Dinamika Kinerja Korporasi Indonesia 2017

Ilustrasi
Ilustrasi | freepik.com

Tahun 2017 menjadi tahun yang penuh dinamika bagi dunia usaha Indonesia. Ada yang tumbuh, ada yang layu. Namun, seiring laju pertumbuhan perekonomian Indonesia yang membaik, kinerja korporasi Indonesia secara umum mencatatkan peningkatan yang signifikan.

Berdasarkan catatan Bursa Efek Indonesia (BEI), hingga kuartal III 2017, dari 517 emiten yang telah melaporkan laporan keuangannya mengalami kenaikan laba bersih total sebesar Rp253,51 triliun atau naik 19,48% dibandingkan total laba bersih para emiten tersebut di periode yang saham 2016 sebesar Rp212,18 triliun.

Menurut Direktur Utama BEI Tito Sulistio,  sebagaimana dilansir detik.com pada 28 Desember 2017 lalu, pertumbuhan tersebut merupakan pertumbuhan yang paling besar bahkan terbesar di ASEAN.

Sementara itu, perusahaan yang meraup laba terbesar di sepanjang Semester I 2017 adalah, pertama, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dengan laba terbesar hingga Rp13,4 triliun. Kedua, PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) yang memperoleh laba Rp12,1 triliun, atau naik 23% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp9,8 triliun.

Ketiga, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) yang mengantongi laba Rp10,5 triliun, keempat PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) mengantongi Rp9,46 tiliun, dan terakhir PT Astra Internasional Tbk (ASII) yang mengantongi laba Rp9,3 triliun.

Dari mayoritas emiten yang sudah melaporkan kinerja keuangannya di semester I-2017 tersebut, emiten BUMN merajai pertumbuhan laba bersih tertinggi di BEI. Di antaranya adalah PT Waskita Karya Tbk (WSKT) yang sukses mendulang pertumbuhan laba bersih 118,70%. Lalu laba bersih PT Adhi Karya Tbk (ADHI) tumbuh 136,40%.

Namun begitu, Menteri BUMN Rini Soemarno memperkirakan ada sekitar 13 perusahaan milik negara yang masih akan mengalami kerugian pada akhir tahun 2017 ini. Kerugian tersebut mencapai sekitar Rp4 triliun,

Di antara perusahaan BUMN yang rugi tersebut adalah PT Dirgantara Indonesia (Persero), PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk, PT Krakatau Steel (Persero) Tbk, PT Kertas Leces (Persero), dan PT Merpati Nusantara Airlines (Persero).

Garuda Indonesia dan Krakatau Steel merupakan perusahaan dengan kerugian terbesar, masing-masing di atas Rp1 triliun.

Kementerian BUMN mengungkapkan, sepanjang 2017 total aset BUMN mencapai Rp7.035 triliun, ekuitas BUMN 2017 sebesar Rp2.391 triliun, laba mencapai Rp172 triliun, pendapatan Rp2.116 triliun, serta kontribusi market cap dari 20 BUMN di BEI mencapai 26,24% atau sekitar Rp1.643 triliun (per 13 Oktober 2017).

Jumlah setoran BUMN ke negara pun diproyeksikan mencapai Rp341 triliun sepanjang 2017, yang terdiri dari setoran pajak, setoran dividen dan setoran nonpajak-dividen.

Sementara itu, perekonomian Indonesia di sepanjang 2017 pun melaju lebih baik dibanding tahun sebelumnya. Hal ini terlihat dari beberapa indikator ekonomi yang mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Indikator pertama bisa dilihat dari pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III 2017 yang mencapai 5,06%. Angka tersebut lebih tinggi dibanding pertumbuhan ekonomi pada kuartal I II 2017 yang hanya 5,01%.

Kedua, investasi yang berkontribusi 23.95% pada Q1, 23.49% pada Q2, dan 23.76% pada Q3 2017. Laju pertumbuhan konsumsi rumah tangga ditopang oleh empat sektor utama yaitu makanan dan minuman, kesehatan dan pendidikan, transportasi dan komunikasi, dan restoran dan hotel.

Selain itu, realisasi belanja pemerintah juga mengalami peningkatan pada Q3 2017 sebesar Rp2.133 triliun di tahun ini, dari Q3 tahun sebelumnya sebesar Rp2.082,9 triliun yang disebabkan oleh peningkatan belanja pegawai dan belanja modal.

Selanjutnya dari sisi ekspor, tercatat USD43,38 miliar Q3 2017 atau tumbuh 10,44% dibanding tahun sebelumnya. Hal tersebut disebabkan oleh membaiknya ekonomi di negara-negara mitra dagang utama Indonesia seperti Cina yang menguat dari 6,3% di Q3 2016 menjadi 6,8% pada Q3 2017, Singapura dari 1,2% di Q3 2016 menjadi 4,6% di Q3 2017.

Alhasil, secara kumulatif, pertumbuhan ekonomi Q1-Q3 2017 mencapai 5,03%. Secara kuartal ke kuartal (Q to Q), pertumbuhan ekonomi Indonesia tumbuh 3,18%.

Berikut ulasan Annualreport.id mengenai pertumbuhan ekonomi nasional tahun ini yang dirangkum dalam kaleidoskop ekonomi Indonesia sepanjang tahun 2017.