Pembangunan Terminal 3 ini tidak main-main. PT Angkasa Pura II bekerja siang dan malam, bertahun-tahun, lalu dioperasikan (shadow operation) pada saat menjelang Lebaran. ini memang tidak main-main. Boleh dibilang ini adalah hadiah Lebaran bagi rakyat Indonesia dari BUMN-nya.
Selain itu, banyak pihak yang terlibat, mulai dari Kementerian Perhubungan, Petugas Imigrasi, Dirjen Bea Cukai, Bagian Karantina, Air-Traffic Control, airlines, otoritas bandara, keamanan, para vendor dan katering hingga pengelola parkir. Tentu ini sangat rumit.
Bahkan, Prof. Dr. Rhenald Kasali dalam blognya berpendapat bahwa Terminal 3 menjadi babak baru bagi kebandarudaraan Indonesia. Sebab, pertama, luas Terminal 3 mencapai 422.804 meter persegi. Lebih luas dibanding dengan terminal yang ada di seluruh Indonesia, bahkan di negara-negara ASEAN sekali pun.
Seperti Bandara Changi, Singapura, yang terkenal kemegahannya. Bandara ini memiliki tiga terminal, dan salah satu terminal yang paling luas adalah 380.000 meter persegi. Dengan demikian, luasnya masih di bawah Terminal 3 Soekarno Hatta. Terminal 3 ini dibuat dengan kapasitas 25 juta penumpang per tahun. Sementara Terminal 3 Bandara Changi mampu menampung 22 juta penumpang per tahun. Kehadiran Terminal 3 diharapkan mampu menambah frekuensi penerbangan internasional di Bandara Internasional Soekarno Hatta, baik direct flight maupun transit flight.
Selain itu, AP II juga berkeinginan agar Terminal 3 mampu menggeser posisi Bandara Soetta dari sekedar bandara destinasi menjadi sebuah bandara transit internasional, menyaingi popularitas Bandara Changi Singapura. Selama ini, banyak wisatawan mancanegara terutama dari Australia yang hanya melewati Indonesia begitu saja. Totalnya mencapai 13 juta penumpang per tahun, lewat begitu saja langsung ke Singapura.
PT Angkasa Pura II (Persero) merupakan perusahaan pengelola jasa kebandarudaraan dan pelayanan lalu lintas udara yang telah melakukan aktivitas pelayanan jasa penerbangan dan jasa penunjang bandara di kawasan Barat Indonesia sejak tahun 1984. Pada awal didirikan, 13 Agustus 1984, Angkasa Pura II bernama Perum Pelabuhan Udara Jakarta Cengkareng yang bertugas mengelola dan mengusahakan Pelabuhan Udara Jakarta Cengkareng (kini Bandara Internasional Soekarno-Hatta) dan Bandara Halim Perdanakusuma. Pada 19 Mei 1986, namanya berubah menjadi Perum Angkasa Pura II, dan pada 2 Januari 1993, resmi menjadi Persero sesuai Akta Notaris Muhani Salim, SH No. 3 tahun 1993 menjadi PT (Persero) Angkasa Pura II.
Saat ini, PT Angkasa Pura II mengelola dua belas (12) bandara utama di kawasan Barat Indonesia, yaitu Soekarno-Hatta (Jakarta), Halim Perdanakusuma (Jakarta), Polonia (Medan), Supadio (Pontianak), Minangkabau (Ketaping) dulunya Tabing, Sultan Mahmud Badaruddin II (Palembang), Sultan Syarif Kasim II (Pekanbaru), Husein Sastranegara (Bandung), Sultan Iskandarmuda (Banda Aceh), Raja Haji Fisabilillah (Tanjung Pinang) dulunya Kijang, Sultan Thaha (Jambi) dan Depati Amir (Pangkal Pinang) , serta melayani jasa penerbangan untuk wilayah udara (Flight Information Region/ FIR) Jakarta. (MMY)