Usia PT Olympic Bangun Persada terbilang muda. Didirikan pada tahun 2014 melalui induk usahanya PT Cahaya Sakti Investindo Sukses Tbk (CSIS), Olympic Group. Namun begitu, kinerja perusahaan yang bergerak di bidang properti ini cukup mantap meski kondisi perekonomian Indonesia sedang tidak begitu baik.
Di antara kesuksesan Olympic Bangun Persada, antara lain, proyek pembangunan Central Business Distrik (CBD) Sentul Industrial Estate, di Sentul, Bogor. Di kawasan ini, selain dibangun Olympic Residence (apartemen), Olympic Hotel, office tower, juga “Gudang Pintar” sebanyak 67 unit yang belum lama rampung dibangun tapi sudah sold out.
Gudang pintar ini mengadopsi teknologi tinggi dan keamanan 24 jam semisal real time CCTV dan remote access control yang memungkinkan menyalakan atau mematikan lampu dan peralatan listrik melalui telepon genggam.
Proyek lainnya yang sedang digarap, antara lain adalah Olympic City, yaitu sebuah kota yang mengintegrasikan hunian dengan kawasan bisnis terpadu atau CBD di atas tanah seluas 30 hektare di Kedung Halang, Kota Bogor. Proyek ini diperkirakan menelan biaya hingga Rp20 triliun dan direncanakan selesai dalam waktu 7 tahun hingga 10 tahun mendatang.
Selama ini, Olympic terkenal sebagai brand furnitur. Brand ini begitu memasyarakat terutama dengan jargon iklan di televisi “Pic pic Olympic..”, sekaligus menjadi pionir di kelas produk bongkar pasang alias knock down.
Di balik nama besar Olympic, ada peran besar dari Sang Pendiri yaitu Au Bintoro. Melalui beberapa perusahaan yang didirikannya, seperti PT Cahaya Sakti Furintraco, PT Cahaya Saki Multi Intraco, PT Furnimart Mebelido Sakti, PT Cahaya Sakti Lintang Surya, Garant Mobel Indonesia di mana 25% sahamnya dimiliki oleh Garant Mobel International sebuah perusahaan furnitur asal Jerman, Au Bintoro mampu mengantarkan Olympic menjadi pemimpin pasar furnitur. Bukan saja menguasai pasar dalam negeri, tapi juga merajai pasar ekspor di Timur Tengah dan Eropa.
Saat ini, tercatat ada lebih dari 3.000 toko furnitur yang menjual produk Olympic di seluruh Indonesia, 23 pabrik di 23 provinsi, gudang dan cabang di Cina, serta agen tunggal atau sentra distribusi di Dubai. Dari Dubai, produk furnitur Olympic diekspor kembali ke negara lain, seperti Afrika, dan sebagainya.
Setelah 30 tahun sukses mengelola bisnis keluarga ini, Au Bintoro pun melebarkan sayap bisnisnya ke industri properti. Di bawah naungan salah satu perusahaan Olympic Group, yaitu PT Cahaya Sakti Investindo Sukses Tbk (CSIS), Au Bintoro menginisiasi pendirian PT Olympic Bangun Persada yang kemudian dikomandani oleh putrinya sendiri, Imelda Francisca.
Apa kira-kira yang melatar belakangi Olympic terjun ke bisnis properti? Apa strategi Imelda, sebagai generasi kedua dari Olympic Group, dalam mengelola bisnis keluarganya? Ikuti wawancara Annualreport.id dengan Vice President PT Olympic Bangun Persada Imelda Fransisca di Marketing Galery Olympic City, Bogor, akhir November 2017.
Sebelum terjun ke perusahaan keluarga, Imelda adalah Miss Indonesia tahun 2005 yang kemudian berprofesi sebagai bintang iklan, presenter, brand ambassador sejumlah produk, dan news anchor di MNC TV dan Net TV.
Imelda menempuh pendidikan di Ohio State University, Amerika, jurusan Psikologi. Perempuan kelahiran Bogor, 24 September 1982 ini juga sempat menjadi Duta Pendidikan untuk Putera Sampoerna Foundation pada tahun 2009.
Mengapa Anda terjun ke dunia bisnis padahal Anda tengah berkarir di ranah media dan entertainment?
Pertama kali saya ingin mengucapkan terima kasih kepada Founder Olympic Group, yang juga ayah saya, Bapak Au Bintoro. Beliau adalah sosok yang saya, sebagai seorang anak dan juga seorang perempuan, look up. Dalam berbisnis, beliau selalu melihat bahwa everything is opportunity.
