Direktur Utama DAPENBUN Edwind Sinaga: Mencermati Strategi DAPENBUN Tingkatkan Manfaat Dana Pensiun

Dirut DAPENBUN Edwind Sinaga
Dirut DAPENBUN Edwind Sinaga | Indra/Annualreport.id

Dana Pensiun Perkebunan atau DAPENBUN merupakan salah satu perusahaan yang mampu melewati tantangan di tahun 2016 dengan sangat baik.

Berdasarkan buku Laporan Tahunan 2016 DAPENBUN, DAPENBUN berhasil mencatat pendapatan investasi yang cukup baik, yaitu sebesar Rp377.523 juta, meningkat sebesar 12,07 persen dibandingkan tahun lalu sebesar Rp336.854 juta. Jumlah kekayaan pun tercatat meningkat 9,55 persen dari Rp5.638.919 juta menjadi Rp6.177.190 juta, meningkat 9,55 persen dibanding tahun lalu sebesar Rp5.638.919 juta.

Sebagaimana diketahui, Perusahaan dana pensiun yang didirikan oleh PT Perkebunan Nusantara (PTPN) X  ini mengelola Program Pensiun Manfaat Pasti (PPMP) karyawan PTPN I hingga XIV, Lembaga Pendidikan Perkebunan (LPP), PT Sarana Agro Nusantara (SAN), PT Riset Perkebunan Nusantara (PT RPN), PT Kharisma Pemasaran Bersama Nusantara (PT KPBN), dan PT Nusantara Medika Utama (PT NMU).

Peserta DAPENBUN merupakan karyawan dari Pendiri, yaitu PT Perkebunan Nusantara X, dan Mitra Pendiri yang berjumlah 21 perusahaan. Jumlah peserta DAPENBUN per 31 Desember 2016 sebanyak 317.097 peserta. Di antara peserta tersebut terdapat, yang menjadi peserta aktif dana pensiun sekitar 100.000 orang.

Lalu, bagaimana DAPENBUN mengelola dana pensiun dari ratusan ribu peserta, yang sebagian di antaranya merupakan peserta dana pensiun yang tidak aktif, yang tentunya membawa dampak tersendiri terhadap perputaran liquiditas investasi.

Berikut ini, kami petikan wawancara Annualreport.id dengan Direktur Utama DAPENBUN Edwind Sinaga di ruang kerjanya, Gedung Agro Plaza, Kuningan, Jakarta.

Edwind Sinaga dilantik menjadi Direktur Utama DAPENBUN pada 2 Agustus 2017. Sebelumnya, Pria kelahiran tahun 1972 ini harus melalui serangkaian fit and proper test yang dilaksanakan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Lulusan Teknik Sipil Universitas Indonesia ini terkenal sebagai pengamat Pasar Modal yang sudah berkiprah di Pasar Modal sejak tahun 1996. Pendapat dan analisanya kerap diminta oleh wartawan Pasar Modal. Karirnya pun terbilang cemerlang hingga ia sempat menduduki posisi komisaris dan direktur utama di beberapa perusahaan sekuritas, di antaranya PT Kuo Jateng Sekuritas dan PT Finan Corpindo Nusa Securities.

Bagaimana kesan pertama Anda ketika bergabung di DAPENBUN?

Saya terakhir di Pasar Modal. Jadi, saya tahu cukup banyak dan detail tentang DAPENPUN. Dari Pasar Modal, saya melihat DAPENBUN sudah dikelola dengan sangat baik. Jadi, ketika saya masuk, yang saya pikirkan, apa yang bisa saya lakukan, atau value apa yang bisa saya tambahkan di sini.

Bisa diceritakan ketika Anda mengikut fit and proper test di Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk pemilihan Direktur Utama DAPENBUN ?

Waktu mengikuti fit and proper test di OJK, sebenarnya pertanyaan lebih banyak kepada apa yang akan saya lakukan ketika menghadapi beberapa data masa lalu DAPENBUN yang terkait dengan investasi.

