Korporasi Sepekan: Di 2018, BRI Life, BNI Syariah dan MTF Berhasil Bukukan Laba di atas Rp400 Miliar

ilustrasi
Paparan kinerja Bank BNI Syariah tahun buku 2018 | Dok. Bank BNI Syariah

Masuk minggu kedua bulan Februari, beberapa anak usaha Badan Usaha Milik Negara (BUMN) berhasil mencatatkan kinerja positif untuk tahun buku 2018 dengan membukukan laba yang naik dibanding tahun sebelumnya. Anak usaha BUMN yang terdiri dari sektor perbankan syariah, asuransi dan pembiayaan, ini pun optimis akan mampu mencatatkan pertumbuhan di tahun 2019 seperti yang ditorehkan di 2018 lalu.

Sementara salah satu bank BUMN mengklaim berhasil membukukan pertumbuhan aset di tahun 2018 lalu. Adapun BUMN yang bergerak di bidang asuransi tabungan hari tua, berhasil mencetak laba di tahun 2018, meski mengalami penurunan dibanding tahun sebelumnya.

PT Asuransi BRI Life: Tumbuh 84%, BRI Life Bukukan Laba Rp600 Miliar

BRI Life membukukan pertumbuhan yang menunjukkan pencapaian signifikan di sepanjang tahun 2018 yang lalu, menyusul pengembangan bisnis bancassurance dan peningkatan pelayanan pada para nasabah usaha mikro Perusahaan.

Dengan terus memperbaiki infrastruktur bisnis yang dirancang terintegrasi dengan induk perusahaan, pertumbuhan Gross Return Premium Asuransi BRI Life tahun 2018 berhasil mencapai Rp4,2 triliun atau tumbuh sebesar 12% dibandingkan tahun sebelumnya.

Pertumbuhan tersebut juga telah menghasilkan kontribusi Fee Based Income (FBI) sebesar lebih dari Rp300 miliar atau tumbuh 77% dari tahun 2017 serta laba yang mencapai angka tak kurang dari Rp600 miliar atau tumbuh sebesar 84% dari tahun 2017.

PT Bank Negara Indonesia Syariah: Naik 35,67%, BNI Syariah Bukukan Laba Bersih Rp416,08 Miliar

BNI Syariah mencatatkan pertumbuhan yang positif atas kinerja tahun 2018, dengan membukukan laba bersih Rp416,08 miliar atau naik 35,67% dibanding  tahun 2017.

Per Desember 2018, Aset BNI Syariah mencapai Rp41,05 triliun atau tumbuh sebesar 17,88% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Dari sisi bisnis khususnya penghimpunan dana, Dana Pihak Ketiga (DPK) BNI Syariah mencapai Rp35,50 triliun atau tumbuh 20,82% dengan jumlah nasabah mencapai lebih dari 3 juta.

Komposisi DPK tersebut didominasi oleh dana murah (Giro dan Tabungan) yang mencapai 55,82%. Komposisi dana murah ini juga meningkat jika dibanding tahun sebelumnya (51,60%). Dari sisi penyaluran dana, BNI Syariah telah menyalurkan pembiayaan sebesar Rp28,30 triliun atau naik 19,93%.

PT Mandiri Tunas Finance: Meningkat 15,2%, Mandiri Tunas Finance Membukukan Laba Bersih Rp403,3 Miliar

Mandiri Tunas Finance (MTF) berhasil membukukan laba bersih sepanjang 2018 sebesar Rp403,3 miliar atau tumbuh15,2% dibanding periode sama 2017 yang tercatat senilai Rp335,1 miliar. Sementara dari sisi aset, tercatat tumbuh 18,6% dibandingkan periode yang sama tahun 2017 yakni mencapai Rp17,5 triliun dari tahun sebelumnya Rp14,7 triliun.

Sepanjang tahun 2018, MTF telah menyalurkan pembiayaan baru sebesar Rp26,9 triliun atau naik 21,6% dibandingkan tahun 2017 sebesar Rp22,2 triliun. Dari total pembiayaan tahun lalu, sebesar 73,2% disalurkan untuk segmen ritel, 23,7% untuk segmen korporasi, dan sisanya 3,6% pembiayaan segmen multiguna dan lain-lain.

