STRENGTHENING FUNDAMENTALS, DELIVERING VALUES
Di tahun 2016, industri kelapa sawit masih menghadapi tantangan berat. Fenomena El Nino di tahun 2015 berdampak pada turunnya produktivitas dan kualitas buah sawit sehingga dipastikan tidak akan mencapai volume produksi yang optimal. Untuk mengantisipasi tertekannya kinerja operasional dan keuangan, Provident Agro telah mengambil langkah penting untuk menjaga pertumbuhan. Strategi utama kami adalah meningkatkan efisiensi belanja modal, mengkaji kembali cadangan kas, fokus mengelola sumber daya yang dimiliki serta memperkuat sinergi antar entitas anak.
Melalui pendekatan yang terukur, penggunaan modal kerja diprioritaskan untuk program intensifikasi dan mengelola luasan lahan tertanam yang paling efisien dari sisi pengeluaran biaya dan sumber daya untuk mencapai skala ke ekonomian. Di saat yang bersamaan, kami melihat adanya momentum yang tepat untuk memperkuat fundamental perusahaan dengan melaksanakan aksi korporasi yang diyakini akan memberikan nilai dan manfaat positif kepada para pemegang saham. Dengan struktur keuangan yang sehat dan dukungan pemegang saham, Perseroan siap menyongsong pertumbuhan berkelanjutan.
PERFORMANCE HIGHLIGHT
Total Aset Perseroan Rp3.860,78 Miliar
Setelah divestasi beberapa entitas anak perusahaan, total luas lahan tertanam inti dan plasma pada tahun 2016 menjadi 25.013 hektar (Ha) dengan komposisi tanaman menghasilkan 19.096 Ha dan tanaman belum menghasilkan mencapai 5.917 Ha. Produksi TBS inti dan CPO Perseroan pada tahun 2016 masing-masing sebesar 362.826 ton dan 119.137 ton. Divestasi sebagian aset menyebabkan perubahan komposisi aset Perseroan. Total aset menurun 17,80% dari Rp4.696,94 miliar pada akhir tahun 2015 menjadi Rp3.860,78 miliar pada akhir tahun 2016 serta liabililtas Perseroan menurun 49,02% dari Rp3.009,68 miliar pada tahun 2015 menjadi Rp1.534,46 miliar. Pendapatan usaha tahun 2016 mencapai Rp1.169,78 miliar, naik 11,78% dari Rp1.046,54 miliar pada tahun 2015 dan laba periode berjalan tercatat sebesar Rp219,21 miliar.
Pada tahun 2016, Perseroan telah melakukan pembagian dividen interim kepada para pemegang saham Perseroan sebesar Rp299,02 Miliar. Pembagian dividen merupakan salah satu komitmen Perseroan untuk memberikan nilai optimal kepada Pemegang Saham.
Perseroan Mencatatkan Pendapatan Sebesar Rp1.169,78 Miliar
Perseroan mencatatkan pendapatan sepanjang tahun 2016 sebesar Rp1.169,78 miliar, meningkat sebesar 11,78% dari pendapatan tahun 2015 sebesar Rp1.046,54 miliar. Pendapatan meningkat terutama disebabkan oleh peningkatan harga rata-rata penjualan CPO dari Rp6.659/Kg pada tahun 2015 menjadi Rp7.501/Kg pada tahun 2016 serta peningkatan volume penjualan CPO sebesar 4,08% dari 119.444 ton pada tahun 2015 menjadi 124.321 ton pada tahun 2016, meskipun terdapat penurunan pada pendapatan dan volume penjualan Tandan Buah Segar (TBS) masing-masing sebesar 48,42% dan 59,48%.
Beban Pokok Pendapatan tahun 2016 mengalami peningkatan sebesar 16,17% dari Rp719,07 miliar pada tahun 2015 menjadi Rp835,34 miliar pada tahun 2016. Peningkatan ini terutama disebabkan oleh meningkatnya pembelian bahan baku Tandan Buah Segar dari pihak ketiga, sebesar 18,49% dari Rp274,42 miliar pada tahun 2015 menjadi Rp325,17 miliar pada tahun 2016, dan meningkatnya beban tidak langsung sebesar 13,41% dari Rp203,49 miliar pada tahun 2015 menjadi Rp230,77 miliar pada tahun 2016 yang disebabkan oleh meningkatnya beban penyusutan sehubungan dengan berdirinya dua pabrik kelapa sawit pada tahun 2016.