Ketika itu juga, saya banyak diingatkan dan dikasih wejangan oleh OJK terkait bagaimana mengelola, meng-handle, dan berkomunikasi yang baik dengan peserta, terutama pensiunan, karena DAPENBUN salah satu lembaga keuangan nonperbankan yang paling besar jumlah pesertanya, yaitu sekitar 317.000.  Jadi, ini tantangan tersendiri untuk mengelola peserta sebanyak itu.

Ketika masuk ke DAPENBUN, apa yang pertama kali Anda dilakukan?

Pertama kali, setelah dilantik, tentunya saya berkumpul dengan BOD (Board of Directors), kemudian dengan seluruh bidang yang ada. Saya mengatakan, walaupun saya tidak suka bermain sepak bola, tapi saya sangat menikmati permainan sepak bola yang sangat mengalir. Setiap pemain tidak akan menahan bola lama-lama di kakinya, tapi di-over ke pemain lain, sehingga permainan begitu mengalir.

Artinya, kita ini seperti tim sepak bola, semua saling terkait, harus saling bekerjasama, jangan terlalu lama menahan “bola” di kakinya sendiri. Saya sendiri tidak akan terlalu lama menahan “bola” di meja saya, dan saya berharap bidang yang ada juga tidak terlalu lama menahan “bola” di mejanya. Ini prinsip yang saya terapkan. Kalau itu bisa lancar, bisa berjalan semua, maka segala sesuatu yang kita kerjakan akan menjadi cepat dan efisien.

Kalau pun nanti ada masalah yang tidak bisa diselesaikan, langsung dinaikkan ke manajemen, sehingga bisa dicarikan jalan keluarnya. Jika manjemen merasa bukan kewenangannya, dia akan membawanya ke Dewan Pengawas atau pendiri.

Apa atau strategi apa yang Anda persiapkan untuk DAPENBUN agar kinerjanya semakin melesat?

Tujuannya utama DAPENBUN itu ada tiga pokok. Pertama, menghimpun dana dari Pemberi Kerja dan peserta. Kedua, mengembangkan dana, dan ketiga, memastikan dan memberi manfaat pensiun kepada peserta yang berhak.

Saya pikir, apa pun itu strategi atau caranya, kita harus mengacu pada tiga tujuan tadi. Jadi, dari tahun ke tahun, dari data historis, mengatakan, bahwa banyak hal yang diperbuat dan itu baik meski ada beberapa hal yang perlu kita perbaiki.

Misalnya saja, tahun 2017 ini, DAPENBUN pernah mengadakan rekonsiliasi untuk laporan keuangan, dan hasilnya kita melakukan restatement dari laporan keuangan. Menurut saya ini lompatan yang sangat baik, sehingga kita dapat melihat wajah DAPENBUN yang lebih real.

Mengapa diadakan rekonsiliasi laporan keuangan?

Karena ada ketidaksamaan data aktuaris, sehingga kami melakukan restatement laporan keuangan untuk buku tahun 2016 yang disajikan pada tahun 2017. Kedua, kita melihat, progres dari penyelesaian masalah juga sangat baik, di mana pada saat ini, “bola”-nya bukan dari DAPENBUN, misalnya ligitasi, kita sudah meminta fatwa hukum, masalah likuidasi anak perusahaan pun kita sudah kembalikan ke pengadilan lagi untuk memutuskannya.

Seperti Anda katakan tadi, bahwa goal atau tujuan dari DAPENPUN adalah menghimpun, mengelola atau mengembangkan, dan memberi manfaat. Bisa dijelaskan?

Pertama, menghimpun. Kalau di menghimpun, saya pikir, yang paling penting adalah komunikasi dengan pendiri dan mitra pendiri.  Untuk hal ini, kami terus menerus mengingatkan bahwa ada kewajiban, seperti iuran normal, iuran tambahan, sehingga kalau kewajiban iuran-iuran jika ditepati tepat waktu, ini akan sangat membantu perkembangan untuk DAPENBUN selanjutnya.

