MENGOPTIMALKAN SINERGI MENUJU KINERJA YANG BERKELANJUTAN
Kondisi Industri pupuk Nasional di tahun 2016 diwarnai oleh berbagai tantangan. Harga gas bumi masih tinggi sehingga melemahkan daya saing industri pupuk. Supply urea dunia yang sudah mencapai tingkat berlebih sehingga menurunkan harga urea. Serta kondisi pabrik yang sudah tua sehingga membutuhkan konsumsi gas yang tinggi. Hal tersebut membawa dampak signifikan bagi kegiatan operasional dan Pengembangan usaha Pupuk Indonesia sebagai Holding Company BUMN Pupuk di Indonesia. Menyikapi kondisi tersebut, Perseroan mengambil langkah-langkah untuk memperkuat fundamental kinerja melalui melalui penguatan Corporate Culture dan Corporate Image serta diiringi oleh program revitalisasi untuk meningkatkan efisiensi dan menghasilkan produk turunan yang memiliki nilai tambah tinggi.
Perseroan juga terus memperkuat sinergi dengan seluruh anak perusahaan serta mendorong langkah-langkah inovasi baik pengembangan produk baru maupun memperkuat portfolio produk eksisting Perseroan. Beberapa proyek andalan yang berhasil diimplementasikan tahun 2016, antara lain proyek Amurea II di PT Petrokimia Gresik, Proyek Pusri IIB di Palembang, proyek UBS di Bontang, serta penjajakan untuk pengembangan industri petrokimia di Bintuni. Keberhasilan eksekusi proyek-proyek tersebut menjadi bukti bahwa penguatan sinergi yang dilakukan selama tahun 2016, baik secara internal maupun dengan Anak Perusahaan, berhasil membawa Perseroan mengatasi setiap tantangan di menghadirkan prospek kinerja yang berkelanjutan di masa yang akan datang.
PERFORMANCE HIGHLIGHT
Perseroan meraih Pendapatan Usaha sebesar Rp64,2 triliun
Ditengah kondisi penurunan harga pupuk internasional terutama pada pertengahan sampai dengan akhir tahun 2016, Perseroan meraih pendapatan usaha sebesar Rp64,2 triliun atau 94,6% dari target yang telah ditetapkan sebesar Rp67.8 triliun. Secara keseluruhan Perseroan menunjukan kinerja yang cukup baik mengingat berbagai kondisi eksternal dan uncontrollable yang mempengaruhi kondisi bisnis pupuk. Pada tahun 2016, Perseroan mencatat total produksi pupuk sejumlah 10.458.617 ton, atau 96,4% dari target yang ditetapkan Pemegang Saham sebesar 10.849.000 ton. Dari penjualan untuk sektor PSO, Perseroan berhasil mencatat penjualan pupuk bersubsidi sebesar 9.181.396 ton, atau 96,14% dari target Pemegang Saham sebesar 9.550.000 ton. Untuk sektor non PSO, Perseroan mencatat total penjualan pupuk sebesar 1.540.589 ton, atau 88,59% dari target RKAP sebesar 1.941.521 ton. Hal ini disebabkan terutama oleh faktor harga yang kurang bersaing.
Penjualan ekspor di tahun 2016 mencapai 1.373.327 ton atau 115,99% dari target Pemegang Saham sebesar 1.1180.000 ton. tingginya angka penjualan ekspor didorong oleh rendahnya harga urea internasional dan masih tingginya permintaan dari konsumen di luar negeri. Meskipun demikian, berkat efisiensi yang dilakukan melalui cost reduction program, Perseroan berhasil memperoleh laba Rp3,525 triliun atau 102,5% dari target yang ditetapkan Pemegang Saham. Laba ini juga lebih tinggi jika dibandingkan laba tahun 2015 sebesar Rp3,394 triliun. Aset Perseroan juga mengalami peningkatan dari Rp91,8 triliun di tahun 2015 menjadi Rp127,096 triliun di tahun 2016 atau 124% dari target RKAP.
FINANCIAL HIGHLIGHT
Pendapatan
Pendapatan Pupuk Indonesia diperoleh dari penjualan pupuk, non pupuk serta pendapatan jasa dan perdagangan. Pendapatan Pupuk Indonesia tahun 2016 sebesar Rp64,16 triliun, menurun 3,12% dibandingkan tahun 2015 sebesar Rp66,23 triliun.
Laba Tahun Berjalan
Pada tahun 2016, realisasi Laba tahun Berjalan sebesar Rp3,53 triliun, dengan pencapaian sebesar 102,50% dari target RkAP 2016 sebesar Rp3,44 triliun. Pencapaian ini terutama disebabkan oleh adanya rugi selisih kurs yang lebih rendah dari tahun lalu akibat volatilitas kurs yang relatif lebih stabil.
Laba Komprehensif
Laba komprehensif tahun Berjalan tahun 2016 sebesar Rp33,69 triliun atau 760,86% dibandingkan dengan RKAP tahun 2016, akibat dipengaruhi oleh adanya revaluasi aset tetap tanah.
RENCANA STRATEGIS
Meskipun didera kondisi yang cukup sulit, Perseroan yakin bahwa bisnis industri pupuk masih menjanjikan prospek yang sangat baik. kami akan mempertahankan rasio kapasitas produksi urea untuk menyesuaikan dengan kebutuhan domestik dan meningkatkan kapasitas produksi NPk mengingat kebutuhan NPK dalam negeri masih cukup tinggi jika dibandingkan kapasitas yang ada saat ini. kebutuhan nasional NPK untuk pasar komersil diproyeksikan mencapai 5 juta ton per tahunnya, masih jauh di atas kapasitas saat ini sebesar 3,1 juta ton per tahun.
Kebutuhan pupuk untuk sektor pangan juga masih sangat tinggi, dimana menurut data Kementerian Pertanian, kebutuhan pupuk untuk sektor tanaman pangan total mencapai lebih dari 14 juta ton per tahun, sedangkan saat ini baru terpenuhi sekitar 9,5 juta ton per tahun. Perseroan juga akan mengembangkan bisnis ke produk turunan urea dan amoniak, seperti NPK dan amonium nitrat, dimana kebutuhan nasional saat ini masih dipenuhi melalui impor. Perseroan juga akan mengembangkan produk-produk petrokimia non pupuk seperti polyethylene, ethylene dan lain sebagainya, dimana kebutuhan domestik saat ini juga masih dipenuhi oleh produk impor.
* Galeri memuat data laporan tahunan perusahaan-perusahaan di Indonesia. Informasi, permintaan pemuatan maupun perubahan, hubungi: info@annualreport.id