LIVING THE CINTA VALUES
Proses transformasi menuju visi baru merupakan proses yang berkelanjutan, penuh tantangan dan kadangkala kurang menyenangkan. Oleh sebab itu, sangatlah penting memiliki sistem keyakinan yang benar dan nilai-nilai yang koheren untuk memberikan pondasi yang stabil serta familiar bagi sumber daya kami. Menjalani tata nilai CINTA yang merupakan kepanjangan dari Collaborative, Inovasi, Network, Trustworthy dan Assurance telah meningkatkan tingkat keterlibatan serta mempertajam fokus dalam mencapai visi menjadi Perusahaan yang membangun ekonomi setempat (LED) pada tahun 2020.
Visi tersebut harus dibawa ke tingkat yang lebih tinggi sejalan dengan strategi yang mulai memberi hasil serta semakin jelas melalui proyek pembangkit listrik pertama di Bengkulu yang akan menjadi model percontohan visi LED. Setelah tiga tahun mengalami pendapatan negatif, kami mulai melihat pertumbuhan pendapatan pada 2016 yang dipicu oleh lini bisnis alat konstruksi, jasa pertambangan serta engineering dan infrastruktur. Kami akan melanjutkan perjalanan dalam mengembangkan ekonomi lokal di mana kami berada melalui lebih dari 40 jaringan yang tersebar di seluruh Nusantara.
Dengan lebih dari 46 tahun pengalaman, kami percaya pondasi telah ditetapkan, transformasi mulai meraih momentum dan kinerja keuangan akan segera mengikuti, namun cara CINTA yang akan membedakan kita.
PERFORMANCE HIGHLIGHT
Pencapaian Pendapatan usaha INTA Konsolidasi mencapai Rp1,51 triliun
Seluruh kegiatan transformatif di atas mendemonstrasikan aksi tata nilai CINTA: yaitu Kolaborasi, Inovasi, Jaringan, Kepercayaan dan Jaminan. INTA akan melanjutkan perjalanan ini untuk mengembangkan ekonomi lokal dimana INTA berada di lebih dari 40 jaringan di seluruh Nusantara. INTA yakin bahwa pekerjaan awal telah dimulai sejak beberapa tahun terakhir, transformasi telah berjalan dan selanjutnya kinerja keuangan akan mengikuti, namun CINTA Way yang akan membedakan INTA.
Pemulihan harga komoditas global pada kuartal terakhir 2016 khususnya pada sektor pertambangan batubara dan tambang lainnya telah mendorong penjualan alat berat kembali bergairah disertai dengan peningkatan pendapatan dari jasa pertambangan. Hal ini ditunjukkan dari pencapaian pendapatan usaha INTA konsolidasi per 31 Desember 2016 yang meningkat 13,8% mencapai Rp1,51 triliun dibanding perolehan pendapatan tahun 2015 yang sebesar Rp1,32 triliun.
Meskipun pendapatan dari Jasa Pembiayaan mengalami penurunan menjadi Rp 109,7 miliar di tahun 2016 sebagai dampak dari kondisi pertambangan nasabah pembiayaan di tahun-tahun sebelumnya, namun lini Engineering dan Infrastruktur di tahun 2016 mampu mencatatkanpeningkatan hingga lebih dari 400% ke angka Rp54,7 miliar. Hal ini berkat inovasi dan jaringan usaha yang dikembangkan lini usaha Engineering dan Infrastruktur dalam meraih kontrak-kontrak fabrikasi dari pelanggan yang bergerak di bidang infrastruktur, khususnya dari Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
Berdasarkan laporan posisi keuangan Perusahaan pada tahun 2016, aset Perusahaan adalah sebesar Rp5.191,6 miliar atau turun 10,5% dari posisi tahun sebelumnya sebesar Rp5.801,9 miliar. Penurunan total aset ini disebabkan oleh penurunan investasi neto sewa pembiayaan baik di bagian aset lancar maupun tidak lancar. Disisi lain, portofolio aset ijarah dan ijarah muntahiyah bittamlik mengalami penurunan.
FINANCIAL HIGHLIGHT
Pendapatan Usaha
Pada tahun 2016, pendapatan Grup INTA konsolidasi mengalami peningkatan sebesar 13,8% menjadi Rp1,5triliun dibandingkan tahun 2015 sebesar Rp1,3 triliun. Peningkatan ini disumbang oleh unit Alat Beratsebesar 71,1% yang diikuti oleh Jasa Pertambangan sebesar 17,98%. Peningkatan jumlah pendapatan yang signifikan tercatat pada lini usaha Engineering dan Infrastruktur yang sebesar 404,72%. Disamping itu, pembiayaan masih mengalami tantangan sejalan dengan upaya manajemen IBF dalam melakukan konsolidasi aset dan restrukturisasi hutang.
Aset
Berdasarkan laporan posisi keuangan Perusahaan pada tahun 2016, aset Perusahaan adalah sebesar Rp5.191,6 miliar atau turun 10,5% dari posisi tahun sebelumnya sebesar Rp5.801,9 miliar. Penurunan total aset ini disebabkan oleh penurunan investasi neto sewa pembiayaan baik di bagian aset lancar maupun tidak lancar. Disisi lain, portofolio aset ijarah dan ijarah muntahiyah bittamlik mengalami penurunan.
RENCANA STRATEGIS
Seiring dengan upaya mencapai visi baru, maka lini usaha Grup di tahun 2016 dibagi atas lima lini/bidang usaha, yaitu: Construction Equipment, Mining Services, Engineering & Infrastructures, Financing Services dan bidang usaha terbaru yaitu Power Generation. Diharapkan lini usaha Power Generation yang dimulai dari proyek Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) berbahan bakar batu bara berkapasitas 2x100 MW di Bengkulu akan mampu memberikan kontribusi penghasilan berulang yang signifikan dan stabil terhadap pertumbuhan Perusahaan di masa mendatang (stable recurring income).
Meskipun ke depan Perseroan akan menggiatkan lini usaha baru di bidang Engineering dan Infrastruktur serta Pembangkit Listrik sebagai strategi untuk mengurangi ketergantungan pada volatilitas harga komoditas, namun lini usaha Alat Konstruksi, Jasa Pertambangan serta Pembiayaan juga tetap difokuskan untuk tumbuh lebih stabil dan berimbang di tahun-tahun mendatang. Untuk tahun 2017, Grup INTA memprediksi peningkatan pendapatan usaha dari lini alat konstruksi, jasa pertambangan serta engineering dan infrastruktur bisa meningkat lebih dari 20% dibanding tahun 2016.
* Galeri memuat data laporan tahunan perusahaan-perusahaan di Indonesia. Informasi, permintaan pemuatan maupun perubahan, hubungi: info@annualreport.id