Laba bersih yang melonjak di masing-masing bank juga turut didukung dari dijaganya margin bunga bersih atau net interest margin (NIM). Hanya saja, nilai NIM bank saat ini akan menurun seiring dengan dipangkasnya BI rate menjadi 4,25%.
NIM adalah selisih antara bunga pendapatan yang dihasilkan oleh bank dengan nilai bunga yang dibayarkan kepada pemberi pinjaman mereka. Semakin besar NIM, semakin besar juga pendapatan yang diraup bank.
Rata-rata nilai NIM dari seluruh emiten bank BUMN mencapai 6,02%. BMRI menjadi bank dengan NIM tertinggi yakni sebesar 8,13%. Sedangkan NIM terkecil diperoleh BBTN yakni sebesar 4,49%. Selain NIM, kinerja kredit bermasalah atau Non Performing Loan (NPL) di keempat bank BUMN ini tercatat masih aman, sehingga Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) kredit yang disiapkan bank juga normal.
CKPN adalah dana yang wajib disisihkan bank untuk menghadapi terjadinya risiko kerugian akibat penyaluran kredit. Dengan kata lain, semakin tinggi NPL, maka semakin tinggi pula dana CKPN. Adapun, dana CKPN dapat menggerus pendapatan.
BBRI menjadi bank BUMN dengan NPL paling rendah yakni 2,23%. Sedangkan, NPL tertinggi dialami BMRI yakni sebesar 3,74%. Adapun, BBNI dan BTN masing-masing mencatatkan NPL sebesar 2,78% dan 3,07%.
Kendati penyaluran kredit melambat, bank-bank BUMN rupanya tidak kehilangan akal untuk mengejar target laba bersih. Upaya mencari dana-dana murah hingga menggenjot pendapatan komisi bisa menjadi alternatif guna mendorong laba bersih.
Di samping itu, dengan realisasi laba bersih hingga kuartal III-2017 ini, target kontribusi bank terhadap penerimaan negara bukan pajak, melalui setoran dividen sebesar Rp10,9 triliun naik 3,8% dari realisasi setoran dividen tahun lalu, juga besar kemungkinan akan tercapai. (RiP)