Saya dulu adalah Miss Indonesia tahun 2005, tapi orang tidak tahu kalau sebelumnya saya adalah gadis yang gendut dengan bobot 85 kilogram. Sampai akhirnya saya bisa menurunkan berat badan dan saya mempunyai visi untuk bisa tampil di depan umum dan juga masuk ke ranah media.
Hal itu bisa saya buktikan dengan saya memenangkan Miss Indonesia pada tahun 2005. Kemudian saya mengikuti ajang Miss Asean dan saya menjadi First Runner Up.
Sejak itu, saya meninggalkan bisnis keluarga, saya menggeluti dunia media. 10 tahun saya berada di dunia itu. Saya sangat menikmati ketika berada di depan tv sebagai presenter, mencari berita, dan menjadi MC. Hingga suatu ketika, Ayah mengingatkan saya untuk kembali mengembangkan bisnis keluarga ini.
Jujur, itu merupakan dilema yang cukup besar di depan saya, karena untuk masuk ke ranah manjemen, khususnya di bidang properti, adalah hal yang sangat baru buat saya.
Tapi saya tidak melihat halangan itu. Saya melihat visi beliau dan saya melihat value dari bisnis keluarga dan yang terpenting adalah opportunity. That’s opportunity given to me. Saya akhirnya mengatakan “ya” untuk masuk ke dalam bisnis keluarga.
Bagaimana cara Anda mengubah haluan dari seorang miss beauty menjadi miss property?
Banyak yang mengatakan bagaimana bisa dari seorang miss sekarang jadi kuli. Sampai kemarin saya masih berkutat dengan semen-semen. Saya keluar masuk lapangan. Ketika masuk ke manjemen, saya tidak langsung diberi jabatan yang enak seperti di bagian marketing, tapi saya disuruh masuk ke operasional. Saya disuruh mengurus kontraktor, tanah, menghadap kepala desa, dan sebagainya. Tapi, di situ saya belajar bahwa kita harus mengerti dari pondasinya terlebih dahulu.
Dan tentunya, dalam bisnis keluarga ini sangat kental dengan value of family. Bisnis is important tapi family is most important.
Apakah semua anak Au Bintoro terjun ke bisnis keluarga?
Kedua kakak saya fokus di Olympic Furniture, manufaktur, dan ritel karena furnitur sudah perahu besar dan butuh lebih banyak orang. Kakak pertama saya, Santo Fransiscus, fokus di marketing dan operasional sedangkan Filian Fransiscus fokus di desain.
Ayah saya sangat nasionalis, beliau ingin produk dalam negeri bisa berjaya di kancah internasional. Furnitur kami sudah mulai diekspor ke Australia. Tahun depan mulai akan menggalakkan ekspor. Dengan kenaikan kurs dolar Amerika, produk kami lebih murah dibanding kompetitor dari luar negeri dan untuk ekspor malah lebih menguntungkan.
Apa alasan Olympic terjun ke bisnis properti?
Kami melihat, industri properti di Tanah Air terus tumbuh. Karena itu, prospeknya cukup besar. Selain itu juga merupakan aset yang besar. Return of investment akan lebih tinggi dibandingkan jika membuka ritel atau sejenisnya, karena berkaitan dengan lahan, terlebih jenis apartemen. Orang akan banyak yang tertarik. Jadi, tidak mengherankan pula bila banyak yang tertarik menjalankan bisnis properti.
Selain itu, bisnis properti ini juga akan mendukung bisnis utama kami, furnitur. Sebab, ketika industri properti tumbuh, maka demand terhadap furnitur dan perlengkapan rumah atau gedung akan ikut tumbuh.
Sejak kapan Olympic terjun ke bisnis properti?
Sekitar tiga tahun yang lalu, timbul satu pemikiran, Olympic Group, di samping sebagai kontraktor melalui perusahaan PT Cahaya Sakti Investindo Tbk untuk proyek pemerintahan, perlu ada satu perusahaan yang ada kaitannya dengan Olympic. Maka dibentuklah sebuah perusahaan PT Olympic Bangun Persada atau Olympic Development.
Cikal bakal Olympic Bangun Persada ini sendiri sebenarnya sudah dimulai sejak 15 tahun yang lalu. Kita mulai dari pembangunan CBD Sentul Industrial Estate di atas lahan 120 hektare di wilayah Sentul, Bogor. Di kawasan ini kami membangun hotel, apartemen, office tower, juga kluster pergudangan bernama Gudang Pintar.