Pertumbuhan pembiayaan pada 2018 didorong peningkatan penyaluran pembiayaan di Kalimantan sebesar 35,3% tahun ke tahun (year on year/yoy), pertumbuhan pembiayaan di segmen korporasi 67,3%, serta pertumbuhan pembiayaan segmen multiguna sebesar 214,8% menjadi Rp900 miliar.

PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk: Naik 17%, BTN Bukukan Pertumbuhan Aset Menjadi Rp300 Triliun

Bank BTN (BBTN) mencatatkan pertumbuhan aset sebesar 17% menjadi Rp300 triliun di sepanjang 2018 dibandingkan pencapaian tahun 2017 lalu yang tercatat sebesar Rp261,5 triliun.

Realisasi tersebut ditopang terutama oleh penyaluran kredit yang didominasi oleh kredit pemilikan rumah (KPR). Peningkatan aset dan kucuran kredit BTN banyak di dorong oleh Program Sejuta Rumah yang diinisasi oleh Pemerintah pada tahun 2015, dimana program memacu Bank BTN untuk melakukan inovasi produk KPR dan skema kredit yang memudahkan masyarakat berpenghasilan rendah hingga milenial untuk memiliki rumah.

BTN tercatat menguasai pangsa pasar KPR subsidi di Indonesia lebih dari 94% (data per Juni 2018). Sementara untuk KPR secara nasional BTN menguasai sekitar 37% (data per Maret 2018). Sejak pertama berdiri di 1950, BTN telah merealisasikan kredit sekitar Rp523 triliun, realisasi tersebut didominasi oleh KPR. Kredit dan pembiayaan tersebut mengalir kepada lebih dari 4,5 juta keluarga di Indonesia.

PT TASPEN (Persero): Ditopang Pendapatan Premi, TASPEN Catatkan Raihan Laba Rp271,55 MiIiar

TASPEN atau Dana Tabungan dan Asuransi Pegawai Negeri, berhasil membukukan laba sebesar Rp271,55 miIiar yang ditopang oleh pendapatan premi sebesar Rp8,09 triliun. Pendapatan premi ini tercatat naik sebesar 3,55% dari tahun 2017. Sementara hasil investasi tercatat sebesar Rp7,65 triliun atau naik sebesar 1,25% yang merefleksikan tingkat yield 8,7%.

TASPEN berhasil membukukan aset sebesar Rp231,87 triliun atau tumbuh sebesar 0,65% dibanding tahun 2017. Dengan pertumbuhan ini, maka aset tumbuh secara konsisten rata-rata 9,68% selama 5 tahun terakhir. Pertumbuhan aset sebesar 0,65% tersebut ditopang oleh naiknya aset investasi sebesar 3,71% menjadi sebesar Rp216,76 triliun.

Namun, jika dilihat dari raihan laba Rp271,55 miliar tahun 2018,  Perseroan mencatatkan penurunan laba yang signifikan. Laba tahun berjalan TASPEN turun hingga 62,37% dibanding laba tahun 2017 yang tercatat sebesar Rp721,73 miliar.

PT Bank Pembangunan Daerah DKI Jakarta: Bank DKI Catat Pertumbuhan Kredit 27% di 2018

Bank DKI menorehkan kinerja cemerlang di sepanjang tahun 2018, dengan pertumbuhan kredit yang mencapai 27%. Pertumbuhan ini ditopang oleh ekspansi kredit multiguna, infrastruktur, serta kredit produktif kepada para pelaku usaha usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).

Pertumbuhan tersebut banyak ditopang oleh kredit kepada pegawai BUMD Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Meski laporan keuangan audited belum resmi keluar, tapi secara umum, seluruh segmen kredit Bank DKI tumbuh signifikan. Di segmen korporat, misalnya penyaluran kredit Bank DKI terdongkrak dari aktifnya bank yang sahamnya digenggam oleh Pemprov DKI Jakarta ini untuk masuk kredit sindikasi infrastruktur.

Hingga November 2018, portofolio sindikasi Bank DKI telah mencapai Rp8,61 triliun. Dimana sektor infrastruktur, transportasi, dan kelistrikan mendominasi penyaluran dengan nilai Rp6,14 triliun.

