BANGGA MELAYANI INDONESIA
Perjalanan 45 tahun HERO Group bukanlah langkah yang mudah dicapai. Dengan semangat juang sang pendiri dan seluruh karyawan yang berperan, semua tantangan dan hambatan berhasil dilalui sehingga bisa mencapai kesuksesan HERO Group sampai saat ini. Semoga HERO Group semakin jaya sebagai pelopor ritel modern Indonesia.
PERFORMANCE HIGHLIGHT
Penjualan Perseroan pada 2016 tercatat sebesar Rp13,68 triliun
Penjualan pada 2016 tercatat sebesar Rp13,68 triliun, turun 5% dari tahun sebelumnya. Laba bersih dari kegiatan operasi berjalan mencapai Rp152 miliar dibandingkan rugi bersih pada 2015 yang tercatat sebesar Rp82 miliar. Bisnis Makanan mengalami penurunan penjualan sebesar 7% menjadi Rp11,69 triliun seiring dengan maraknya pertumbuhan toko-toko berskala kecil yang memberikan tantangan tersendiri bagi supermarket dan hypermarket. Setelah mengalami kerugian pada tahun sebelumnya, laba bisnis Makanan meningkat Rp91 miliar seiring dengan langkah Perseroan dalam meningkatkan strategi promosi dan fokus terhadap manajemen biaya.
Meskipun terdapat dampak penutupan beberapa toko Guardian, penjualan Bisnis Non-Makanan naik sebesar 15%, yaitu sebesar Rp1,97 triliun, mengikuti pertumbuhan penjualan like-for-like yang mencapai dua digit pada bisnis Perabotan Rumah Tangga serta Kesehatan dan Kecantikan. Perolehan laba tahun ini yang mencapai Rp176 miliar meningkat secara signifikan dibandingkan dengan tahun sebelumnya karena marjin laba kotor yang lebih tinggi dan dampak positif dari penutupan toko-toko yang kurang potensial. Meningkatnya laba, didukung dengan belanja modal yang lebih selektif, hal ini berhasil meningkatkan posisi kas bersih sebesar Rp183 miliar di akhir tahun dibandingkan dengan Rp47 miliar pada 2015.
Hingga 31 Desember 2016, Perseroan mengoperasikan 448 toko yang terdiri dari 55 Giant Ekstra, 147 Giant Ekspres dan Hero Supermarket, 245 Guardian dan 1 IKEA. Penurunan bersih dari 162 toko selama tahun berjalan terutama disebabkan oleh program rasionalisasi Guardian dan divestasi pada bisnis Starmart.
FINANCIAL HIGHLIGHT
Aset
Hingga akhir tahun 2016, total aset tercatat turun sebesar 4,01% menjadi Rp7,49 triliun dari Rp7,80 triliun pada akhir tahun 2015. Penurunan jumlah aset terutama menunjukkan berkurangnya persediaan dari Rp2,05 triliun pada 2015 menjadi Rp1,96 triliun pada 2016 serta uang muka yang turun dari total Rp146,67 miliar pada 2015 menjadi Rp48,95 miliar pada 2016, yang keduanya dilakukan untuk memastikan agar modal kerja tetap terjaga. Sementara itu, laba yang tercatat pada 2016, yang disertai dengan belanja modal yang selektif, berhasil meningkatkan posisi kas bersih Perseroan dari Rp47,31 miliar pada 2015 menjadi Rp183,19 miliar pada 2016.
Liabilities
Jumlah liabilitas Perseroan juga turun pada 2016, yaitu sebesar 21,51% secara year-on-year dari akhir tahun 2015. Penurunan yang signifikan ini terutama disebabkan oleh berkurangnya utang pihak ketiga yang diiringi dengan penurunan pendapatan yang dihasilkan Perseroan. Pada 2016, Perseroan berhasil melunasi seluruh pinjaman bank yang dilakukan dari 2015 senilai Rp100 miliar.
Ekuitas
Laba ditahan meningkat sebesar Rp242,60 miliar dari laba bersih tahun berjalan. Jumlah liabilitas dan ekuitas Perseroan sejak Desember 2016 mencapai Rp7,49 triliun, yang menurun sebesar 4,01% dari 2015.
RENCANA STRATEGIS
Kondisi bisnis ritel yang kompetitif diperkirakan akan terus memberikan tantangan bagi Bisnis Makanan. Menyikapi hal tersebut, beberapa langkah ditempuh untuk meningkatkan proposisi nilai bagi konsumen dengan memberikan tawaran produk segar yang lebih baik, memperbaiki strategi harga, serta meningkatkan efisiensi rantai pasokan. Sementara Bisnis Non-Makanan akan terus memiliki kinerja yang baik di pasar dengan prospek yang positif.
Program rasionalisasi toko yang telah dilaksanakan pada 2016 berdampak positif pada profitabilitas Perseroan. Didukung dengan upaya terus-menerus dalam mengimbangi beban dengan laba/rugi yang didapat Perseroan, HERO Group telah kembali mencapai profitabilitasnya. Namun demikian, kondisi bisnis ritel diperkirakan akan terus menantang, khsuusnya pada bisnis Makanan. Sementara itu, Bisnis Non-Makanan akan kembali diuntungkan dengan pertumbuhan masyarakat dengan pendapatan kelas menengah.
Indonesia masih menjadi negara yang menarik bagi tumbuhnya bisnis ritel meskipun kondisi ekonomi saat ini masih kurang kondusif, seperti lesunya pertumbuhan PDB, tingkat inflasi yang rendah, serta perubahan pola belanja konsumen. Oleh karena itu, bisnis Makanan menempuh cara untuk kembali meningkatkan proposisi nilai bagi konsumen dengan menyediakan pilihan produk segar serta meningkatkan strategi harga dan efisiensi rantai pasokan. Untuk meneruskan kinerja positif tersebut, segmen Kesehatan dan Kecantikan akan terus meningkatkan pilihan produknya dan mengembangkan produk farmasi, sementara IKEA akan fokus dalam membuka toko keduanya.
* Galeri memuat data laporan tahunan perusahaan-perusahaan di Indonesia. Informasi, permintaan pemuatan maupun perubahan, hubungi: info@annualreport.id