaskan, bahwa untuk dapat melantai di bursa, terdapat ketentuan bahwa perbankan harus memiliki return of equity (ROE) minimal 10 persen. ROE merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dengan menggunakan modal sendiri dan menghasilkan laba bersih yang tersedia bagi pemilik atau investor.
Menurut Direktur Keuangan BSM Ade Cahyo Nugroho, saat ini ROE bank masih berada di sekitar tujuh persen sehingga masih butuh banyak persiapan. “Dari induk (Bank Mandiri) rencananya IPO pada akhir 2019 atau awal 2020. Kita harus memastikan kinerja benar-benar firm saat IPO. Kami harapkan pada saat IPO, ROE-nya sudah di atas 10 persen,” kata Ade.
Ade mengatakan, secara umum permodalan bank masih di atas kebutuhan sehingga bank baru membutuhkan tambahan modal pada 2019. Selain persiapan secara internal, BSM juga akan menentukan langkah selanjutnya dengan mengamati sisi eksternal. “Timing-nya setelah pemilu selesai, kita baru masuk ke market,” ungkapnya.
BSM menyatakan optimisme pertumbuhan menjelang IPO pada tahun depan. Untuk mendorong market share, BSM akan gencar menjalin sinergi dengan Mandiri Group.
Sementara itu, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk mengalokasikan dana sebesar Rp1 triliun-Rp1,5 triliun guna menyuntikkan modal ke anak usahanya sepanjang tahun ini.
Direktur Treasury and International Banking Bank Mandiri Darmawan Junaidi menjelaskan alokasi dana untuk anak usaha pada tahun ini kurang lebih sama dengan tahun lalu.
“(Tambahan modal) itu diberikan kepada, misalnya PT Bank Syariah Mandiri (BSM), PT Bank Mandiri Taspen (Mantap), dan PT Mandiri Tunas Finance (MTF),” papar Darmawan, seperti dilansir CnnIndonesia.com, Jumat (25/5/2018).
Darmawan menjelaskan, beberapa anak usaha Bank Mandiri lainnya juga akan diberikan modal usaha bila memang membutuhkan untuk operasional atau ekspansi. Namun, ia memastikan jumlah pembagian modal usaha tidak merata kepada 11 anak usaha Bank Mandiri. “Jadi tidak semua juga dikasih, dilihat dulu yang butuh saja,” ungkapnya.
Darmawan mengaku perusahaan sempat menarik suntikkan modal yang diberikan kepada empat anak usahanya tahun lalu senilai Rp300 miliar lantaran ternyata tak digunakan. “Ada yang kami tarik tahun lalu karena memang tidak digunakan, kan tidak dibutuhkan,” jelas Darmawan.(DD)