PT Surveyor Indonesia (Persero): Surveyor Indonesia Bidik Laba Bersih Rp150 Miliar

Surveyor Indonesia (PTSI) diharapkan para pemegang saham berhasil membukukan laba bersih Rp150 miliar. Dengan adanya sinergi BUMN, Perseroan optimis dapat memberikan kontribusi nyata dalam menjalani tugas BUMN sebagai penyelenggara perekonomian nasional untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat secara optimal.

Sinergi merupakan langkah positif bagi PTSI dalam memenuhi target tahun 2019, yang mana PTSI ditargetkan dapat membukukan laba bersih sebesar Rp150 miliar, naik 11,5% dari target RKAP 2018. Tidak hanya dari segi revenue, ekspansi pasar PTSI pun diharapkan akan meluas dengan kerjasama ini.

Menghadapi iklim bisnis yang senantiasa berubah, salah satu langkah yang bisa ditempuh agar Perseroan bisa survive adalah dengan menjalin kemitraan strategis dan tetap mengedepankan praktik operational excellence dalam menjalankan bisnis.

PT Adhi Karya (Persero) Tbk: Naik 25%, ADHI Karya Optimis Laba Bersih Capai Rp670 Miliar di 2018

Adhi Karya (ADHI) mengestimasi laba bersih Perseroan sepanjang tahun 2018 tumbuh 25% dibandingkan dengan perolehan 2017. Atas dasar angka estimasi pertumbuhan tersebut, perolehan laba Perseroan diperkirakan mencapai Rp670 miliar.

Nilai tersebut merupakan estimasi dari hasil laporan keuangan belum di audit Perseroan. Laba tersebut didapat dari nilai kontrak baru yang berhasil dikantongi Perseroan senilai Rp24 triliun.

Berdasarkan laporan keuangan unaudited kontrak baru di tahun lalu senilai Rp24 triliun, penjualan Rp18 triliun dan laba Rp670 miliar. Lumayan dibanding 2017, laba naik 25%.

PT Indonesia Kendaraan Terminal Tbk: Indonesia Kendaraan Terminal Bidik Pertumbuhan Laba Bersih 30%

Indonesia Kendaraan Terminal (IPCC) menargetkan laba bersih untuk tahun ini, bisa mengalami pertumbuhan di atas 30% dan pendapatan 25%. Faktor pendorongnya adalah adanya aturan baru ekspor yang dikeluarkan oleh Pemerintah.

Dimana aturan ini akan berdampak pada penyederhanaan sistem pengiriman barang untuk tujuan ekspor sehingga tingkat utilisasi gudang perusahaan menjadi lebih tinggi, dari 12 ribu Kendaraan menjadi 20 kendaraan.

Perseroan akan meningkatkan kapasitas gudang yang dimilikinya hingga 10 hektare (ha) di tahun ini, untuk mengantisipasi lonjakan ekspor kendaraan dari empat eksportir kendaraan di Indonesia. Menurutnya, eksportir kendaraan roda empat ini bakal meningkatkan penjualannya ke wilayah Asean yang dinilai akan menguntungkan Perseroan.

PT Kimia Farma (Persero) Tbk: Kimia Farma Bakal Ambil Alih 56,77% Saham RNI di Phapros

Kimia Farma (KAEF) bakal mengakuisisi seluruh saham PT Phapros Tbk (PEHA) yang dimiliki oleh PT Rajawali Nusantara Indonesia (Persero) atau RNI. Pengambilalihan ini dilakukan atas sebanyak 56,77% saham PEHA yang saat ini dimiliki RNI yang otomatis membuat Kimia Farma menjadi pemegang saham pengendali di Phapros.

Mengacu data prospektus, kepemilikan 56,77% saham RNI di Phapros per 19 Desember setara dengan 476.901.860 saham. Dengan asumsi harga rerata harian PEHA saat ini di level Rp 2.169/ saham, maka nilai kepemilikan RNI tersebut mencapai Rp1,03 triliun. Adapun saham publik di Phapros sebanyak 287,38 juta saham.

Kimia Farma dan RNI telah menantangani perjanjian jual beli saham bersyarat (conditional sales and purchase agreement) pada 13 Februari 2019. Tujuan pembelian seluruh saham ini adalah untuk meningkatkan pangsa pasar farmasi Kimia Farma menjadi 6% dan memperkaya portofolio produksi obat yang saat ini belum dimiliki oleh Phapros.(DD)