Hindra Tanujaya, Direktur Keuangan ASSA Rent: Invisible Asset Itu Bernama GCG

Hindra Tanujaya, Direktur Keuangan PT Adi Sarana Armada Tbk.
Hindra Tanujaya, Direktur Keuangan PT Adi Sarana Armada Tbk. | Indra Gunawan/Annualreport.id

PT Adi Sarana Armada Tbk adalah salah satu perusahaan layanan transportasi di Indonesia yang menyediakan jasa penyewaan kendaraan untuk korporasi, logistik, layanan juru mudi, serta penjualan mobil bekas.

Pada tahun 2012, perusahaan yang berdiri sejak tahun 2003 ini mencatatkan sahamnya sebagai perusahaan terbuka di Bursa Efek Indonesia. Sejak itu, kinerja salah satu perusahaan dari Triputra Group ini selalu positif. Laba bersih setiap tahunnya tumbuh lebih dari 20 persen. Meski sedang menghadapi perekonomian nasional maupun global yang masih tidak menentu ini, ASSA Rent mampu bertahan dan terus tumbuh.

Direktur Keuangan ASSA Rent Hindra Tanujaya mengatakan, kinerja baik tersebut salah satunya dikarenakan Perseroan menerapkan prinsip tata kelola perusahaan yang baik atau good corporate governance (GCG).

Karena itu, boleh dikatakan ASSA Rent menjadi salah satu contoh terbaik perusahaan yang mengimplementasikan gcg dengan konsisten, tidak hanya di atas kertas.

Berikut ini kami petikkan penggalan wawancara kami dengan Hindra Tanujaya di Kantor Pusat ASSA Rent, Graha Kirana, 18 Oktober 2016, tentang bagaimana ASSA Rent menerapkan GCG serta dampak positif terhadap kinerja Perusahaan.

Mengenai Tata kelola perusahaan, bagaimana pandangan ASSA Rent tentang diwajibkannya tata kelola perusahaan bagi perusahaan terbuka, termasuk ASSA Rent?

ASSA Rent tidak mengalami hambatan yang berarti dalam mengimplementasikan GCG. Sebab, kami mempunyai pandangan bahwa penerapan GCG dengan baik akan menjadi suatu value bagi Perusahaan kami.

GCG menjadi semacam invisible asset bagi ASSA Rent, atau aset yang tidak berwujud, namun terlihat dan akan dinilai oleh para stakeholder kita.

Jadi, prinsipnya, sebagai perusahaan publik tentu sahamnya dimiliki banyak pemegang saham. Nah, bagaimana kita bisa memberikan akses informasi ke seluruh pemegang saham kita, sehingga mereka yakin dengan membeli saham ASSA Rent, maka saham mereka akan dikelola dengan jelas dan dipertanggungjawabkan dengan baik. Dengan begitu, value Perusahaan ini akan naik.

Dalam menerapkan GCG, secara teknis tentu ada masalah. Tapi visi kita adalah bahwa GCG itu merupakan invisible asset. Tidak tercatat, tidak tertulis, tapi publik akan melihat dan menghargai itu.

Sejak kapan GCG diimplementasikan ASSA Rent?

Kebetulan managemen baru masuk itu masuk tahun 2007. Dari situ kita berkomitmen dalam lima tahun ke depan, kita mau go publik, atau IPO. Lima tahun kemudian kita benar-benar melakukan IPO, tepatnya pada 2012. Ini sesuai dengan komitmen kita dulu. Tujuan IPO ini bagi kami, kurang lebih ada dua tujuan.

Pertama, supaya banyak yang mengawasi. Pada saat IPO, kita harus memenuhi syarat-syarat supaya publik mengetahui kinerja Perusahaan. Nah, sejak itu kita persiapkan penerapan GCG tersebut, yang salah satu prinsipnya adalah transparansi. 

Dengan dikelola secara transparan, membuat kinerja Perusahaan semakin lebih baik karena banyak yang mengawasi.Kedua, di perusahaan penyewaan kendaraan ini kapital atau modalnya besar sekali. Salah satunya supaya kita mendapat modal dari pasar modal.

Bagaimana dampaknya setelah perusahaan mengimplementasikan GCG?

Dampak positif penerapan GCG tidak hanya dirasakan oleh Perusahaan, tapi juga para pelanggan, terutama pelanggan yang konsern terhadap masalah transparansi tersebut. Mereka menjadi lebih percaya kepada ASSA Rent. Bahkan ada beberapa customer besar, mereka memilih kita sebagai vendor mereka karena kita transparan mengelola Perusahaan ini.

Dengan IPO dan penerapan GCG ini laba perusahaan setiap tahunnya tidak kurang dari 20 persen.