PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) berencanan untuk mengakuisisi perusahaan asuransi umum dengan menganggarkan dana Rp 1,5 triliun. Rencananya, aksi korporasi ini akan dilakukan pada tahun ini, yakni semester I/2019.
“Dana yang disiapkan untuk akuisisi asuransi tidak terlalu besar, sekitar Rp1,5 triliun,” kata Direktur Utama Bank BRI, Suprajarto, dalam keterangannya yang dilansir Kontan.co.id, Minggu (6/1/2019).
Rencana mencaplok asuransi umum ini, dijelaskan Suprajarto, guna melengkapi bisnis perseroan sebagai penyedia jasa keuangan yang komprehensif. Meski demikian, Perseroan belum membidik perusahaan tertentu yang hendak di akuisisi. Namun, ditargetkan eksekusi bisa dilakukan pada Semester I tahun 2019 ini.
“Kami masih mengamati beberapa pemain, sampai sekarang juga belum ada due diligence, masih mengomparasi beberapa calon. Harapannya Semester I/2019 bisa dilaksanakan,” ujarnya.
Sementara itu, BRI baru saja menggelar Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang memaparkan kinerja keuangan Perseroan hingga triwulan III/2018 serta perubahan pengurus Perseroan.
Direktur Konsumer BRI, Handayani, mengatakan hingga triwulan III/2018, BRI secara konsolidasi berhasil mencatat perolehan laba bersih sebesar Rp23,55 triliun. Angka itu meningkat 14,6 persen dibandingkan periode waktu yang sama tahun 2017.
“Perolehan laba tersebut di dorong oleh tetap terjaganya pertumbuhan aset produktif yang berkualitas serta efisiensi biaya, baik biaya operasional, maupun biaya pencadangan kerugian penurunan nilai,” kata Handayani, seperti dikutip Tempo.co, Minggu (6/1/2019).
Handayani mengatakan, Bank BRI mampu mencatatkan kinerja yang tumbuh positif sesuai dengan target yang ditetapkan di awal tahun. Perseroan mampu mencatatkan pertumbuhan kredit, pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) dan laba yang lebih tinggi dibanding industri.
“Hal ini dikarenakan BRI tetap fokus pada segmen Bisnis Mikro dan Ritel sebagai penopang utama profitabilitas,” ucapnya.
Menurut Handayani, total aset Perseroan pada 30 September 2018 meningkat 13,9 persen (YoY) menjadi Rp1.183,4 triliun. Sedangkan penyaluran kredit BRI tumbuh 16,5 persen (YoY) mencapai Rp808,90 triliun.
BRI, kata Handayani, tetap memprioritaskan penyaluran kredit pada segmen Mikro, Kecil dan Menengah (MKM). Tercatat porsi kredit Mikro Kecil Menengah (MKM) BRI sebesar 76,9 persen dari total kredit.
“Dengan fokus pada segmen UMKM, NPL gross BRI pada triwulan III tahun 2018 tetap dapat terjaga di level 2,54 persen,” ujar Handayani.
Handayani menjelaskan, level NPL itu lebih rendah dibandingkan NPL gross industri perbankan yang tercatat sebesar 2,66 persen. Adapun DPK BRI sebagai komponen terbesar dalam total liabilitas, mengalami kenaikan 13,3 persen dibandingkan September 2017, menjadi Rp872,7 triliun.(DD)