Kedua, mengelola. Saya selalu mengatakan, saya akan memastikan bahwa semua aset investasi kita menghasilkan. Artinya, kami akan mencari alternatif investasi sebagaimana yang sudah diatur dalam POJK (Peraturan OJK). Nah, kita memastikan akan masuk ke sana dengan proper dan comply semua aturan, dan kita mau pastikan bahwa semua investasi ini menghasilkan.

Step saya yang paling awal adalah jangan sampai ada aset investasi yang nganggur atau mogok. Kita terus menerus melakukan review dan membuat langkah-langkah mitigasi yang diperlukan.

Yang ketiga, memberi manfaat pensiun. Goal-nya jelas bahwa manfaat pensiun itu mesti tepat jumlah, tepat waktu, dan tepat orang.

Tepat jumlah, artinya, kami menghitung dengan benar.  Tepat waktu, kami berusaha supaya tidak ada delay. Kita mengetahui bahwa dana pensiun terutama perkebunan ini pesertanya ada yang berada di gunung, lereng, lembah, dan sebagainya. Jadi, di mana ada kebun, di situ ada peserta DAPENBUN, sehingga kita tahu tingkat kesulitan untuk mencapai mereka, namun kami berusaha tepat waktu dengan segala cara termasuk bekerjasama dengan bank setempat.

Dan satu lagi, tepat orang. Intinya, kami harus tahu, apakah peserta ini masih berhak atau tidak, masih hidup atau sudah meninggal, kalau pesertanya perempuan apakah ia sudah menikah. Nah, untuk itu kami melakukan verfikasi, dan ini merupakan tantangan tersendiri.

Apa yang dilakukan DAPENBUN untuk memberikan nilai tambah atau manfaat untuk peserta dan masyarakat setempat?

Di lingkunga PTPN, kami juga melihat bahwa ada manfaat pensiunan bulannnya yang sudah tidak layak, dalam arti sangat kecil. Kami bisa naikkan sedikit saja, tapi secara aktualis muncul kewajiban yang luar biasa kepada Pemberi Kerja. Nah untuk menjembatani ini, kami mengadakan program CSR (Corporate Social Responsibility), seperti memberikan bantuan sembako kepada masyarakat dan bantuan ke sekolah-sekolah yang berada di lingkungan PTPN.

Apa cita-cita Anda ke depan untuk DAPENBUN?

Saat ini, peserta DAPENBUN lebih banyak yang sudah tidak aktif bekerja atau pensiun ketimbang yang masih aktif. Yang aktif ada sekitar 100.000 orang, sedangkan yang tidak aktif sekitar 200.000 orang. Ini berarti bahwa collection atau dana yang kita terima dibanding dengan manfaat yang kita bayarkan, lebih besar manfaat yang kita bayarkan. Jadi, ada defisit.

Defisit ini kami upayakan bisa tertutupi dari hasil investasi. Tapi, jika tidak tertutupi juga, maka ini menjadi kewajiban dari Pemberi Kerja.

Sebenarnya, jika mesin investasi berjalan optimal, maka semua uang yang kita investasikan hasilnya bisa kita optimalkan pula, sehingga semua tadi itu punya return. Dan return ini buat menutupi defisit, tidak hanya dipencatatan, tapi harus liquid.

Jadi, cita-cita saya, ada restructuring dari aset yang kurang produktif, kemudian aset tersebut kita tune up sehingga menjadi produktif dan efisien.

Dari sisi penghimpunan, memang agak susah, tapi kita berharap dari Pemberi Kerja dapat memberikan iuran dengan tepat waktu dan tepat jumlah, sehingga kami pun dapat mengembangkan dana itu dengan baik.

Dari sisi pembayaran manfaat pensiun, saya mencita-citakan zero complain. Bagi kami, para peserta DAPENBUN merupakan salah satu stakeholder yang paling penting. Kami berupaya untuk menyalurkan manfaat pensiun ini dengan tapat waktu, tepat jumlah, dan tepat orang, dan inilah tujuan mulia dari DAPENBUN sendiri. (SM)