Anomali IHSG di Tengah Surplus Neraca Perdagangan

Ilustrasi
Ilustrasi | 123rf

Kenaikan IHSG adalah gambaran harga saham yang tercatat di bursa mengalami kenaikan lebih banyak dan lebih besar daripada harga saham yang mengalami penurunan. Bagi anak usaha BUMN, hal tersebut akan berdampak positif terhadap dana yang akan diperoleh dari IPO.

Sejalan dengan kenaikan IHSG, nilai kapitalisasi pasar Bursa Efek Indonesia (BEI) juga menguat menembus level tertingginya sepanjang masa dengan ditutup di Rp6.685,25 triliun, Minggu (5/11/2017). Dengan rata-rata nilai transaksi perdagangan saham harian mengalami pertumbuhan 22,44% menjadi Rp9,54 triliun dari Rp7,79 triliun. Diikuti pertumbuhan rata-rata volume transaksi perdagangan saham harian yang tumbuh 9,06% menjadi 10,23 miliar unit saham dari 9,38 miliar unit saham.

Meski berada di zona hijau tapi pergerakan IHSG terbatas selama sesi pertama perdagangan saham Rabu, (15/11/2017). Data BEI menunjukkan, selama sesi pertama, IHSG sempat berada di level tertinggi 6.009,39 dan terendah 5.989,30. Total frekuensi perdagangan saham sekitar 181.929 kali dengan volume perdagangan saham 7,5 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp3,5 triliun.

Investor asing melakukan aksi beli Rp 41,89 miliar. Posisi dolar Amerika Serikat berada di posisi Rp 13.536.Secara sektoral, sebagian besar sektor saham sama-sama menguat dan menghijau. Sektor saham aneka industri turun 0,77%, dan catatkan penurunan terbesar. Disusul sektor saham tambang turun 0,73%.

Sementara sektor saham infrastruktur naik 0,64%, sektor saham keuangan mendaki 0,36%. Saham-saham yang menguat antara lain saham RIMO naik 12,50% ke posisi Rp 216, saham IIKP menanjak 11,50% ke posisi Rp 252 per saham, dan saham BULL melonjak 8,92% ke posisi Rp 171 per saham.

Sedangkan saham-saham melemah antara lain saham CMPP turun 24,79% ke posisi Rp 364 per saham, saham INCO tergelincir 4,13% ke posisi Rp 3.020 per saham, dan saham KMTR susut 3,36% ke posisi Rp 575 per saham.

Bursa Asia pun kompak tertekan. Indeks saham Hong Kong Hang Seng turun 0,86%, dan catatkan penurunan terbesar. Indeks saham Korea Selatan Kospi susut 0,23%, indeks saham Jepang Nikkei tergelincir 1,48%, indeks saham Shanghai susut 0,84%, indeks saham Singapura merosot 0,79% dan indeks saham Taiwan turun 0,52%.

IHSG menguat tipis ini terjadi di tengah rilis data neraca perdagangan. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan neraca perdagangan ‎Indonesia pada Oktober 2017 surplus sebesar US$ 900 juta. Sedangkan secara kumulatif sepanjang Januari-Oktober 2017 mencetak surplus US$ 11,78 miliar.

Selanjutnya, ada delapan sektor menjadi amunisi bagi kenaikan indeks. Terutama, sektor infrastruktur dan barang konsumsi, yang naik masing-masing 0,68% dan 0,57%. Sedangkan, dua sektor yang masih melorot, yaitu pertambangan 0,40% dan perkebunan turun tipis 0,04%.

Sekitar 132 saham mulai beranjak naik, berbanding 49 saham yang melemah. Hal ini terjadi ketika IHSG dibuka di teritori positif naik 24,07 poin ke level 5.996,38 pada Kamis (16/11/2017).

Laju IHSG mengekor mayoritas bursa saham Asia. Indeks Nikkei 225 dan ASX 200 dibuka menguat. Pasar Asia seolah mengabaikan sentimen negatif dari bursa saham Amerika Serikat.

Dari dalam negeri, pasar menanti keputusan suku bunga Bank Indonesia. Ekonom menduga, bank sentral akan mempertahankan suku bunga acuan. (RiP)