Terminal 3 Bandara Soekarno Hatta resmi beroperasi beberapa waktu lalu. Dalam pengembangan dan pembangunan Terminal 3 ini, baik pihak PT Angkasa Pura II (Persero) atau AP II , Pemerintah Indonesia, bahkan rakyat Indonesia, menggantungkan sebuah asa, harapan, agar Bandara ini mampu mengangkat citra Indonesia di mata dunia. Terminal 3 adalah pintu gerbang Nusantara. Menyangkut harga diri dan persepsi dunia terhadap kepribadian dan kejayaan bangsa. This is The Future Gateway of Indonesia!
Sebenarnya, program pengembangan Bandara Soekarno Hatta secara resmi dilakukan pada 2 Agustus 2012. Sebagai tanda dimulainya pekerjaan fisik pembangunan Terminal 3, Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono pun melakukan peletakkan batu batu pertama alias ground breaking.
Direktur Utama PT Angkasa Pura II (Persero) yang dijabat oleh Tri S. Sunoko ketika itu, menjelaskan, pengembangan Bandara Soekarno Hatta merupakan jawaban dari isu keterbatasan kapasitas yang terjadi. Hingga akhir 2011, menurut Tri S. Sunoko, daya tampung Bandara Soekarno Hatta sebesar 22 juta pergerakan penumpang per tahun, namun pergerakan penumpang yang terjadi lebih dari itu, yakni 51,5 juta pergerakan penumpang. Besarnya angka tersebut menempatkan Bandara Soekarno Hatta sebagai salah satu Bandara tersibuk di dunia versi Airport Council International (ACI).
Bagi AP II, prosesi ground breaking tersebut menjadi momentum yang sangat penting karena rencana pengembangan terhadap Bandara Soekarno Hatta menjadi bandara internasional berkelas dunia yang dibanggakan tidak hanya menjadi cita-cita AP II. Akan tetapi menjadi harapan semua masyarakat dan bangsa Indonesia.
Dengan pengembangan tersebut, pihak AP II berharap Bandara Soekarno Hatta dapat memberikan kontribusi signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi nasional sesuai Masterplan Percepatan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI). Untuk mempercepat proses pembangunan hingga mencapai kapasitas maksimal bandara sebesar 62 juta pergerakan penumpang per tahun, AP II menerapkan pola design and bulid atau rancang dan bangun.
Grand design atau rencana induk baru Bandara Soekarno Hatta itu sendiri telah mendapatkan persetujuan pemerintah pada tanggal 24 Oktober 2010. Pada saat itu, Wakil Presiden Boediono mengatakan, bahwa program revitalisasi Bandara Soekarno Hatta ditetapkan sebagai prioritas nasional yang harus didukung oleh semua pihak. Berbekal persetujuan tersebut, sebagai upaya tindak lanjut, AP II langsung membuat desain teknis rinci atau detail engineering design (DED).
Semenjak turunnya persetujuan tersebut, pihak AP II bekerja secara marathon sambil terus mengupayakan untuk mempertahankan kualitas pelayanan di Bandara Soekarno Hatta. Hingga akhirnya, ground breaking dilaksanakan tepat pada 2 Agustus 2012.
Pada tahap awal ini, AP II memulai pembangunan ini dengan meningkatkan kapasitas Terminal 3 dari 4 juta penumpang menjadi 25 juta penumpang. Bila Terminal 3 sudah rampung 100 persen dan sudah beroperasi sepenuhnya, akan disusul revitalisasi Terminal 1 dan Terminal 2. Terminal 1 yang saat ini berkapasitas sembilan juta pergerakan per tahun, akan dikembangkan hingga 18 juta pergerakan per tahun. Sedangkan kapasitas Terminal 2 akan dikembangkan dari sembilan juta pergerakan menjadi 19 juta pergerakan per tahun.
Sementara pengembangan Terminal 3 dilakukan terlebih dahulu dengan maksud agar operasional penerbangan yang sudah ada tidak terganggu. Di kemudian hari nanti, sebelum T1 dan T2 dikembangkan, seluruh kegiatan operasionalnya akan dialihkan ke Terminal 3. Menurut Tri S. Sunoko, Angkasa Pura II dalam mengembangkan Bandara Soekarno Hatta, akan selalu mempertahankan nilai-nilai arsitektur landscape airside dan landside yang ramah lingkungan, eco green, dan harus selalu menyematkan unsur-unsur etnik tradisional Indonesia.
Citarasa tradisional Indonesia menjadi perhatian utama. Sedangkan sistem dan konsep pelayanan kepada para pengguna jasa bandara harus moderen sesuai dengan standar bandara berkelas dunia. AP II kemudian memperkuat nuansa’green airport’ pada bandara ini. “Karena itu, AP II ketika itu menyebut Bandara tersebut dengan nama The Future Gateway of Indonesia, Gerbang Masa Depan Indonesia,” kata Tri S Sunoko yang mengakhir masa jabatannya pada tahun 2015 dan digantikan oleh Budi Karya yang sebelumnya menjabat Dirut PT Jakpro.
Pengerjaan proyek pembangunan Terminal 3 ini dilakukan oleh konsorsium yang diberi nama Kawahape Jaya, sebagai pemenang proyek Terminal 3 senilai Rp4,7 triliun. Konsorsium ini terdiri dari 10 perusahaan di bidang konstruksi dan desain. Yakni PT Wijaya Karya yang bertindak sebagai penjaga gawang, perusahaan lainnya, diantaranya, adalah PT Waskita Karya (Persero) Tbk., PT Hyundai Engineering Co. LTD., PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk., PT Jaya Teknik Indonesia, dan PT Indulexco, PT GMDI, dan PT Atelier.(MMY)