FINANCIAL HIGHLIGHT
Pendapatan
Perseroan mencatatkan pendapatan sepanjang tahun 2016 sebesar Rp1.169,78 miliar, meningkat sebesar 11,78% dari pendapatan tahun 2015 sebesar Rp1.046,54 miliar. Pendapatan meningkat terutama disebabkan oleh peningkatan harga rata-rata penjualan CPO dari Rp6.659/Kg pada tahun 2015 menjadi Rp7.501/Kg pada tahun 2016 serta peningkatan volume penjualan CPO sebesar 4,08% dari 119.444 ton pada tahun 2015 menjadi 124.321 ton pada tahun 2016, meskipun terdapat penurunan pada pendapatan dan volume penjualan Tandan Buah Segar (TBS) masing-masing sebesar 48,42% dan 59,48%.
Laba Bruto
Laba bruto meningkat sebesar 2,13% dari Rp327,47 miliar pada tahun 2015 menjadi sebesar Rp334,44 miliar pada tahun 2016 dan marjin laba bruto menurun dari 31,29% pada tahun 2015 menjadi 28,59% pada tahun 2016.
Aset
Selama tahun 2016, total aset Perseroan menurun sebesar 17,80% dari Rp4.696,94 miliar di tahun 2015 menjadi Rp3.860,78 miliar di tahun 2016. Penurunan tersebut terutama disebabkan oleh menurunnya aset tetap tanaman dan non tanaman dari Rp4.309,02 miliar pada tahun 2015 menjadi Rp2.743,12 miliar pada tahun 2016 sehubungan dengan dekonsolidasi entitas anak, serta peningkatan saldo kas dan setara kas dari Rp49,44 miliar pada tahun 2015 menjadi Rp989,52 miliar pada tahun 2016 terutama dari hasil penjualan investasi entitas anak Perseroan.
Liabilitas
Selama tahun 2016, total liabilitas menurun sebesar 49,02% dari Rp3.009,68 miliar pada tahun 2015 menjadi Rp1.534,46 miliar. Penurunan ini terutama disebabkan oleh penurunan utang bank sebesar Rp1.191,74 miliar dari Rp2.213,59 miliar pada tahun 2015 menjadi Rp1.021,86 miliar pada tahun 2016 sehubungan dengan dekonsolidasi entitas anak.
RENCANA STRATEGIS
Prospek industri minyak sawit di tahun 2017 diperkirakan masih cukup cerah karena terus digalakkannya mandatory bahan bakar nabati (BBN) di dalam negeri dan di negeri Jiran, Malaysia juga sudah mulai meningkatkan mandatori BBN. Jika mandatory BBN di Indonesia dan Malaysia berjalan dengan konsisten maka penggunaan minyak sawit di dalam negeri kedua negara penghasil minyak sawit ini akan tinggi dan pasokan kepada pasar global akan berkurang apalagi jika produksi sawit tidak meningkat dengan signifikan. Hal ini tentu saja akan mendongkrak harga sawit di pasar global.
Semester pertama tahun 2017 memang memberi harapan yang optimistis harga akan lebih baik. Namun, di semester kedua, harga berpeluang mengalami tekanan karena pada periode tersebut jumlah produksi secara alami akan mengalami kenaikan karena terjadi panen puncak (peak crop) dan posisi stok di negara importir telah cukup tersedia. Dengan proyeksi jumlah produksi CPO di Indonesia dan Malaysia meningkat, akan timbul potensi kelebihan pasokan yang akan berdampak pada harga. Namun untuk Indonesia, kondisi akibat adanya kelebihan pasokan tersebut tidak terlalu mengkhawatirkan karena pemerintah memiliki program B20 yang mewajibkan bauran minyak nabati dengan bahan bakar solar sebesar 20%. Program B20 akan menyerap produk CPO lebih banyak di tahun 2017.
* Galeri memuat data laporan tahunan perusahaan-perusahaan di Indonesia. Informasi, permintaan pemuatan maupun perubahan, hubungi: info@annualreport.id