Gudang Pintar ini sudah sold out kepada perusahaan-perusahaan besar, seperti Samsung, Hyundai, HM Sampoerna, Sinarmas, dan lain-lain.
Proyek kami terkini adalah Central Business District (CBD) Olympic City yang akan berdiri di atas tanah seluas kurang lebih 30 hektare dengan biaya sekitar Rp20 triliun.
Olympic City merupakan produk inovasi kami, yaitu sebuah kota yang mengintegrasikan hunian dengan kawasan bisnis terpadu atau CBD di atas tanah seluas 30 hektare di Kedung Halang, Kota Bogor.
Olympic City ini mengusung konsep one stop living yang dipadukan dengan unsur entertainment dan edukasi. 60% kawasan ini merupakan hunian atau perumahan Pine Garden, selebihnya adalah fasilitas penunjang seperti apartemen, hotel, office tower, pusat perbelanjaan, pusat kuliner, rumah sakit, sekolah, hingga kawasan hijau. Proyek ini diperkirakan menelan biaya hinga Rp20 triliun dan direncanakan selesai dalam 7 hingga 10 tahun mendatang.
Mengapa diberi nama Olympic City?
Kami beri nama Olympic City supaya nama Olympic ini menjadi nama yang monumental bagi Kota Bogor. Olympic City ini juga merupakan inovasi kami untuk mewujudkan ekspansi Olympic yang tadinya dikenal sebagai pebisnis furnitur agar lebih dikenal lagi sebagai pengembang properti. Kami ingin proyek ini menjadi jawaban atas kebutuhan masyarakat akan hunian yang lengkap dan terpadu di era modern.
Tanah yang kami gunakan untuk membangun Olympic City ini merupakan landbank Olympic Group. Di sini ada banyak pabrik milik Olympic Group yang akan dibongkar satu persatu kemudian “disulap” menjadi sebuah kota yang menjadi kebanggaan Kota Bogor. Di dalamnya ada pemukiman, apartemen, hotel, rumah sakit, mal, pusat kuliner, perkantoran, sampai kawasan hijau.
Untuk membangun area ini, bagaimana pun juga kami tidak bisa bekerja sendiri, pasti dibantu para tenaga ahli. Kami juga bekerja sama dengan China Construction Third Engineering Bureau co, LTD, dan Country Garden. Keduanya adalah kontraktor dan developer terbesar di Cina.
Bagaimana kinerja Olympic Bangun Persada selama ini?
Menurut saya, cukup bagus. Secara bisnis, target yang ditetapkan dapat tercapai walau perekonomian sedang tidak begitu baik. Saya berharap, keberadaan saya Olympic Bangun Persada ini bisa memberikan nilai tambah bagi Olympic Group, khususnya, dan masyarakat pada umumnya.
Lalu, apa strategi Anda agar Olympic Bangun Persada mempunyai kinerja yang lebih memuaskan?
Secara umum, pebisnis properti yang baik adalah mereka yang memiliki integritas, bernyali besar, dan visioner. Ketiga hal tersebut sangat dibutuhkan dalam menjalankan bisnis properti.
Kita akan bekerja sama dengan berbagai pihak dengan karakteristik yang beragam. Untuk itu, jika kita tidak memiliki tiga hal tadi justru akan mempersulit keberhasilan bisnis itu sendiri.
Saya juga mempunyai visi dalam menjalankan bisnis ini, yaitu good product, affordable price, dan good investment. Jadi, secara produk kami ingin memberikan produk yang bagus, investasi yang bagus, dan harganya juga terjangkau.
Kami selalu menciptakan produk-produk yang kreatif dan inovatif dan berbeda dengan proyek sejenis lainnya baik dalam memenuhi kebutuhan masyarakat akan hunian atau investasi, maupun perusahaan akan perkantoran, pergudangan, ataupun investasi juga.
Apa proyek Olympic Bangun Persada selanjutnya?
Kami juga tengah menyiapkan kawasan industri dan komersial di wilayah Sukabumi, Jawa Barat. Proyek ini digarap di atas lahan seluas 200 hektare. Saat ini sedang dalam tahap penyiapan lahan (cut and fill). Kami optimis, proyek kami di Sukabumi ini pun akan berhasil, mengingat saat ini tengah dibangun tol Lido, sehingga Sukabumi akan menjadi masa depan investasi yang baik.
Selain itu kami juga punya tanah di Manado seluas 200 hektare, yang rencananya akan dibangun di atasnya sebuah kawasan industry dan komersial serupa. (SM)