PT Bank Permata Tbk akhirnya berhasil membukukan laba bersih setelah pajak sebesar Rp748 miliar di sepanjang 2017. Sebelumnya, bank yang berada di bawah grup Astra ini mencatatkan rugi untuk tahun buku 2016.
Laba bersih di 2017 ditopang oleh membaiknya kualitas aset, pertumbuhan kredit yang baik di semester kedua 2017, pemulihan kredit bermasalah dan pengelolaan biaya secara disiplin.
“Tahun 2017 merupakan tahun konsolidasi bagi Bank dengan memperkuat kerangka manajemen risiko, meningkatkan efisiensi operasional, meningkatkan jumlah nasabah dan terus berinvestasi pada produk dan layanan baru,” kata Direktur Utama Bank Permata Ridha DM Wirakusumah, dalam keterangannya yang dilansir Tribunnews.com, Kamis (22/2/2018).
Menurutnya, selama 2017 penyaluran kredit lebih rendah dibandingkan di 2016 karena pihaknya fokus memperbaiki kualitas aset dan penjualan NPL di semester pertama. Pertumbuhan kredit turun 7% secara year on year. Di kuartal IV tahun 2017 kredit tumbuh 5% dari Rp92,8 triliun pada bulan September 2017 menjadi Rp97,6 triliun pada Desember 2017.
Sementara dari aspek struktur pendanaan, rasio CASA tercatat lebih tinggi, yaitu 52% dibandingkan dengan tahun sebelumnya sebesar 47%. Rasio Common Equity Tier 1 (CET-1) dan Capital Adequacy Ratio (CAR) masing-masing sebesar 15,2% dan 18,1%, dibanding 11,8% dan 15,6% pada periode yang sama tahun lalu, tercatat jauh lebih tinggi dari yang ditetapkan regulator.
“Pencapaian kami di tahun 2017 merupakan hasil kerja keras dan kontribusi dari para karyawannya yang berdedikasi. Karena itu, kami harus terus berupaya membuat PermataBank menjadi bank yang dapat memberikan layanan keuangan menyeluruh secara sederhana, cepat, dan dapat diandalkan,” tandas Ridha, seperti dikutip Antaranews.com, Kamis (22/2/2018).
Adapun rasio NPL gross dan net masing-masing adalah 4,6% dan 1,7% per 31 Desember 2017 dibandingkan dengan 8,8% dan 2,2% pada Desember 2016.(DD)